Chap 5 : Shoot Me

🎶Playlist🎶

Day6 - I Like You
.
.
Hi...Aku datang 😂😂😂
Dengan ff ini 😉
.
.
Masih ingat???
Ada yang menunggu???
.
.
Vote x komen
Jangan pernah lupa
😂😂😂
.
.
Thanks
😗😗😗
.
.
Happy reading
📖📖📖
.
.
.
.

Seperti dugaan Vega kemarin, gosip tentang dirinya dan Angel yang menjadi pacar anak Daydream menyebar seperti kecepatan cahaya. Cewek ini curiga, jika ada beberapa mata-mata di sekelilingnya tapi yang membuatnya tak habis pikir adalah kenapa mereka seheboh ini? Ayolah, mereka bukanlah band papan atas.Beberapa mahasiswi yang menjadi penggemar berat mereka, jelas tidak dapat menerimanya begitu saja. Mereka datang dan melabrak Angel serta Vega dengan berbagai pertanyaan dan alasan konyol.

"Vega, beneran lo pacaran sama Saga? Bilang nggak bener gitu, biar gue nggak patah hati."

"Saga itu calon imam gue tau!"

"Angel! lo kok jahat banget sih ngerebut Barra dari kita? Lo, nggak tau apa gue cinta mati sama Barra!"

"Barra itu pacar sejuta umat, gimana bisa lo milikin sendiri! Egois tau nggak?"

Vega muak mendengarnya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk bolos hari ini, moodnya benar-benar hancur. Ia sudah tidak peduli lagi jika sekarang adalah jadwal mata kuliah perpajakan yang cukup terkenal dengan dosen killer.

Ia menarik Angel serta Tara dengan cepat. "Emangnya kita mau kemana sih Veg?" Tara memprotes Vega.

"Kemana aja, asal nggak ketemu sama fans konyolnya mereka. Gue capek serius, pengen gue tendangin satu-satu." Vega tak berhenti mengomel.

"Iya tapi kemana? Gue nggak mau dapat E dari pak Samsul," rengek Tara.

Vega pun melepaskan tarikannya. "Ya uda balik sono ke kelas, biar gue sama Angel aja. Emang lo nggak ngerasain gimana jadi kita sih!" kesal Vega dan Tara hanya memanyunkan bibirnya.

"Gue malah seneng kalau ngalamin kayak kalian. Kenapa sih, Barra nggak milih gue aja. Kan gue lebih bahenol dari pada Angel," cecar Tara yang unfaedah sama sekali, membuat Vega dan Angel menggeleng.

Bahkan Angel berjalan lebih dulu, meninggalkan mereka berdua. Sepertinya satu gadis anggun dengan penuh etitude ini sudah berada diambang batas kesabaran. Vega pun berjalan mengikuti sembari terus menahan tawanya.

"Ya ela, gue ditinggalin!" protes Tara yang mau tidak mau mengikuti kedua sahabatnya itu.

Mereka bertiga berjalan menuju parkiran, pada nebeng sama mobil Angel yang entah tidak seperti biasanya yang diantar oleh pak Ujang, sang sopir yang sayang banget sama Angel, sudah seperti kakeknya saja.

"Tumben bawa mobil sendiri? Pak Ujang sakit?" tanya Vega dan Angel menggeleng.

"Nggak kok, cuman gue kasihan aja gitu. Lagian nggak ada ortu dirumah, jadi gue bisa dengan bebas bawa mobil sendiri," terang Angel dan kedua sahabatnya itu hanya beroria.

"Jadi kita kemana?" Tara masih bertanya.

"Kalian nggak akan kemana-mana, ikut kita ngongkrong," sahut seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Barra. Cowok cakep dengan segudang senyuman, kini berjalan mendekat membuat Vega mendesah, di ikuti Angel dan Tara yang nampak begitu bahagia.

"Nggak!" tolak Vega keras, ia masih kesal dengan semua yang terjadi akibat para cowok-cowok nggak bertanggung jawab ini.

"Lah, kita butuh dukungan kalian. Entar kita beliin ice cream deh," celetuk Willy dengan konyolnya tentu saja membuat Vega semakin geram. Dikiranya mereka ini anak kecil? Sok-sokan mau bujuk pakek ice cream.

"Nggak ada! Kalian pergi sana, ke neraka kalau bisa. Gue nggak mood urusan sama kalian, sebelum kesabaran gue abis,"sergah Vega yang kini meraih kunci mobil Angel dan masuk kemobil Angel. Sepertinya ia secara suka rela menjadi sopir, sebenarnya ini hanya untuk membuat mereka secepatnya pergi dari para cowok menyebalkan itu.

