Epilog (❍ᴥ❍)

Mwehe

(Shitsuo x Sakuraya)

Pagi itu, angin bertiup semilir. Burung-burung kecil berkicau. Semua sangat damai.

"Selamat pagi, Sakuraya. " Kata sebuah suara.

"Selamat pagi, Shitsuo-san. " Jawab yang lain dengan lembut.

Kedua insan itu sedang bertatap-tatapan. Yang satunya, adalah perpaduan antara lembut dan tegas. Yang satunya lagi, sangat lembut dan sayu.

Mereka adalah Shitsuo dan Sakuraya. Ini adalah hari dimana 4 tahun yang lalu mereka menikah.  uwu ♡

"Bagaimana dengan keadaanmu hari ini? Apa ada sesuatu yang mengganjalmu? " Shitsuo mengelus pipi lembut Sakuraya. Ia begitu ingin mencubitnya, tapi ia menahan diri.

"Saya baik-baik saja. Bagaimana dengan Shitsuo-san? " Tanya Sakuraya seraya memegang tangan Shitsuo yang menyentuh pipinya.

"Melihatmu saja, itu sudah lebih dari cukup. Nah, mari makan bersama. " Shitsuo dan Sakuraya beranjak pergi meninggalkan kamar mereka.

***

Shitsuo tengah menyantap sarapannya ketika Sakuraya berbicara.

"Shitsuo-san. "

"Ya? Ada apa, Sakuraya. " Tanya Shitsuo. Ia mengalihkan perhatiannya dari makanannya menuju istrinya.

"Apa anda ingat apa yang sebelumnya terjadi sebelum anda menuju ke dunia ini? Adakah pertanda atau semacamnya? " Tanya Sakuraya, ia sedikit menunduk.

"Ah, rupanya itu yang mengganggumu, tapi maaf Sakuraya, aku juga tidak mengerti, yang aku tahu adalah dewa ruang dan waktu itu tiba-tiba menyeretku masuk kedalam ruang distorsi saat aku tengah berbicara dengan salah satu teman pelayanku. " Kata Shitsuo. Ia menyentuh ujung dagunya, heran.

"Begitu... " Kelihatannya Sakuraya tidak puas dengan jawaban Shitsuo.

Melihat ketidakpuasan istrinya, Shitsuo tidak bisa hanya diam.

"Bagaimana kalau nanti kita ke kuil itu lagi? " Shitsuo berujar.

Sakuraya mengangguk. "Um, mungkin itu akan menjawab semua kegelisahan saya, Shitsuo-san. "

"Apa yang membuatmu gelisah? "

"Akhir-akhir ini... " Sakuraya menghela nafas. "Saya memimpikan kakak angkat. Apa beliau juga mengalami hal yang anda rasakan saat disana? Saya... " Sakuraya menatap Shitsuo berkaca-kaca. "Rindu dengannya, maafkan saya, Shitsuo-san. "

Shitsuo menghela nafas. "Kenapa kau meminta maaf, Sakuraya? Ini adalah hal yang normal. Nah, mungkin saja kakakmu mengalami hal yang sama sepertiku, perasaan mual dan berputar-putar di distorsi memang mengesalkan. Tapi, kau adalah orang yang paling tahu bukan? Bahwa, kakakmu adalah orang yang tangguh" Shitsuo tersenyum, jari-jarinya menghapus air mata Sakuraya.

"Anda benar, Shitsuo-san. Terimakasih, nah, mari kita lanjutkan makannya. " Mereka kembali melanjutkan sarapan.

***

Sakuraya dengan lembut dan berwibawa berjalan menuju kuil. Sesekali beberapa orang menyapa, ia balas dengan senyuman lembut. Shitsuo juga begitu, tegas dan berwibawa. Sungguh pasangan paling disegani di kekaisaran Orihara.

