Tsugaru x Psyche.

Sebenarnya kemarin author lupa kasih note dibawah (maklum, lagi buru-buru)

Gak tau mau ngomong apa lagi, nanti aja dipaling bawah. Dah, selamat membaca :::vvv


Pria itu terombang-ambing dalam aliran ruang dan waktu. Segalanya sangat membingungkan, dia sudah tidak bisa membedakan mana atas dan mana bawah, semua tampak sama dan berputar.

"Saku..raya... " Pria itu bergumam pelan. Ia tidak bisa menghentikan pikiran negatifnya akan hal yang akan terjadi padanya-tidak, mungkin yang lebih ia khawatirkan adalah orang lain ketimbang dirinya sendiri.

"Kenapa kau sangat keras kepala? Aku sudah mengatakan bahwa dia tidak ditakdirkan bersamamu, kenapa kau tidak melupakannya saja? " Sosok yang mengaku sebagai dewa ruang dan waktu mulai resah dengan gumaman tidak jelas milik pria yang tengah bersamanya ini.

"Melupakannya katamu? Ha.. Ha.. Ha.. Bahkan aku tidak bisa melupakannya walau sedetik pun. Apa yang kau tahu tentang Sakuraya?... Aku keras kepala? Tidak! Aku hanya sangat mencintainya! Sangat! Melebihi siapapun di dunia! Lalu kau menginginkan aku untuk melupakannya? Huh, aku lebih memilih mati! " Kata pria itu penuh penekanan. Ia sudah muak dengan dewa yang mempermainkan cintanya seperti sesuatu yang tidak berguna.

"Makanya, sudah kukatakan beberapa kali kalau kau memang bukan takdirnya... "

"Kenapa begitu? "

"Kehendakauthor--uhuk-uhuk! Maksudku, itu takdirnya. Dia juga tidak mencintaimu bukan? Buat apa dipertahankan? "

"DIAM! Dia hanya terkejut, aku tahu... Disudut terdalam hati Sakuraya... Pasti ada... Aku disana... " Perlahan air mata pria itu menetes.

"Baiklah-baiklah, terserah kau saja. Lagipula, sudah terlambat. Kau sudah sampai! Selamat tinggal. Semoga berhasil, Tsugaru "

"Ah, tunggu! " Tsugaru terjatuh dari langit biru dan mendarat tidak mulus di pepohonan.

Gratak!

Krak!

Gusrak!

Bruk!

Tsugaru mengumpat pelan, seluruh tubuhnya sakit, dan kimononya kotor. Perlahan, kesadarannya memudar.
"Saku...raya... Awas saja kau... Dewa... Sia.."
Belum selesai umpatannya, ia sudah kehilangan kesadarannya.

(Sementara itu, di dunia lain)

Di kota Mekaku City yang damai, tampak seorang gadis manis berambut pendek tengah bersenandung sembari menikmati keindahan kota tercintanya itu.

"Hm~hm~, (*'▽'*)♪ Hari ini aku ingat kalau Delic ingin memasakkan sesuatu untukku! Kira-kira hari ini apa ya~?" Ternyata bukan, dia tengah memikirkan makanan yang akan dimasakkan oleh temannya dan bukan keindahan kota...he?

"Delic! Aku datang berkunjung! Buatkan aku masakan seperti kemarin ya! " Katanya sembari mengetuk pintu apartemen temannya itu.

Tak kunjung dibuka, gadis itu menggembungkan pipi chubby yang membuatnya semakin manis.

"Delic~aku datang berkunjung loh! Bukakan pintunya... Wan-chan! Selamat pagi! Sedang jalan-jalan ya? " Gadis itu menyapa tetangga temannya yang seorang ibu-ibu gemuk dan cerewet.

"Sudah kubilang namaku Nadeshiko, Psyche-chan! Wan-chan itu nama anjingku tahu! " Ibu-ibu itu memukul kepala Psyche-nama gadis itu dengan daun bawang.

"Oh ya? Bukannya semua orang lebih tertarik untuk menyapa Wan-chan ketimbang Nadeshiko-san ya? Ahaha! " Psyche tertawa seraya memegangi perutnya yang sakit karena terus tertawa.

"Psyche-chan! " Psyche melarikan diri.

"Salam untuk Nadeshiko-san ya, Wan-chan! " Katanya sebelum benar-benar pergi dari sana. Wanita paruh baya itu hanya bisa menghela nafas dengan kebod-kepolosan Psyche.

Psyche melompati gedung-gedung tinggi dengan kembali bersenandung. Saat tembok tinggi atau celah antar gedung yang lebar, ia akan menyanyikan suatu nada tertentu yang akan membuat suara apabila ia pijak, ia menggunakannya sebagai tangga.

"Shizume! Shizume! Haiekara nai hodo made!* " Beberapa pijakan tercipta dan dengan riang ia melompati tangga nada tadi dan sampai di ujung gedung.

"dousennara...odori!odore! Ai ironi narikiru maeni...uchi narase kaware! Kaware! Nemuri ochi ru toukimade!* " Kembali, ia melangkah dengan pasti menuju kesebrang, hampir saja ia menapak di ujung yang lain, sebuah cahaya berwarna-warni berbentuk lingkaran menghisapnya dari belakang. "Eh? " Tangga nada tadi hancur begitu saja bersamaan dengan masuknya Psyche kedalam lingkaran tadi.