"Nggak, Angel ayo ikut gue. Biarin mereka nggak ikut," rayu Barra yang bahkan kini menarik Angel yang polos tanpa dosa itu begitu saja. Angel yang memang memiliki karakter tidak tegaan, tentu hanya diam dan membiarkannya.

"Aku mau ikut juga kalau gitu," celetuk Tara yang tentu tak akan melewatkan hari menyenangkan bersama Barra, idola abadinya.

Vega yang melihat itu semakin kesal saja, ia pun turun dari mobil dan segera mendekati Barra serta Angel, menarik gadis itu begitu saja.

"BAR, LO MANUSIA APA BUKAN? NGERTI BAHASA MANUSIA KAN?" sentak Vega yang terlihat tak dapat mengontrol amarahnya lagi.

"Uda Bar, jangan ganggu mereka," celetuk seseorang yang seketika membuat Vega terdiam. Angel dan Tara segera memandangi Vega, terlihat khawatir. Barra yang melihatnya, terlihat bingung.

"Bang Marvin, gimana kabar lo bang? Keknya sibuk terus jadi anak mapala, eh nggak jir, sekarang mah sibuk nempelin Diana haha," ledek Willy sambil terbahak. Semua orang cukup tau, Marvin adalah mahasiswa senior, maco, cakep dan baik hati. Dia senior yang selalu Vega kagumi semenjak SMP dulu, mereka juga dekat. Vega, Marvin dan Diana mereka bertetangga, terkadang mereka sering mangkal di warung soto depan kompleks. Diana tau jika Vega menyukai Marvin semenjak lama tapi cewek itu tetap menerima Marvin.

Saat Vega mempertanyakan kenapa? Karena ia sangat menyukai Marvin, jadi Vega boleh membencinya dan itu adalah perkataan Diana.

Dari pada Vega terus menyimpan kekesalannya tiap hari melihat mereka berdua jalan bersama, akhirnya Vega memutuskan untuk kos. Jadi, alasan Vega kos adalah karena hal ini.

"Gosip aja lo Pil. Veg, besok gue sama Diana bakalan ngadain acara makan-makan. Datang ya," ajaknya dan Vega masih menunjukkan wajah suramnya. Marvin tetaplah Marvin yang tak memiliki kepekaan sama sekali. Vega cukup tau, jika Marvin selamanya hanya menganggapnya seperti adik, tapi apa cowok ini benar-benar tidak tau bahwa Vega menyukainya?

Marvin datang tiba-tiba saat Vega menunjukkan amarahnya. Bahkan setelah itu, Marvin masih saja mengatakan hal semacam ini?

Tara dan Angel terlihat kesal pada seniornya ini, namun Vega ia masih bungkam. Barra yang sepertinya cukup memahami apa yang terjadi? Terlihat mulai membuka mulutnya.

"Nggak bisa keknya bang, besok gue sama Saga mau double date," ucap Barra yang tentu mendapat plototan dari anak-anak yang lain. Barra mulai ngelantur lagi, apa tak cukup masalah yang kemarin? Dia mau menambahnya lagi? Willy terlihat sekali ingin tertawa tapi Barra sudah berhasil mencubitnya, membuat ekspresinya berubah menjadi menahan sakit.

Dahi Marvin mengkirut, memandang Vega seolah meminta penjelasan tapi Vega masih saja diam, terlihat enggan untuk mengatakannya.

"Tau Saga kan bang? Itu anak Bem. Nah, dia itu pacarnya Vega sekarang," lagi Barra menjelaskan membuat Marvin nampak terkejut.

"Lo serius pacaran sama Saga? Gimana dia bisa mau sama lo?" Ending yang sudah dapat Vega tebak. Marvin akan selalu meledeknya yang seperti cewek jadi-jadian ini.

"Kenapa enggak? Vega kan cantik!" Sungguh luar biasa, Angel yang selalu diam kini menyahut. Barra semakin tertarik dengan drama di hadapannya ini. Willy, terlihat kebingungan karena tak mengerti.

Marvin tertawa. "Cantik apanya? Dia ini preman komplek tau, gue suka di palakin," kata Marvin yang kini merangkul Vega. Terlihat Vega tak nyaman, Tara dan Angel terlihat bertambah kesal.

Tara pun segera menarik Vega. "Veg, ayok pergi! Gue harus ngumpulin tugas pak Samsul," tegas Tara yang terus-terusan menarik tangan Vega. Angel pun mengekori mereka, tak jadi cabut dari kampus.