Kekaisaran Orihara kini dipimpin oleh Shitsuo. Walau berasal dari luar daerah (dunia, sebenarnya), ia memiliki kualifikasi yang baik dan kemampuan mengatur negara dengan bijak, tentunya dibantu oleh Sakuraya. Sakuraya sendirilah yang menyarankan Shitsuo untuk mengatur kekaisaran bersamanya, ia merasa belum matang apabila dibandingkan dengan Shitsuo untuk menjadi pemimpin kekaisaran. Oleh karena itu, Shitsuo menjadi kaisar dan Sakuraya adalah permaisurinya.

Shitsuo adalah tipe setia. Ia tidak mengangkat selir satupun. Meskipun Sakuraya sulit memiliki anak karena perang terdahulu, Shitsuo tidak masalah. Asal bersama Sakuraya. (´∀`*)

Mereka sampai di kuil. Ini adalah tempat dimana Shitsuo muncul, sekaligus tempat hilangnya Tsugaru, kakak Sakuraya.

"Kakak, Sakuraya datang untuk menengok. Apa kakak baik disana? Semoga begitu, karena Sakuraya baik disini. Shitsuo-san sangat baik, ia mampu meluluhkan hatiku. Sekarang, Sakuraya membantu Shitsuo-san mengatur kekaisaran, mohon doanya. " Sakuraya selalu berbicara sendiri saat mengunjungi kuil. Setiap satu tahun sekali, ia akan datang dan berbicara seolah-olah kakaknya mampu mendengarnya.

Shitsuo menatap istrinya dengan lembut. Betapa bahagianya saat ia tahu bahwa Sakuraya bahagia saat bersamanya.

"Nah, Sakuraya. Aku punya sesuatu untuk kau taruh di altar, ini. " Shitsuo memberikan selembar foto ke tangan kecil Sakuraya.

"Ini...foto pernikahan kita? Shitsuo-san? " Sakuraya memperhatikan lamat-lamat foto hitam-putih di tangannya.

"Kau selalu mengatakan bahwa kakakmu akan khawatir terhadapmu. Nah, dengan foto ini, mungkin kakakmu akan tahu, bahwa kau sudah bahagia. " Sakuraya mengangguk, lalu menaruh foto di altar. Berdoa, agar foto ini tersampaikan pada kakaknya.

Shitsuo mengecup dahi istrinya sayang.

"Nah, mari kita pergi. " Katanya.

"Baik, Shitsuo-san. " Mereka bergandengan menuju rumah mereka.

Di dalam kuil, selembar foto itu lenyap. Hilang tanpa bekas.

***

"Shitsuo-san, lihat apa yang saya  temukan. " Sakuraya berlari kecil menuju sang suami yang tengah membaca kertas perkamen.

"Ada apa, Sakuraya. Kau kelihatan senang sekali. " Shitsuo kembali mengalihkan perhatiannya menuju istrinya yang terus tersenyum.

"Foto! Ada selembar foto berwarna yang muncul dari langit. " Shitsuo langsung mengambil foto itu dan tertawa.

Disana ada gambar seorang gadis bermanik amber dan seorang lagi pria yang mirip dengannya.

"Ternyata kau sudah dewasa ya, nona Hibiya. " Shitsuo masih tertawa. Sedangkan Sakuraya hanya bisa terheran-heran.

(Delic x Hibiya)

Di dalam apartemen itu.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terjadi pembantaian.

"Hibi... -chan... Mungkin, waktuku sudah habi...s... Demi, tu ,haaaaaann"
#yak, garing.

Delic tengah memegangi perutnya yang sakit. Demi apapun! Ini tidak bisa disebut makanan! Hibiya memasak sama dengan rencana pembunuhan, dia harus dijauhkan dari dapur!

"Delic, apa kau ingin tambah? Hibi sudah menyiapkan banyak untuk Delic! " Hibiya tersenyum sumringah. Delic tidak tega menolak.

"Aha.. Ha... Satu lagi... Sayang..." Delic mencoba yang terbaik untuk tersenyum.