(Di dalam mesin waktu)

"Eh? Dimana ini? Ahahaha! Semuanya berputar! Menyenangkan sekali! Aku jadi ingin mengajak kak Izaya untuk naik wahana ini deh! Eh, tapi, kakak kan sedang merantau di luar kota? Hm... Eh, ujungnya kemana ya? Oh ya, Psyche kan belum makan, apa Delic sudah pulang dari berbelanja ya? Tadi kayaknya aku terlalu pagi! Ya, aku datang pukul 5 pagi dan Wan-chan sudah berjalan-jalan! " Psyche terus berbicara dengan dirinya sendiri sampai ia berada ditujuan. Kurasa mabuk waktu tidak berpengaruh kepadanya -_-||

Seperti Tsugaru, Psyche juga jatuh dari langit, bedanya, ia ditangkap oleh seseorang.

Bruk!

"Kau tidak apa-apa? " Tanya orang yang menangkap tubuhnya. Psyche membuka matanya pelan, kemudian manik berwarna marun itu mengerjap.

"Kakak! Kak Izaya! Kakak sudah pulang dari merantau? Ahaha! " Psyche memeluk erat (mencekik) leher Izaya. Izaya menepuk punggung Psyche beberapa kali.

"Tunggu---aku tidak---bisa--" Psyche melepas pelukannya dan menatap Izaya dengan lekat.

"Tunggu... Kau... Hibiya? Eh, bukan ya? " Izaya menatap Psyche dari atas kebawah. Sekilas memang mirip dengan adik kesayangannya, tapi Izaya tahu itu bukan dia.

"Kenapa kakak malah lupa dengan adik kakak sendiri? Aku ini Psyche Orihara! Adik kakak! " Psyche menarik ujung bibir Izaya kesamping, membuatnya tersenyum. "Kakak lebih baik saat tersenyum! Nah, seperti ini! "

Izaya meneteskan air matanya, dengan cepat ia memeluk gadis itu. Dengan frustasi ia berteriak.

"Kemana? Kemana kau sebenarnya Hibiya?! Kenapa kau meninggalkan kakak? Apa kau tidak menyayangi kakak hah? Ukh... Hibiya! " Izaya menangis dengan pilu. Sudah seminggu ia mencari sang adik dengan sabar, tapi itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Dia kurang tidur dan kurang makan, begitu ia menemukan anak yang sangat mirip dengan adiknya, ia hanya bisa menangis dan melampiaskan semuanya pada Psyche.

Psyche ikut menangis juga. "Jangan menangis kakak, Psyche disini... Ukh... Hiks! Tidak kemana mana kok! Psyche disini! " Sama seperti Izaya, ia juga bingung, tapi yang ia tahu adalah memeluk orang yang diyakini kakaknya itu agar berhenti menangis.

"Aku menyayangimu adikku... Sangat... Hibiya... Adikku sayang... " Gumam Izaya pelan.

(Di istana)

"Ukh... Dimana ini...? " Tsugaru menggerang pelan, kepalanya berdenyut-denyut. Tangannya diperban, sepertinya patah. Dia menoleh kekanan dan kekiri. Seorang maid menghampirinya.

"Shitsuo-san! Syukurlah anda sudah sadar! Bagaimana perasaan anda? Apa masih ada yang sakit? Atau ingin kubawakan sesuatu? " Tanya maid tersebut.

"Air... Tolong ambilkan air... "

"Saya mengerti! Sebentar... " Maid itu berlari seperti orang kesetanan menuju dapur. Beberapa menit kemudian, dia datang membawa air putih.

"Silahkan. "
"Terimakasih. " Dengan segera, Tsugaru meminum air putih itu dengan cepat, merasa belum cukup, ia meminta dituangkan sekali lagi.

"Haa..aah... Terimakasih, ngomong-ngomong, dimana ini? Dan siapa Shitsuo itu? " Tanya Tsugaru pada maid itu.

"Eh? Tentu saja ini kamar anda sendiri, dan tentu saja Shitsuo adalah anda bukan?! Apa saya salah? " Maid itu kebingungan.

"Namaku Tsugaru Hewajima. Bukan Shitsuo, aku berasal dari kekaisaran Orihara. Aku ingat sekali terjadi sesuatu pada saat aku mengobrol dengan adik angkatku... Lalu... Aku tertarik oleh sesuatu yang menyebut dirinya sendiri... Dewa?" Jelas Tsugaru pada maid tersebut. Akan tetapi maid itu malah semakin kebingungan.

"...?"
"..."

Dari kejauhan, suara gerbang istana dibuka dan teriakan orang-orang istana terdengar untuk menyampaikan suatu berita besar.

"Nona muda Hibiya telah kembali! Nona muda Hibiya telah kembali! " Teriak salah seorang prajurit dengan gembira.

"Apa?! Nona muda Hibiya telah kembali??!!! Aah, syukurlah! Ayo, Shitsuo-san, kita harus menyambut putri!!!" Dengan semangat 45,maid tersebut menarik tangan Tsugaru yang diperban dan menyeret Tsugaru yang lelet dan berteriak kesakitan.

(Di gerbang utama)

Pasukan berkuda datang dengan sambutan meriah. Beberapa prajurit memanggil-manggil nama putri Hibiya dengan semangat. Izaya yang tengah menunggangi salah satu kuda merasa resah. Ia pun angkat bicara.

"Tenanglah kalian semua! Ini tidak seperti yang kalian kira, dia bukan Hibiya. Tapi, aku harap kalian melayaninya sebaik kalian melayani Hibiya. Mengerti?! "

"Apakah benar bahwa nona muda Hibiya tidak dapat ditemukan, Yang mulia? " Tanya salah seorang kepercayaan Izaya.

