Chap 6 : Restu

🎶Playlist🎶

Day6 - Beautiful Feeling
.
.
.
.
Pengagum Saga sama Vega merapat 😂
.
.
.
Vote x Komen ya
😉😉😉
.
.
.
Thanks
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy reading
📖📖📖
.
.
.

Pada akhirnya dua teman seperkampretannya Vega benar-benar pergi, meninggalkan Vega dengan segala serangan yang Saga berikan. Vega membatu, terlihat kebingungan dengan ucapan Saga barusan.

"Veg...Kamu mau kan jadi pacarku?" pintanya dengan lembut yang membuat perasaan Vega semakin campur aduk.

Gila! ini bukan mimpi, gue harus gimana dunk? seneng apa nggak? Saga ini loh, yang nembak? Terus, perasaan gue ke Marvin gimana?

"Aku akan bantu kamu buat ngelupain Marvin," lanjut Sara yang semakin membuat Vega tak mampu mengatakan apapun.

Astaga! Kapan lagi, ada cowok macem Saga, Veg! Dia uda sangat baik banget sama lo! Terima aja! Itu tu ibarat kejatuhan durian!

Lagi-lagi Vega berbicara dengan pikirannya sendiri dan memandang Saga dengan kebingungan. Siapa yang nggak bingung kan? tiba-tiba ditembak kek gini.

"Sag..." Vega memanggil nama Saga pelan.

"Hm..." Suara lembut yang selalu di gilai banyak cewek.

"Semenjak kapan lo suka gue?" tanya Vega dan Saga tersenyum, senyum yang menyejukkan hati semua cewek.

"Aku kasih tau kamu, kalau kamu terima aku sekarang," ucapnya yang membuat Vega ingin tertawa--tertawa karena cara memaksanya ini benar-benar nyebelin plus manis juga. Jadinya Vega gemes sekaligus pengen nampol Saga juga.

"Aku simpulin kalau kamu senyum, berarti kamu nerima aku," lanjut Saga dan kali ini Vega benar-benar terpingkal.

"Saga, lo kok kardus gini sih? Jangan-jangan lo belajar sama Barra ya?" tuduh Vega dan Saga pun tersenyum dan menggeleng.

"Nggak lah, gimana Veg? Mau ya," mohon Saga dengan harap-harap cemas.

Vega pun mengangguk dan Saga tersenyum lebar. Ia pun merah tangan Vega, membuat jantung Vega mau copot saja.

"Terima kasih ya Veg," ucapnya dengan tulus sambil menatap lembut Vega yang membuat gadis ini benar-benar gugup.

Ini gila, Vega merasa mendapatkan banyak serangan dari satu orang yang sangat tak terduga. Bisakah Vega mempercayainya dengan mudah?

---***---

Angel dan Tara berada dalam mobil Audi milik Angel. Mereka tidak benar-benar pergi, hanya beberapa saat lalu mengawasi percakapan Vega dengan Saga.

"Menurut lo, mereka jadian apa nggak?" tanya Tara, semenjak tadi cewek ini sangat sibuk untuk menebak apa yang tejadi disana.

Angel menggendikkan bahunya, "Nggak tau, tapi seenggaknya hubungan mereka berkembang kan?" Dan ucapan Angel ini ada benarnya juga.

Tara menghela napas dan menyandarkan kepala belakangnya pada kursi mobil. "Susah juga jadi Vega ya. Nggak mudah akrab sama orang, nggak mudah ngelupain juga. Andai aja kak Marvin tau, gue jadi gemes banget pen kasih tau dia yang sebenernya," kata Tara yang heboh sendiri.

"Jangan lah, gue nggak mau liat Vega murung terus. Saga lebih baik dari Marvin, dalam aspek mana pun. Jadi biarin aja mereka deket,"

"Gue setuju banget sama kalian!"

"Njiir, lo kek jalangkung aja Bar. Tiba-tiba muncul," protes Tara yang emang dari dulu tidak suka di kagetin, meskipun itu oleh cowok yang dia taksir, hasilnya Barra kena umpatannya kan? Barra pun hanya bisa ngakak dan Angel memandangnya sebal. Disetiap ada kesempatan, cowok ini suka muncul begitu saja dan membuat Angel benar-benar risih.

"Mereka uda jadian." Ucapan Barra kali ini membuat Tarra menganga dan mata Angel melebar.

"Sok tau deh," cibir Angel.

"Nggak mungkin, Vega kan masih belum bisa lupain si Marvin?" Tarra tak mau mempercayainya begitu saja.