Hibiya dan Delic adalah pasangan terjeder(?) sekompleks. Sifat tsundere sangat imut dan menggemaskan adalah ciri-ciri Hibiya, sedangkan Delic sedikit maso. Hibiya selalu percaya diri dan tegas. Gadis itu selalu menjadi bulan-bulanan ibu-ibu tetangga untuk mencubit pipi chubby-nya. Saat dia berteriak karena malu, mereka akan semakin mencubit pipinya gemas. Saat itulah, Delic datang menyelamatkan Hibiya dengan menggoda ibu-ibu tersebut. Hibiya berhasil lolos. Di rumah, Delic tidak selamat. Dasar maso.

***

"Delic, hari ini ada pembelian daging berkualitas tinggi di supermarket. Belikan Hibi itu, nah, sebagai hadiah, Hibi yang akan memasaknya! " Hibiya mengecup pipi Delic, merayu.

Delic mengangguk tanpa sadar. "Eh? " Ia mulai mencermati kata perkata dari bibir kecil Hibiya. "Tunggu, biar aku saja yang memasak. Hibi-chan makan saja, atau pergi berbelanja? Ini uangnya, hati-hati di jalan. " Delic mendorong punggung sempit Hibiya menuju pintu depan.

"Ah, baiklah, biar Hibi yang belanja! Eh, tapi, jangan memerintahku, Delic! Hibi bisa melakukannya tanpa disuruh Delic! " Hibiya memerah. Delic hanya tertawa.

Hibiya tengah berada di supermarket. Setelah 4 tahun hidup bersama, ia sudah terbiasa dengan kemodern-an di dunia ini. Begitu juga dengan menaiki motor terbang, itu mudah. Nona Hibiya gituloh!

"Bu, tolong yang ini. " Hibiya menyerahkan beberapa plastik daging berkualitas tinggi. Ini tidak seberapa, entah bagaimana caranya, Delic adalah seorang pengusaha sukses yang tidak terlihat suksesnya dimana. Hibiya bebas membeli apa saja. Asal ia bahagia. Apa sih yang enggak buat Hibiya. uwu ♡

"Hibi-chan, belanja lagi ya? Waah, Hibi-chan istri idaman nih! Jadi pingin angkat jadi anak. " Salah seorang ibu-ibu menyapa Hibiya.

Hibiya berenggut. "Namaku Hibiya! Bukan Hibi-chan! Lagian kenapa dari istri idaman malah angkat anak? Kan enggak nyambung! "

"Ara-ara, jadi nama Hibi-chan hanya khusus untuk suami Hibiya ya? Romantisnya~ dan juga, kan Hibiya itu nyonya kecilnya Delic-san, mana bisa anak bibi nikung Delic-san kan? Hohoho! " Ken, anak bibi itu langsung menyela. "Ibu! Jangan bicara yang aneh-aneh! "

"Bu-Bukan begitu! " Hibiya memerah.

***

Hibiya memarkirkan motor terbangnya di garasi. Lalu naik lift menuju apartemennya.

"Delic... Hibi pulang. Haaah, hari ini lelah sekali. Delic, ini. " Hibiya menaruh belanjaannya ke meja dapur. Delic tengah menyiapkan bahan-bahan memasak.

"Ah ya, taruh saja disana. Terimakasih. Em... Kau mau membantuku? " Katanya ragu-ragu.

"Huh? Tentu saja! Apa yang tidak bisa dilakukan nona Hibiya ini?! "Hibiya melipat tangannya. Delic hanya bisa tertawa.

(Beberapa menit kemudian)

"Duh, tanganku sakit semua. Padahal sebelumnya Hibi bisa melakukannya dengan baik, bukan begitu, Delic? " Hibiya meneteskan air mata. Hampir seluruh jarinya di plester luka.

"Yaah, ini memang masakan yang sedikit sulit sih... Hibi-chan istirahat saja, akan ku lanjutkan. " Delic dengan lihai memasak. Jauh lebih cepat ketimbang saat dibantu Hibiya.

"Nee, Delic, selfie yuk! " Hibiya menarik perhatian Delic.