Izaya menghela nafas. Dahinya sedikit mengkerut dan matanya sedikit kehilangan cahayanya.

"Tidak. Kuharap ia baik-baik saja. Nah, mari kita masuk dan beristirahat, kalian pasti lelah setelah membantuku untuk mencari Hibiya selama seminggu, Psyche juga, kau akan disambut baik di kerajaanku. " Psyche menoleh kepada Izaya yang berada di belakangnya. Dia tersenyum dan hanya menjawab dengan anggukan.

***

Tsugaru merasa nyawanya sudah benar-benar tidak dapat ditolong. 'Maid ini sengaja ingin membunuhku atau menolongku sih? Tanganku rasanya akan copot! ' Pikir Tsugaru. Sampai dikerumunan, ia mengintip bersama para pekerja dan prajurit yang juga ikut menonton, dan ternyata Tsugaru masih hidup, syukurlah... Wattpad ini bahkan masih belum setengahnya.

"Siapa sebenarnya putri Hibiya itu? Kenapa dia menghilang? Dan jangan menarik tanganku seperti itu, lepaskan! " Tsugaru sedikit emosi, maid itu hanya menjawab dengan 'hehe'

"Apa Shitsuo-san hilang ingatan? Putri Hibiya itu nona muda anda! Anda yang biasanya melayani segala keperluan dan jadwal putri Hibiya! Itu adalah suatu kehormatan besar kedua setelah melayani Putra mahkota Izaya! " Maid itu menjelaskan dengan menggebu-gebu.

"Lalu kehormatan untuk melayani rajanya mana? "

"Oh iya, berarti yang ketiga. Sebenarnya... (suara mengecil)... Yang mulia raja itu hampir tidak berguna sama sekali, semua sudah diurus oleh putra mahkota Izaya oleh karena itu kadang saya salah dan melupakan beliau (๑و•̀ω•́)و " Maid itu kembali mengintip gerombolan pasukan berkuda.

Setelah Izaya menjelaskan yang sebenarnya terjadi, beberapa maid dan pelayan ikut menghela nafas. Bagaimana sebenarnya nasib putri muda mereka? Apakah beliau baik-baik saja?

Tsugaru yang tidak tahu apapun hanya bisa menepuk punggung maid tadi--ikut berbela sungkawa atas hilangnya putri mereka. Pada awalnya, ia sama sekali tidak tertarik pada siapa dan seperti apa Yang mulia Izaya itu. Tapi, Tsugaru dapat merasakan sesuatu yang membuatnya tertarik.

"Izaya... Nii-sama... " Gumamnya pelan.

Pada detik itu, segalanya serasa berhenti bagi Tsugaru. Ia ingat sekali saat ia membantu mengkremasi tubuh kakak angkatnya itu. Surai hitam kelam seperti Sakuraya... Manik merah darahnya... Itu pasti Izaya nii-sama!!!

"Nii-sama! " Tanpa berpikir, Tsugaru menerobos masuk untuk sampai kehadapan Izaya.

"Nii-sama!!! Nii-sama!! Izaya nii-sama! " Tsugaru mengatur nafasnya. Belum selesai keterkejutannya akan Izaya. Tsugaru kembali dikejutkan dengan sosok yang ia rindukan.

"Sakuraya...? Bukan... Itu bukan dia... " Sekelebatan bayangan Sakuraya membayangi Tsugaru. Yang ia lihat sekarang adalah Psyche, gadis yang ia tidak kenal sama sekali.

"Shitsuo? Apakah itu kau? Kau sudah kembali? " Izaya menelengkan kepalanya. Psyche ikut meniru Izaya, ia kelihatan sangat nyaman bersama Izaya yang ia kira kakaknya itu.

"Izaya-nii..." Tsugaru menatap Izaya penuh harap. Mencoba mendapatkan jawaban. Izaya mengeryit, lalu mengangguk.

"Siapa namamu? " Izaya melompat turun dari kudanya dan membantu Psyche turun juga. Kerumunan orang sudah mulai bubar dan kembali mengerjakan tugas yang sempat ditunda.

"Tsugaru... Hewajima...desu. " Tsugaru menjawab ragu-ragu.

"Oh, baiklah. Psyche-chan dan Tsugaru, kalian akan ikut aku menuju ruanganku. Kalian akan kusambut dengan hangat. Kulihat Tsugaru juga sedang terluka. Tidak baik bukan membuat orang yang terluka berdiri lama. " Izaya kemudian memimpin Tsugaru dan Psyche kedalam.

(Aula diskusi)

Ruangan didominasi hitam dan putih itu tampak lenggang. Meja berbentuk lingkaran lebar dengan motif relief bunga indah, serta bagian tengahnya terdapat lampu kaca menggantung indah. Kue-kue manis disusun menambah nafsu makan.
Di bagian timur, ada Tsugaru yang sibuk mendengarkan dan mengetukkan jarinya ke meja. Di sisi barat, Psyche sedang menikmati jamuan seraya mendengarkan(?) penjelasan Izaya. Di utara, Izaya sedang mendengar dan menjelaskan tentang keadaan yang terjadi.

"Jadi, kalian berdua dari suatu negeri yang entah ada dimana, atau dunia lain...begitu? " Jelas Izaya.

"Bukan! Ini pasti luar kota! Karena kak Izaya berkata bahwa ia pergi merantau keluar kota kepadaku! Dan sekarang kakak ada disini, jadi, ini luar kota! " Psyche tersenyum manis.