"Ya udah kalau nggak mau percaya. Tanya aja sama Vega," ucap Barra santai, ni cowok pun  berbalik, hendak meninggalkan mereka berdua.

"Bentar, kok bisa sih?" Angel yang awalnya nggak percaya, jadinya kepo juga. 

Barra berbalik, merasa dirinya menang. "Aku bilang kalau Vega di ganggu sama Marvin. Secara mereka berdua sama-sama anak Mapala, jadi sedikit banyak Saga tau gimana senior kita itu. Terus, dia buru-buru tuh nyamperin Vega dan gue bisa menduga kalau Saga yang jago ngebujuk itu uda berhasil bikin Vega mau nerima dia," terang Barra yang masih tak masuk diakal kedua cewek itu.

"Gue nggak ngerti..." Angel berguman.

"Sama, jangan-jangan dia pakek guna-guna. Vega itu keras, melebihi bebatuan. Masak, sekali Saga bujuk aja dia langsung mau? Nggak beres ini," cerca Tara.

"Ngaco aja kalau ngomong lo Tar, Saga itu anaknya alim. Kemarin aja, dia baru aja umroh, nggak ada main guna-gunaan!" Barra nggak terima dengan tuduhan Tara, membuat cewek ini segera membungkam mulutnya.

"Uda ah, ayo pulang Tar. Gue bener-bener pengen tiduran." Angel males sekali menangani dua orang ini. dari pada ia pusing sendiri, mending ia cabut aja.

Namun, bukan Barra namanya jika cowok ini membiarkan Angel pergi begitu saja. Barra dengan beraninya memegang tangan Angel. "Gel, ke cafe aja yuk sama gue. Entar gue traktir deh. Sekalian sambil kepoin dua anak itu," ajak Barra dan Angel menggeleng, sementara Tara hanya cemberut karena dicuekin sama Barra.

Angel yang mengetahuinya langsung menggeleng. "Nggak, gue pen cabut. Pen istirahat," tolak Angel yang berbeda dari biasanya. Sedikit dingin mungkin.

"Kalian mau kemana?" Suara itu, tentu membuat ketiganya menoleh.

Vega dan Saga? Demi apa coba mereka pakai gandengan tangan?

Tara terlihat shock, Angel termangu dan Barra tertawa, menyanjung dirinya sendiri karena tebakannya tepat.

"Nggak perlu segitu horornya deh natap gue, Gel!" ucap Vega dan Angel yang ketahuan hanya bisa tersenyum dengan rona merah di kedua pipi putih susunya.

"Jadi? Kalian jadian? Serius?" tanya Tara yang terlihat tak sabaran.

Vega sih diam dan Saga tersenyum.

"Wih, keknya gue perlu niru cara lo deh Sag," sahut Barra.

"Emang siapa yang mau lo pepet?" Saga yang emang polos ini nggak pekanya kebangetan.

Vega aja yang disamping dia cuman bisa ngakak, maksudnya ngakakin Saga yang entah kenapa bikin gemes. Barra juga kelihatan gemes banget pengen nampol Saga. Angel masa bodoh dan Tara terlihat cemas.

"Ini yang pengen gue pepet. Gel, Saga sama Vega uda jadian loh. Kita kapan?" Barra langsung ngegas dan Angel melongo sama Tara.

"Nggak usah ngardusin temen gue. Lo cari aja cewek lain, Angel itu masih polos," tolak Vega.

"Gue nanya ke Angel kali, lo mah uda taken." Barra ngeles dan Vega uda mulai di bikin kesel sama Barra.

"Uda, gue capek. Mau pulang, yuk Tar." Angel yang nggak mau ambil pusing memilih untuk pergi.

"Vega, gue cabut ya. Bye..." pamit Angel.

"Eh gue juga. Tungguin Angel," pinta Tara yang lari ngejar Angel.

"Tu kan, lo sih godain dia terus," Vega nyalahin Barra dan ni cowok cuman nyengir.

"Ada suatu ketika, dia akan candu dengan segala rayuan gue," gumam Barra yang seketika bikin Vega ngeri.

"Lebay lo!" makinya dan Vega pun meninggalkan kedua cowok itu.

"Barra, gue cabut duluan ya. Mau nganterin Vega," pamit Saga dan Barra seketika ngakak.

"Bro, gue nggak tau amal apa yang pernah lo lakuin dikehidupan sebelumnya, sampai lo dapat cewek model Vega," keluh Barra yang membuat Saga ngakak.

"Jan gitu lah. Gitu-gitu anaknya asyik kan? Lo pernah ngomong gitu kan sama gue," bela Saga dan Barra pun mangut-mangut.