"Apa? Selfie? "

"Iya! Lalu kita cetak! Taruh dibawah bantal! Semoga saja, Shitsuo bisa melihat kemampuan Hibi dalam memasak! Hah! Dia selalu meremehkan Hibi dan memarahi Hibi karena Hibi susah diatur. Nah, sekarang Hibi bisa pamer ke Shitsuo!"
Hibiya mengambil ponsel pintar Delic dan memfoto masakan Delic, lalu dirinya dan Delic.

"Hey, bukannya ini pemalsuan? Hahaha! " Delic mengacak-acak rambut lebat Hibiya.

"Enggak kok! Kan tadi sudah kubantu!" Hibiya memerah. "Nah, aku mau cetak foto dulu! "

Setelah dicetak, Hibiya menaruhnya di bawah bantal seraya berdoa, agar butler pemarahnya itu dapat melihatnya.

"Ayo kita makan dulu, Hibi-chan. "

"Umh! "

Hibiya menutup pintu kamar. Seketika foto itu menghilang.

***

"Terimakasih atas makanannya. Baiklah, akan kubereskan. " Hibiya mengambil piring Delic dan hendak mencucinya.

"Eh, tumben. "

"Berisik! "

"Ah~Hibiya sudah jadi istri idaman nih y~ makin cinta ♡~(´ε` )—Argh!" Delic hendak mencium Hibiya sebelum ulek-ulek menghantam kepalanya.

"Hibi... -chan... Aku mati lagi nih... "

"Jangan mati! Delic! Eh, ada foto! " Hibiya menunjuk selembar foto disamping tempat cuci piring. Delic bangkit dari kematian.

"Eh? Ini kan... Aku hampir melupakannya... Haha! Kurasa dia sudah punya pengurus tetap, dengan begitu, aku tidak perlu mengkhawatirkannya lagi. " Delic tersenyum saat melihat gadis bermanik magenta di dalam selembar foto itu tersenyum lebar dengan seorang pria yang mirip dengannya. Di belakangnya, banyak prajurit bersenjata memberi hormat...

"Eh, tunggu. Kau ada dimana ini??? Psycheeee!!! "

"Huh? Itukan kerajaanku. "

"oh -_-|| "

(Tsugaru x Psyche)

Gadis itu melompati dinding dengan kekuatan magisnya. Ia menyanyi dengan semangat.

"Alien, watashi wa Alien~anata no kokoro madowaseru
Mazariau uchuu no inryoku de, kanjiteru kimochi ga toki, meki!

Alien, anata no Alien~ Hikiau kokoro nogare rarenai
Anata no mi taiken ageru!
Isekai no hate made toki meki, suki~" Psyche menyanyi dengan gembira. Kemudian, maniknya menangkap sosok pasangan hidupnya. Dia pun mendekatinya.

"Tsugaru~ terimakasih atas kerja kerasnya!!! " Psyche menjatuhkan dirinya tepat di pelukan Tsugaru.

"Saike! Kau bisa jatuh! Astaga, kau tahu seberapa tinggi tadi itu? Tolong jangan sembrono! " Sembur Tsugaru. Psyche hanya tersenyum jahil.

"Lagi ngapain? " Tanya Psyche.

"Melatih prajurit. Sudah, pergi sana. " Tsugaru mengusir Psyche.

"Sebentar, tadi aku bantu di dapur (bantu makan) lalu dikasih ini! Mau makan sama Tsugaru! Hehe! " Psyche menyondorkan satu cokelat pada Tsugaru. Tsugaru memakannya dengan senang hati.

"Bagaimana? " Tanya  Psyche.

"Enak, terimakasih. Satu lagi. " Tsugaru mengangguk. Psyche menyuapi Tsugaru lagi.

Mereka seakan-akan memiliki dunia untuk berdua saja. Tanpa sadar para single di hadapan mereka.

"Ehem! " Salah satu prajurit memberi kode.

"Bukannya kau suka kue keju? Kau tidak bawa itu? " Tanya Tsugaru. Prajurit tadi terkacangkan.

"Bawa! Aku bawa macam-macam! " Psyche mengeluarkan berbagai macam kue dari keranjang yang ia bawa.