"Sebenarnya gadis kecil, kita itu berasal dari dunia yang berbeda. Sejarah dan segala sesuatu tentang dunia ini dan duniamu atau duniaku berbeda. Itu terlihat jelas pada bentuk pakaian kita dan apapun yang kau pakai di telingamu itu. Jadi, sudah pasti Yang mulia Izaya bukan ka---" Izaya menutup mulut Tsugaru dengan paksa dengan memasukkannya kue.

"Memang benar kita berbeda dunia, Psyche-chan . Tapi kita tetap saudara bukan?! Ya, aku kakakmu! Kau juga Tsugaru! Kau adik angkatku bukan? Ahaha! " Izaya tetap mencoba memasukkan kue kedalam mulut Tsugaru yang mencoba angkat bicara.

"Hmmmph! Hmmph! " Tsugaru memprotes tindakan Izaya. Padahal jarak antar kursi mereka sangat jauh, tapi Izaya bisa memasukkan kue kedalam mulutnya. Bagaimana bisa?!

"Psst! Jangan membuat Psyche-chan sedih. Anggap saja semua sesuai yang dia pikirkan, Tsugaru. " Izaya berbisik kepada Tsugaru. Tsugaru menelan kue terakhir di mulutnya.

"Jangan terlalu memanjakkannya, Yang mulia! Dia sudah dewasa dan mampu menerima kenyataan apapun walau itu berat sekalipun. Cih! Hanya wajahnya saja yang mirip Sakuraya, apa-apaan sikapnya itu? Seperti anak kecil saja. " Tsugaru menggebrak meja dengan tangannya yang tidak terluka, lalu beranjak pergi.

Psyche menyaksikan kepergian Tsugaru. Ia tidak terlalu mengerti dengan apa yang membuat Tsugaru marah kepadanya. Psyche beranjak dari tempat duduknya setelah mencomot sepotong cheesecake .

"Tsugaru! Tunggu aku! " Psyche menarik ujung kemeja putih Tsugaru, membuatnya berbalik menghadapnya.

"Apa? Kau mau merengekkan sesuatu padaku? " Tsugaru jengah.

"Tsugaru mau kue? Hehehe, dari semua kue yang Psyche makan tadi, ini yang paling enak! Di kota Psyche juga ada! Namanya cheesecake ! Cobalah! " Psyche menyodorkan kue keju kepada Tsugaru.

Tsugaru menatap benci kepada Psyche. Hanya dengan menatapnya, Tsugaru tahu bahwa Psyche sangat berbeda dengan Sakuraya yang anggun dan tegar. Dia kekanak-kanakan, suka tersenyum bodoh dan dia bodoh! Dan dewa sialan itu ingin menggantikan Sakuraya-nya dengan gadis ini? Jangan bercanda!

"Tidak perlu. " Tolaknya.

"Ayolah, kata kakak orang sakit harus makan banyak supaya cepat sembuh! Makanya Tsugaru harus makan banyak! " Psyche kembali menyodorkan kue keju kepada Tsugaru.

Kini Tsugaru kehabisan kesabarannya. Ia menepis tangan Psyche sampai kue itu terjatuh.

"Sudah kubilang aku tidak mau bukan?! Apa kau tidak mendengarku?! menyingkir dariku, sekarang! " Tsugaru membentak Psyche dengan keras. Beberapa maid dan pembantu tertegun dengan bentakan Tsugaru. Mereka mulai yakin bahwa Tsugaru memang bukanlah Shitsuo. Semarah apapun Shitsuo pada Hibiya, ia tidak akan sampai membentaknya di muka umum seperti ini.

"..." Psyche tertegun. Tidak berkata banyak dan hanya memandang kue yang sudah hancur berantakan di tanah.

"Tsugaru...kue nya akan sedih... Tidak seharusnya kau membuangnya... Kalau tidak mau juga... Akan aku makan kok. " Psyche menunduk membersihkan kue yang berceceran tadi. Beberapa maid membantu Psyche mengumpulkan dan membuang sisa kue ke tempat sampah.

"Tsugaru-sama, anda akan saya antar ke kamar anda. Anda pasti lelah bukan? Nah, mari. " Salah seorang butler membimbing Tsugaru ke kamarnya. Izaya telah memberi instruksi kepada para pelayan untuk melayani Tsugaru dan Psyche dengan baik.

"Tsugaru... "

"Te-Tenang saja, Psyche-sama! Tsugaru-sama hanya lelah! Ya, pasti seperti itu. Nah, mari saya antar juga menuju kamar anda!"
Maid itu mengantar Psyche menuju kamar.

(Beberapa hari kemudian)

Tsugaru memperhatikan dari tempat tinggi para prajurit kerajaan yang ia tangani. Sesaat setelah dinyatakan sembuh, ia langsung meminta kepada Izaya untuk diberikan suatu pekerjaan ketimbang berkeliaran dan tidak melakukan apa-apa seharian.

Mengingat potensi Tsugaru sebagai jendral perang handal di dunia asalnya, Izaya kemudian memerintahkan Tsugaru untuk melatih para prajurit agar siap di medan perang (kalau ada perang, nyatanya sekarang sedang dalam masa damai).

"Tsugaru-sama, bagaimana dengan pelatihan hari ini? " Tanya salah seorang jendral yang juga mengajar di pleton lain.

"Sungguh, ini adalah peningkatan yang besar. Mereka mampu mempelajari hal-hal dariku dengan baik dan benar. Kualitas dan kuantitas sangat diperhitungkan betul pada saat penerimaan prajurit, apa benar begitu, jendral? " Tsugaru mengangguk bangga.