"Bener, cewek yang nggak gampang baperan itu ya Vega, Angel juga tuh. Cewek langkah kan ya. Ah, gue harus dapetin Angel kalau kek gitu!" Barra pun terlihat mulai semangat lagi dan Saga hanya bisa tertawa geli.

"Gue cabut ya, sebelum Vega ngamuk," pamit Saga dan Barra pun mengangguk.

"Lo harus selalu waspada sama dia, awas bonyok wkwk," teriak Barra yang bikin Saga ngakak juga.

---***---

Kosan rumah Vega, saat mobil fortuner sport milik Saga berhenti.

"Duh Sag, ada motor Ayah," Vega tiba-tiba panik.

"Kenapa harus panik Veg, aku kan uda pernah ketemu sama Ayah kamu." Saga yang selalu tenang.

"Tapi kan sekarang hubungan kita beda," ucap Vega dan Saga membelai rambut Vega lembut.

"Uda, kamu tenang aja," katanya yang turun, membukakan pintu untuk Vega.

Mereka berdua berjalan pelan dan menemukan Ayah serta Om Ali? Apa yang dilakukan sahabat Ayahnya disini? Tidak biasanya bukan?

"Ayah...Om..." panggil Vega yang langsung mendekat dan mencium tangan keduanya.

"SubhanAllah Vega, uda besar ya," sanjung om Ali.

"Iya, padahal dia pas main kerumah kamu masih suka nangis karena digangguin Bima," Ayah tertawa dan Vega nampak berpikir. Ia mencium gelagat-gelagat aneh, kalau om Ali datang.

"Assalamu'alaikum Om..." Saga juga tiba-tiba menyalami keduanya.

"Loh nak Saga," mata Ayah Vega langsung berbinar.

"Iya Om, ini nganterin Vega," lanjut Saga.

"Siapa?" om Ali bertanya kepada Ayah Vega. Menatap Saga penuh selidik.

Vega yang melihat Ayahnya akan menjawab, buru-buru mendahului.

"Pacar Vega om," sahutnya yang ketika membuat kedua orang tua itu terkejut.

Ayah memandang Vega dan Saga bergantian. "Yang bener?" tanya Ayah dan Vega mulai menggigit bibirnya takut jika Ayah memarahinya. Reaksi spontan barusan olehnya itu dilakukan semata-mata karena sepertinya ia menduga om Ali yang merupakan sahabat ayahnya itu mencoba untuk melihat Vega dan berusaha menjodohkannya. Kalau tidak salah tebakan Vega seperti itu. Dari kecil, keluarga om Ali ngebet pengen Vega jadian sama Bima, playboy cap kucing yang suka gonta-ganti pasangan semenjak SMP.

Vega tau, karena mereka terus-terusan satu sekolah dan dipasang-pasangin sama keluarga mereka.

Saga pun bertindak, "Iya om, kami pacaran. Apa om merestui?" tanya Saga yang membuat Vega kesel. Kenapa Saga harus menawar? Kalau Ayahnya tidak setuju itu bukan masalah besar, mereka hanya perlu mengabaikannya.

Diluar dugaan, Ayah berdiri dan menepuk bahu Saga. "Nggak, Ayah setuju kok kalian bersama. Nggak nyangka aja kamu bertindaknya lebih cepet dan Ayah juga nggak nyangka Vega nerima kamu," katanya sambil tertawa merangkul keduanya. Sepertinya dari awal Ayah Vega sudah tau kalau Saga suka sama Vega tapi Ayah tidak terlalu yakin kalau Vega suka, karena anaknya ini cukup cuek sama cowok.

"Li, keknya kita nggak jadi besanan. Ini anak ku uda punya calon sendiri," kata Ayah yang seketika membuat Vega menghembuskan napas leganya.

"Iya nggak apa-apa, kan masih pacaran. Kali aja besok-besok putus, anak mudah kan sukanya berubah-ubah," kata om Ali masih belum menyerah. Vega mendesah, terlihat kesal.

"Maaf om, sepertinya saya ingin serius sama Vega. InsyaAllah saya akan pertahankan hubungan kami," kata Saga sangat yakin, membuat Vega dan Ayahnya tersenyum, nampak bangga.

"Ayo masuk, Ayah bawa makanan buatan bunda," kata Ayah mengalihkan topik dan keduanya pun ikut masuk.

Vega sama sekali tak menyangka jika Ayahnya ini tak menolak Saga sama sekali. Biasanya Ayahnya ini cukup rewel dengan beberapa cowok yang suka mendekati Vega tapi Saga adalah pengecualiannya.

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top