"Jangan lupa double date kita besok!" seru Barra dan Angel melambaikan tangannya. Entah itu benar atau tidak? Yang pasti Angel kali ini perlu masuk dalam sandiwara ini, sedikit memberikan pelajaran pada Marvin.

"Kalian serius, Vega pacaran sama Saga?" Marvin masih tak percaya, bertanya pada Willy dan Barra yang masih bersamanya.

"Tanya aja ke Saga bang, kalau nggak percaya," kata Willy yang kini berjalan pergi, kesempatannya bersama Tara lebih lama pupus sudah.

"Gue cabut bang, mau ngapelin si Angel," kali ini Barra pun pergi.

Marvin masih berdiri, memandang punggung Vega yang menjauh. Ia nampak memikirkan sesuatu.

---***---

Anak Daydream sedang berada di markas besarnya. Minus Willy sama Barra. Dirga sibuk menyetel drumnya, sementara Jun sibuk bermain game dalam ponselnya.

Saga, terlarut dalam tumpukan proposal pengajuan kegiatan. Sepertinya ia akan sangat sibuk hari ini, selalu menjadi anak Bem kebanggaan kalau Saga mah.

"GAWAT!!!" Willy datang dengan kehebohannya.

Semuanya memandang dia dengan heran.

"Apa? Tukang bakso pacaran sama bu kantin?" Jun mencoba menebak, Dirga terbahak. Biasanya tingkat kehebohan Willy itu yang seperti ini.

"Bukan, bego! ini tu tentang Vega!"

Kali ini, Saga menghentikan acara ngetiknya, mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Willy. Biasanya juga, Saga tak terlalu memperhatikan ocehan tak penting Willy.

"Apa? Kenapa sama Vega?" tanya Jun sambil melirik Saga, kemudian tertawa sendiri.

"Ternyata dia suka sama bang Marvin!" pekik Willy.

"Eh, mulut lo Pil! Diem aja kalau lo nggak tau, biar gue aja yang cerita!" kata Barra yang kini bergabung diantara mereka.

Mereka pun duduk melingkar di meja yang semenjak tadi Saga pakai untuk mengetik. Bahkan Dirga yang tadinya sudah khusyuk dengan drumnya tak mau ketinggalan. Biasanya jika mereka melingkar seperti ini, mereka sedang serius membangun aliansi untuk ngegame. Namun, saat ini mereka melakukannya karena seorang Vega.

"Jadi?" Saga memulai pertanyaan, sepertinya satu cowok ini mulai kehilangan ketenangannya.

"Yang gue lihat mereka punya hubungan," kata Barra.

"Iya, si Vega keknya suka sama bang Marvin!" Willy menyeletuk.

"Iya cuman sepertinya ini lebih rumit. Angel sama Tara sebel ngeliatin si Marvin. Sag, lo harus bergerak, keknya Marvin sebenernya suka sama Vega tapi dia nggak mau ngakuin. Ati-ati aja ya lo." Barra mencoba memperingatkan Saga.

"Tunggu, kok lo bisa ngomong gini ke Saga? Mereka kan cuman pacar boongan?" tanya Willy keheranan dan yang lainnya ingin sekali memberikan pukulan tepat di kepalanya si Willy, biar pinter dikit jadi manusia.

Siapa disini yang nggak tau kalau Saga suka Vega? Kalau bukan Willy yang kadang kalau kumat begonya lebih nyebelin dari miper.

"Gue tadi bilang kalau kita mau double date," lanjut Barra.

"Lo gila ya?" celetuk Dirga.

"Pasti Vega nolak mentah-mentah." Duga Jun.

"Wkwk bener tapi dia nggak bisa ngapa-ngapain. Malahan cara itu yang bisa nyelametin dia dari Marvin. Ah, gue gemes banget deh jadinya. Sag, gas terus donk, entar kalau keduluan Marvin gimana? Nyesel lo!" omel Barra dan Saga pun bangkit.

"Mau kemana lo?" tanya Jun dan Willy bersamaan.

"Memuin Vega," jawabnya.

"Hah?" kata mereka serempak, cukup dibuat bingung dengan sikap Saga yang tak mudah di tebak ini.

---***---

Benar seperti dugaan anak Daydream, Vega dan kawan-kawan pergi ke kantin. Duduk dengan santai meminum jus dan bakso. Vega terlihat sekali menahan marahnya, Angel menatapnya khawatir dan Tara memilih untuk pura-pura sibuk dengan handphonenya. Serius, Vega kalau marah lebih menakutkan dari dosen terkiller sekalipun.