"Hohoho! Anda sangat melebih-lebihkan, justru cara pengajaran anda yang tegas dan mudah dipahamilah yang membimbing para prajurit muda ini menjadi terlatih. Hohoho! " Pria paruh baya itu menepuk pundak Tsugaru akrab.

"Saya tidak sehebat itu..." Tsugaru berendah diri. Mereka tertawa bersama.

Disisi lain, Psyche tengah mengikuti pelajaran dari guru kerajaan. Ia sama sekali tidak menyukainya. Jujur saja, ia merindukan kesehariannya yang hanya tidur dan bermain.

"Pak guruuu... Boleh aku main? " Kata Psyche kepada guru yang mengajarnya.

"Tidak boleh, Psyche-sama. Yang mulia Izaya telah menitipkan anda kepada saya, dan saya bertanggung jawab atas pembelajaran anda. Mari kita lanjutkan ke halaman selanjutnya. " Guru itu kembali menuliskan sesuatu di papan tulis.

"Aku bosan! Bosan! Bosan! Lebih baik aku menyanyi bersama Izaya nii-chan! " Psyche merajuk. Satu-satunya keahlian yang dapat dilakukan oleh Psyche adalah menyanyi. Karena dengan menyanyi, ia dapat mengekspresikan suasana hatinya. Termasuk rasa bosannya ini.

"Yang mulia Izaya tengah menghadiri rapat, beliau sedang tidak dapat menemani anda saat ini. " Kata guru itu.

"Eeehh?! Kalau begitu, Tsugaru! Ya, aku ingin bermain dengan Tsugaru saja! " Psyche sepertinya sudah melupakan pertemuan terakhirnya dengan Tsugaru. Jelas, sejak saat itu, Tsugaru menjauhi Psyche dan memilih fokus kepada prajuritnya.

"Anda akan dimarahi lho! Tsugaru-sama tampak tidak terlalu menyukai anda sebenarnya (sudah jelas sih..) " Kata guru itu lagi.

"Kalau begitu... Dengan pak guru saja! Ayo main, pak guruuu" Psyche menyerah.

"Baiklah, Psyche-sama. Kita bermain siapa yang bisa mengerjakan soal berikutnya! Jika anda kalah cepat dengan saya, PR anda akan bertambah! " Jelasnya ceria.

"Tidaaaaakkk!!! " Teriak Psyche frustrasi.

***

Tsugaru tengah mengawasi para prajurit di hutan yang tengah berlatih berburu untuk musim dingin nantinya.

Tsugaru mengajari cara memanah cepat dan memanjat pohon apabila dalam bahaya.

"Nah, dengan cara seperti ini, kita bisa memanjat dengan lebih cepat. " Para prajurit ber'oh'ria dan melakukan instruksi Tsugaru.

"Tsugaru-sama hebat sekali saat mengajar! Tapi Tsugaru-sama, apa anda tidak kesusahan memanjat menggunakan... Ehm... Apa itu... Ah! Kimono itu? " Tanya salah seorang prajurit muda.

"Tidak... Aku sudah terbiasa, dan lagi ini adalah kimono favoritku, hadiah dari seseorang... " Tsugaru tersenyum kecil saat mengingat saat-saat Sakuraya menghadiahinya kimono berwarna biru langit senada dengan maniknya.

"Begitu rupanya... Baiklah, saya permisi dahulu, Tsugaru-sama. " Prajurit itu berlalu.

"Haaah... Sakuraya... Kira-kira bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau sudah melupakanku? " Tsugaru berkata lirih.

"Shinitai nante yuuna yo, akiramenai tte ikiro yo, sore ga utagashi nante... Baka ge teru youna...**"

Tsugaru mendengar suara lirih dan lembut dari balik pepohonan dan ramainya aktivitas prajurit. Tertarik, Tsugaru pun mendatangi asal suara tersebut.

"Bokurawa inochi ni kirawaiteru, tachi ga no egao oshiteku... **" Nada pada lagu itu terasa semakin lirih dan sedih. Tsugaru mempercepat langkahnya.

Di balik rerimbunan pohon, Tsugaru melihat Psyche duduk di salah satu dahan.
Pada awalnya ia ingin pergi begitu melihat Psyche-lah yang bernyanyi, tapi ia mulai ragu saat melihat Psyche terisak.

"Koroshite... Agaitte... Kokotte... Ikitte, ikitte, ikitte ikiro... ** Ukh... Hiks-hiks... Kenapa... Mereka membenciku? Apa aku berbuat salah pada mereka? Izaya nii-chan, tolong Psyche... " Psyche meringkuk disana, air mata terus dihapus, dan tetap mencoba tersenyum.

"Kau kenapa? " Suara Tsugaru menginterupsi kegiatan Psyche. Dengan terburu-buru, Psyche mengusap air matanya dan turun dari dahan pohon.

"Yooo! Tsugaru, ada perlu apa? Apa Tsugaru mau makan kue bersama Psyche? Nah, mari kita ke ruang makan! Hehehe! " Psyche ingin mendorong punggung Tsugaru menuju keluar hutan, tapi Tsugaru tidak bergerak seinci pun.

"Eh? Kenapa tidak bergerak? Tsugaru~bergeraklah! Ayo pergi bersama!"
Psyche berusaha mendorong Tsugaru, tapi Tsugaru tetap tidak bergeming.