"Ehem-ehem! "

"Mau yang kue keju. Kau juga makanlah. " Tsugaru mengambil kue keju dan memakannya.

"Hehe, suapin juga. Biar samaan! " Psyche menduselkan kepalanya ke dada Tsugaru.

"Haha, kau ini. " Tsugaru menyuapi Psyche.

"Ehem-ehem! Uhuk-uhuk! Ohok-ohok-urgh! Wuohok-wohok! Punten!!! " Prajurit lain mulai panas.

Pasangan itu tetap saling suap-menyuap (yang tidak merugikan ya)
Sampai seseorang menginterupsi.

"Ah, kalian berdua! Kenapa malah makan disini? Kasihan kan para prajurit yang single. Kalian makan di ruang makan saja! " Izaya mengejutkan Psyche dan Tsugaru. Para prajurit berterimakasih banyak kepada Raja mereka karena telah menyingkirkan gerah body, gerah hati mereka.

"Izaya-nii! Sedang apa kesini? " Psyche melompat memeluk Izaya.

"Psyche... Lihat! Apa yang telah kakak buat! " Izaya menunjukkan sebuah benda berbentuk kotak kecil. Itu adalah kamera.

"Setelah aku membobol kamar Shinra, aku menemukan bahwa ada cara bagaimana foto menjadi berwarna. Nah, kalian berdua berposelah, akan kufoto!" Psyche langsung ber-Wai! Dan memeluk lengan Tsugaru.

"Ah, kalian bisa bubar. Beri hormat dulu–" Para prajurit memberi hormat.
"Ayo Tsugaru! Kakak sudah siap memfoto kita! " Psyche menarik lengan Tsugaru yang tadinya berbalik darinya. Tsugaru jadi lupa membubarkan barisan, mereka masih memberi hormat.

"Kakak! Sekarang! Cheeeesh! "

Ckrek!

***

"Tsugaru... Lihat apa yang kutemukan. Ini mesin waktu bukan? " Psyche menunjuk sebuah mesin berdebu di dalam laboratorium. Tadi pagi Psyche terpeleset saat melintasi bagian atas laboratorium dengan musiknya. Dan berakhir menabrak kaca dan masuk keruangan di kunci ini. Untuk ni anak tahan banting (¬_¬).

Seharian Tsugaru mencari Psyche dan akhirnya menemukannya tidur di alat pijat elektronik buatan Shinra.

Setelah itu, karena penasaran. Ia melihat-lihat sebentar.

"Oh, katanya benda ini yang mengirim nona muda Hibiya ke dunia lain 4 tahun yang lalu. Memangnya masih bekerja ya? " Tsugaru melihat-lihat.

Psyche menurunkan salah satu tuas.

Pyaaasshh

Mesin itu aktif. Tsugaru memukul Psyche pelan. "Jangan diaktifkan! "

"Habisnya~ mungkin kita bisa memberi orang yang kita sayangi di dunia lain barang yang mengingatkan kita!" Psyche mengeluarkan selembar foto berwarna miliknya.

"Ah, itu kan foto kita yang pertama. Kau mau memberi yang ini? " Psyche mengangguk semangat.

"Ini untuk Delic, selama aku di duniaku, dia selalu memberikanku makan gratis! Kuharap bisa sampai ke Delic! Kuharap bisa sampai ke Delic! Nah, Tsugaru juga! " Psyche memeluk lengan Tsugaru.

"Ah, semoga bisa sampai ke Delik. Begitu? "

"Ahahaha!" Psyche tertawa keras.

"Ke-kenapa? Hei! " Tsugaru menutup mulut Psyche. Psyche memasukkan foto.

Srek! 

Foto itu masuk ke mesin waktu. Menghilang.

Srek!

Psyche yang tadinya hendak meninggalkan laboratorium berbalik lagi setelah mendengar suara kertas jatuh.

"Ah, apa pengirimannya gagal ya? " Psyche yang berbalik membuat Tsugaru ikut berbalik.