"Gue benci sama mereka!" pekiknya dan Angel mengangguk paham.

"Itu kenapa gue males banget pulang, mereka tu kek nunjukin pasangan paling romantis seluruh dunia. Itu kenapa, nyokap selalu desek gue buat cepet punya cowok. Serius ya Gel, tadi itu rasanya gue pengen mukul muka Marvin," akui Vega.

"Lo belum bisa lupain dia ya?" tanya Angel yang kini menyentuh pundak Vega.

Vega mendesah, "Sialnya ia," ucapnya dengan jujur.

Duak

"Apaan sih Tar..." kesal Angel yang kaget.

"Suka banget bikin jantung orang copot," kali ini Vega mengeluh.

Tara masih saja melongo dan mengabaikan handphonenya yang terjatuh.

"Hoi, Tar..." Vega menggerak-gerakkan tangannya di depan Tara dan cewek ini pun memberikan kode kepada kedua temannya untuk melihat sosok dibelakang Vega dan Angel.

Keduanya pun menoleh, terkejut mendapati sosok yang tak asing bagi mereka yaitu Saga. Demi apapun, mereka tak memahami kenapa Saga bisa berada disini.

"Sa-ga..." guman Vega pelan.

Cowok itu pun berjalan, semakin dekat dan duduk disamping Tara. Membuat ketiga cewek ini kebingungan.

"Katanya tadi ada cowok yang ganggu kamu?" Saga bertanya.

"Maksud lo, gue?" tanya Vega, mengacungkan jarinya pada diri sendiri, Saga pun mengangguk.

Angel tersenyum, Tara blank dan Vega kikuk.

"Tar, keknya dompet gue ketinggalan di mobil deh. Yok, anterin gue ngambil," ajak Angel yang segera menarik tangan Tara tanpa menunggu jawaban dari cewek ini.

"Eh, biar gue yang bayarin!" sahut Vega yang jelas sekali tidak mau ditinggal sendirian dengan Saga.

"Nggak lah, anak kos itu kudu hemat," sahut Angel yang tentu membuat Vega kesal setengah mati. Terlihat sekali Angel sengaja melakukan ini kepadanya.

Tara hanya menertawai Vega saat mulai memahami maksud dari Angel dan Vega hanya mampu menghela napas kesal.

"Veg..." Saga memanggilnya dan Vega pun segera menatap Saga dengan kikuk. Entah kenapa? Untuk satu cowok ini, Vega tidak bisa berkata sesuka hati karena Saga bukan tipikel cowok yang bertingkah seenaknya seperti Barra. Saga juga tidak pernah bikin gara-gara dengan Vega, jadi Vega juga tidak punya alasan untuk bertingkah seenaknya di depan Saga.

"Apa Sag?" tanya Vega.

"Apa kamu marah tentang pacaran palsu ini?" tanya Saga dengan serius. Vega diam, terlihat bingung.

"Jujur aja, aku nggak bakalan marah kok," kata Saga dengan lembut yang tentu saja membuat Vega ambyar.

Gila ya, di omongin gini aja gue uda panas dingin. Apa lagi ditembak beneran sama Saga? Ya ampun! bego banget sih lo Veg, ngapain coba ngayal kek gini?

"Sebenernya gue kesel, setiap saat mereka gangguin gue. Cuman nanya apa gue pacaran sama lo? terus omongan mereka juga kadang bikin kesel, gue heran sama cewek jaman sekarang, apa harus segitunya kalau suka sama cowok? Pantas aja si Barra ngelunjak, KePDan akut, ya karena cewek model mereka," omel Vega yang tentu membuat Saga tersenyum. Gila, senyum Saga itu manis banget tau, bikin hati Vega tiba-tiba berdebar.

"Jadi kamu maunya apa? Aku bilang kalau kamu bukan cewek ku?"

"Jangan!" jawab Vega dengan reflek, tentu hal ini mengejutkan dirinya sendiri bahkan Saga.

"Maksudnya jangan?" Saga bertanya untuk memperjelas semuanya.

"Mereka bakalan nuduh gue ngaku-ngaku lagi," keluh Vega yang membuat Saga tersenyum.

"Kalau gitu, kita jalan beneran aja," ucap Saga dengan senyum yang masih mengukir dibibirnya, menatap Vega sepenuhnya.

"Hah?" Vega terlihat shock sekaligus bingung.

-Tbc-



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top