"Kenapa menangis? Ada yang mengganggumu? Katakan saja pada Yang mulia, semuanya akan beres. Tidak perlu seperti ini, jangan menangis... Dengan wajah Sakuraya... " Tsugaru menghapus air mata Psyche.

"Aku... Bukan Sakuraya, namaku Psyche, Tsugaru... Psyche hanya Psyche... Bukan Sakuraya... Para maid itu... Dan pak guru juga, mengatakan bahwa puyri Hibiya lebih baik. Psyche tidak suka belajar, Psyche tidak pintar... Kenapa harus seperti Hibiya? Kenapa aku tidak bisa menjadi diriku sendiri?! Nee, kenapa, Tsugaru?" Manik itu kembali mengeluarkan air mata.
Tsugaru mengarahkan jarinya untuk menghapus air mata Psyche.
"Tidak apa untuk tidak mendengarkan mereka. Jadilah dirimu sendiri...
Saike--"

Bruush!!

"Ahahaha! Tsugaru, namaku Psyche! Bukan Saike, kau lucu sekali! Ahahaha! " Psyche memeganggi perutnya yang sakit karena terus tertawa. Tsugaru memerah, ini karena ia tidak pernah mengucapkan nama Psyche, dan lagi dia sangat kuno akan nama-nama yang sulit diucapkan seperti Psyche.

"Kalau aku memanggilmu seperti itu memanggnya kenapa hah? Tidak boleh?! " Tsugaru mencubit pipi chubby Psyche dengan gemas dan malu.

"Tidak apa-apa kok! Nama panggilan Psyche dari Tsugaru adalah Saike! Hehehe!" Psyche yang kembali tersenyum membuat hati Tsugaru kembali hangat... Eh! Tidak-tidak-tidak! Ini hanya seperti menenangkan gadis kecil! Ya, seperti itu!
Tsugaru kembali ditarik Psyche untuk makan kue bersama.

(Keesokan harinya)


Tsugaru tengah menikmati rokoknya sendirian di taman bunga mawar Hibiya. Hari ini ia sedikit ingin merefresh-kan dirinya dari kesibukan berpikir berbagai hal yang baru-baru ini terjadi pada dirinya.

Ia juga tidak melihat Psyche seharian ini. Baguslah, dengan begitu ia lebih mudah bersantai dan terhindar dari celotehan dari sipemilik bibir kecil itu. Meskipun dia telah berjanji untuk bersama-sama makan malam dan makan kue bersama nantinya, setidaknya sekarang dia damai.

(Sementara itu, di gudang)

Ruangan itu berdebu dan kotor. Banyak sarang laba-laba dan benda-benda tidak berguna ditaruh begitu saja disana. Disana, terdengar jerit kesakitan milik seorang gadis manis.

Bruak!

Plak! 

Brugh!

"Akh! Sudah cukup! I-Ini sakit sekali... Aku mohon hentikan... " Psyche menjerit kesakitan, entah sudah kebeberapa kali tubuh kecilnya dijadikan samsak tinju oleh beberapa orang.

"Nona muda Hibiya selalu menganiyaya kami semua! Dia selalu seenaknya memerintah dan membentak kami hanya karena kami tidak memiliki kuasa untuk menolak! Rasakan ini! " Teriak salah seorang pelaku pemukulan. Dia adalah pembantu Hibiya.

"Aku bukan Hibiya! Namaku Psyche! Ah! Sakit! Jangan pukuli lagi! Kumohon! " Beberapa pembantu pria juga ikut mengeroyok Psyche. Salah seorang darinya menendang perut Psyche dengan kencang.
" Argh! " Psyche yang kesakitan memeluk tubuhnya sendiri, tendangan tadi mengenai ulu hatinya, dan itu sangat sakit. Keringat menetes dari dahinya.

"Jangan tidur dulu dong, temani kami lebih lama lagi. Ah, sepertinya ada barang menarik disini! " Salah seorang maid yang selalu dibentak dan dimarahi oleh Hibiya mengambil balok kayu yang ada disana dan memukul Psyche seraya tertawa.

"Ahahaha! Rasakan ini! Dan ini! Lihatlah apa yang terjadi jika kau merendahkan orang yang lebih tua!" Satu pukulan diarahkan ke pundak, satu lagi di kaki kiri dan terakhir dikepala. Darah mengalir dari pelipis Psyche. Dia sudah mati rasa, semua tampak memburam. Apakah ini akhirnya? Psyche harap Mereka segera menyelesaikannya, dia tidak mau merasa sakit lagi.

"Saike"

"Tsugaru... Tadi sudah janji... Makan bersama... Cheese cake...bersama...bersama.... Pysche... " Gumam Psyche lemah. Nafasnya memendek dan dia merasakan kelopak matanya sangat berat... Tapi... Dia sudah janji....

"Hoi! Sudah kubilang jangan tidur dulu! Urusan kita masih banyak! " Satu pukulan hendak dilayangkan kearah Psyche sebelum ia menghentikan pukulannya--tidak, lebih tepatnya pukulannya dihentikan oleh Psyche.

"jangan... "

"Ha? Apa yang---"

"JANGAN PUKUL PSYCHE LAGI! AAAARRRGGHH!!! " Psyche mendorong jatuh salah seorang pembantu pria Hibiya.

"Kowase! Kowase!* " Psyche membuat tangga nada disekelilingnya, begitu ia mengucapkan lagunya, nada itu menghempaskan beberapa orang yang ada didekatnya.