"Ini... Fotonya hitam-putih. Foto pengantin.... Tsugaru, kurasa kau harus melihatnya deh! " Psyche melambai ke Tsugaru.

Tsugaru melihat kedalam foto itu. Sedetik kemudian, air matanya mengalir turun.

"Ada apa, Tsugaru? "

"Tidak apa-apa.... Ahaha, syukurlah, kau baik-baik saja, Sakuraya. Aku juga bahagia disini. Ahaha" Tsugaru terus mengelap air matanya. Psyche memeluk Tsugaru.

"Tsugaru, hehehe. Kalau menangis jadi aneh! "

"Kau ini! " Tsugaru tertawa. Mereka tertawa bersama. Sakit dan penyesalan sudah berlalu. Kini, ia bahagia.

(Tsukishima x Roppi)

"Tsukishima. Jangan melihatku seperti itu. Aku tidak apa-apa. " Roppi menyingkirkan tangannya dari gengaman Tsukishima.

"Bekas lukamu banyak sekali... Kamu harus pakai sarung tangan, atau jaket kalau bisa. " Tsukishima menatap khawatir Roppi.

"Ah~aku selalu pakai Jaket. Tidak masalah. Nah, ayo berangkat... Menuju sarang musuh. " Roppi berkata serius.

"Ah, sebenarnya kita hanya mau sekolah bukan? " Tsukishima bagai menampar Roppi dengan kenyataan.

"Ah, iya. Itu maksudku. " Roppi memegang ujung roknya, malu.

"Untuk hari pertama sekolah kalian di SMA, kakak akan antar! " Izaya mengeluarkan mobil dari garasi.

Roppi menatap melalui kaca mobil. Begitu banyak manusia. Dia sedikit takut, bagaimana hari-harinya di SMA nanti? Kuharap berjalan lancar.

"Nah, kita sampai! "

***

Semua murid saling berbincang dengan murid lainnya. Ini hari pertama, artinya, teman baru!

"Baiklah, kalian bisa memperkenalkan diri kedepan. " Ibu guru mempersilahkan para murid barunya memperkenalkan diri.

"Namaku bayu bla-bla-bla—"
"Andi pramesti bla-bla-bla—"
"Rere salam kenal, aku bla-bla-bla—"

Kini, giliran Roppi memperkenalkan diri. Dia tersentak saat dipanggil. Tsukishima memberi semangat.

"Namaku... Orihara Hachimenroppi. Salam kenal... Ah, sebelumnya aku homeschooling, kalian mungkin tidak pernah bertemu denganku. Jadi... Ya... Salam kenal. Aha ha. " Roppi tertawa canggung.

"Eh, lumayan manis ya? "
"Dia stylis(?) sekali! "
"Memangnya seragam ditambah jaket melorot itu stylis ya? "

"Orihara-kun, apa kau punya pacar? Suuiit! Suuuit! " Salah seorang siswa bertanya jahil.

"Aku punya! " Roppi menjawab dengan yakin. "Tsukishima adalah pacarku!!! " Roppi setengah berteriak, mukanya memerah.

Ah.

"EEEEHHHH!!!!! " Seisi kelas berteriak.

"Tsukishima itu Hewajima-kun yang tadi berkenalan bukan?! Eh, apa namanya Hirojima ya? Ah, bahkan author lupa memperkenalkan Hewajima-kun. Bagaimana aku bisa ingat namanya?" Salah seorang siswi berkomentar.

"Apa benar begitu? "
"Beneran nih?! "
"Wah! Hotnews!"

"Roppi... " Tsukishima meraih tangan Roppi. "Kamu tidak masalah memberitahu mereka? "

"Kau tidak mau, Tsukishima? " Mata Roppi berkaca-kaca.

"Te-Tentu saja tidak apa-apa! " Tsukishima memeluk Roppi. Para pria berteriak iri, Roppi yang kuudere terlihat sangatlah kawaii di mata mereka.

"Untuk kedepannya, mohon bantuannya. "

The End \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top