"Aarggh! "
"Uwagrh! "
"Aaahh!! "

Dinding di belakang mereka hancur seketika. Dengan kesempatan yang ada, Psyche membuat tangga nada dan melompatinya untuk melarikan diri.

"Tangkap dia!! Ternyata selama ini Psyche-sama adalah seorang monster yang membunuh Hibiya-sama!!! Dia mempunyai kekuatan untuk melukai manusia! Penjaga, tangkap dia!! " Maid yang tadi memukul Psyche memfitnah Psyche dan membuat Psyche diburu oleh seisi istana.

"Hah... Hah... Bagaimana ini? Aku harus kemana? Nii-chan... Dimana? Tsugaru... Siapapun, tolong aku! " Lirih Psyche.

"Itu dia disana!! " Beberapa prajurit melihat Psyche yang berlari terhuyung-huyung di tangga nadanya. Untuk sekarang terlalu berbahaya untuk menapak ditanah.

"Ubae, ubae kainarashi ga uso abai--uhuk!"
Psyche memuntahkan darah dan membuat lagunya terputus.

Prang!

Salah satu tangga nada pecah karena tidak berhasil dinyanyikan. Psyche jatuh bebas ke tanah.

(Beberapa menit yang lalu)

Tsugaru entah kenapa terus memikirkan Psyche. Hatinya gelisah. Semenjak kedatangan Psyche dihidupnya, ia tidak pernah memikirkan Sakuraya dengan serius. Meskipun pada awalnya itu hanya rasa kesal karena wajahnya yang mirip dengan Sakuraya, semenjak ia melihat Psyche menangis hari itu, ia tahu... Bahwa Psyche adalah Psyche... Dia... Tidak bisa menjelaskan perasaannya ini. Psyche butuh perlindungan, dia butuh perhatian, dia butuh kebebasan... Tsugaru merasa lebih dibutuhkan ketika bersama Psyche. Apakah dia telah--

"Psyche-sama adalah monster! Kita harus membunuhnya! "
"Katanya dia yang telah melenyapkan tuan putri Hibiya! Sungguh licik! "
"Jangan beri dia ampun! "

Beberapa prajurit dan pelayan bergerombol mencari Psyche. Tsugaru kemudian bertanya kepada salah seorang bawahannya.

"Ada apa sebenarnya ini? " Tanya Tsugaru dengan wajah pucat.

"Ada seseorang yang mengatakan bahwa Psyche-sama lah yang membunuh Hibiya-sama, Tsugaru-sama! Saya tidak bisa percaya hal ini! Ini pasti sebuah kekeliruan! " Katanya khawatir.

"Dimana Saike sekarang?! " Tanya Tsugaru lagi.

"Saya tidak tahu, Tsugaru-sama. Psyche-sama seperti menciptakan sesuatu dengan sihir dan melangkah melintasi udara! Terakhir saya lihat, beliau ada di halaman dekat aula. " Prajurit itu mengatakan semua yang ia tahu, setelah itu, ia beranjak untuk berpencar mencari Psyche sebelum prajurit yang lain menangkap dan membunuh Psyche.

"Kami akan berusaha mencari dan menyelamatkan Psyche-sama, saya yakin Psyche-sama bukanlah seorang pembunuh! Kami permisi. " Satu pleton bawahan Tsugaru berpencar kesegala arah.

Tsugaru berlari dan mencari keseluruh penjuru istana. Saat ini dipikirannya hanya ada Psyche dan keselamatannya.

"Saike! Dimana kau?! Saike! " Tsugaru berteriak frustasi. Ia hampir menyerah mencari sebelum ia melihat sekelebatan di udara.

"Saike! " Tsugaru yakin itu adalah Psyche. Dia berlari mendekati Psyche seraya memanggil namanya.

Tidak ada jawaban. Entah karena terlalu jauh atau ia tengah berkonsentrasi pada sihirnya. Tsugaru ingin kembali memanggil Psyche sebelum tubuh Psyche jatuh bebas ke  bawah.

"SAIKE! " Tsugaru dengan mulus menangkap tubuh kecil Psyche. "Saike! Oh tidak, sadarlah! Kumohon, Saike! SAIKE! " Tsugaru beberapa kali menepuk pipi Psyche untuk membangunkannya. Tangan kiri Tsugaru yang menopang kepala Psyche terasa basah, setelah dilihat, itu adalah darah Psyche.

"Tidak... Banyak sekali. Nee, Saike... Bangun... Kumohon... Jangan seperti ini... Kita baru saja berbaikkan bukan?! " Tsugaru mencoba tidak panik. Tangan kanannya memegang pipi Psyche dengan bergetar.

"A-Ayo, kita obati lukamu dulu. " Tsugaru mengangkat Psyche dan hendak menuju kamar Psyche sebelum segerombolan orang mencegat.

"Tsugaru-sama, dia adalah monster yang pantas dimusnahkan! Jangan kasihani dia!" Salah seorang prajurit berkata.

"Jangan mendekatinya Tsugaru-sama! Dia dapat melukai anda! " Kata salah seorang maid.

"Kita harus melenyapkan monster yang membunuh Hibiya-sama! " Kata salah seorang yang telah menfitnah Psyche sekaligus memukulinya tadi.

"Kata siapa kalian boleh menyentunya, hah? " Tsugaru berbicara dengan penuh penekanan. Semua yang melihatnya hanya bisa begidik ngeri.

"Bisa-bisanya kalian termakan oleh berita yang bahkan tidak jelas kebenarannya. Dan lagi... Apa kalian tidak berpikir? Kalau Saike membunuh tuan putri kalian, dimana jasadnya? Apa buktinya?! Kenapa kalian bisa sangat bodoh untuk percaya bahwa Psyche adalah monster? Apa kalian buta? Dia sedang terluka! Menyingkir dari jalanku! CEPAT! " Seketika itu beberapa orang langsung menyingkir, beberapa memohon ampun, beberapa masih tidak bisa bingung dan berdiskusi.

"Psyche... " Panggil suatu suara. Tsugaru menoleh.

Disana adalah Yang mulia Izaya dan beberapa orang kepercayaannya.

"A-Apa yang terjadi? Kenapa Psyche-chan terluka? Di-Dia tidak apa-apa kan?! " Tubuh Izaya bergetar. Tsugaru hanya bisa tersenyum kecut.

"Saya harap begitu. Bisa tolong urus sisanya, Yang mulia? Aku tidak ingin dia sedih. " Tsugaru kemudian melanjutkan perjalanan.

(Beberapa menit kemudian)

"Keadaannya bisa jadi lebih buruk apabila terlambat. Sepertinya keberuntungan masih berpihak pada Psyche-sama, Tsugaru-sama. Cukup biarkan dia beristirahat dan---"

"Makan yang banyak supaya cepat sembuh. Aku mengerti, terimakasih. " Tsugaru mengantar dokter kerajaan itu ke pintu. Setelahnya, ia menutup pintu dan kembali memandang Psyche yang terlelap.
"Bagaiman keadaanmu? Lebih baik. " Tsugaru berbicara sendiri. Walau sekarang Psyche masih belum membuka matanya, ia cukup lega mendengar ia masih disini. Tsugaru menggenggam telapak tangan Psyche dan menciuminya beberapa kali, matanya terpejam, mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja.

"Psyche... Begitu pengucapannya? Apa aku sudah benar?" Tsugaru berkata lirih. Ia masih menutup matanya sampai sebuah suara menginterupsi.

"Sudah... Tapi... Aku lebih suka dipanggil Tsugaru... Saike... Hehehe... " Sebuah suara lirih menginterupsi Tsugaru.

"Saike... " Manik biru langit itu berkaca-kaca, setetes air mata menetes turun.

"Tsugaru... Kau mau makan cheesecake denganku nanti malam? " Psyche berujar lemah. Wajahnya pucat, tapi senyum mengembang disana.

"Bodoh. Ini sudah malam tahu. Haaah... Anak kecil memang tidak boleh ditinggalkan sendiri. Akan kupanggilkan pelayan agar membawakanmu banyak cheesecake untuk kau makan. Setelah itu, tersenyum lah seperti biasanya. " Tsugaru mencium pucuk kepala Psyche. Psyche terkekeh.

"Makanlah yang banyak--" —Tsugaru.
"Supaya cepat sembuh. " —Psyche.
Mereka tertawa bersama.

***

"Nee, Tsugaru. Kita ini... Masih berteman bukan?! " Psyche menerima satu suapan lagi dari Tsugaru.

"..." Tsugaru menatap Psyche lekat-lekat.
"Tidak. " Katanya tegas. Psyche memiringkan kepalanya.

"Kenapa? —umph! " Bibir ceri Psyche dibukan oleh bibir Tsugaru.

"Aku sudah memutuskannya, aku akan jadi orang yang jauh lebih spesial dari teman. Kau mengerti, Saike? " Tsugaru tersenyum.

"Hehehe, aye ye sir! "

The End

Jadi guys, ada yang nyadar gak dengan 2 ceritaku yang sebelumnya?

Paling juga enggak, kan gk ada yg baca //sadgirl :') yaelah

3 cerita ini sebenarnya satu alur//yah, bukan oneshoot dong//gpp deh

Klo ada yg teliti atau udah tahu alter egonya Izaya, sebenarnya berikut ini adalah pasangan-pasangan dari dunia isekai alter ego Izaya:

1. Sakuraya-Tsugaru
2. Psyche-Delic
3. Hibiya-Shitsuo

Tapi, entah kenapa mereka dipasangkan seperti ini:

1. Sakuraya-Shitsuo (cerita 1)
2. Hibiya-Delic (cerita 2)
3. Psyche-Tsugaru (cerita 3)

Kena-why? Gk tahu, dah dari sananya gitu. Sebenarnya masih ada satu lagi pasangan, yaitu:

4. Hachimen Roppi-Tsukishima (cerita 4—minggu depan)

Tapi mereka berdua gk ditukar, dan biasanya bareng. Ceritanya juga gk berhubungan sama 3 pasangan diatas. Jadi, yah tunggu aja cerita mereka minggu depan, tepatnya hari sabtu ya! Stay toon!

Yang masih gk ngerti juga, ini adalah daftar siapa dan bagaimana mereka pindah ke isekai:

-Shitsuo=Jam raksasa (Dewa);        
  Isekai 2 ke isekai 1.

-Hibiya=mesin waktu;
  Isekai 2 ke isekai 3.

-Tsugaru=Jam raksasa (Dewa);
  Isekai 1 ke isekai 2.

-Psyche=mesin waktu nyasar;
  Isekai 3 ke isekai 2.

Intinya isekai 2 jadi tempat munculnya 2 orang dari dunia lain (isekai).

Dah paham? Klo gk y udah. Orang gk ada yg baca kok//sadgirl lagi :')

Sampai bubye, minna~

Jangan lupa vote and komen!
♪☆\(^0^\) ♪(/^-^)/☆

\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top