Delic x Hibiya
Vote ya minna ^o^
Mweheheh~ (•ω•)
Pagi itu sungguh tenang. Ya, angin bertiup sepoi-sepoi, burung berkicau merdu, para maid dan butler melakukan tugas paginya dengan baik. Sampai satu teriakan melengking terdengar.
"SHITSUO! Dimana kau! Ini sudah pagi dan kau belum membangunkan Hibi?! " Gadis bersurai hitam kelam dengan iris berwarna amber menyalang. Maid yang mendengar keluhan nona mudanya itu langsung tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Maafkan hamba, Hibiya-sama. Hamba lupa membangunkan nona Hibiya, tolong ampuni hamba nona muda... " Katanya seraya menunduk dalam-dalam.
Hibiya,--nama gadis itu--langsung membuat wajah keheranan. "Kenapa kau? Bukannya yang selalu membangunkan dan mengurus keperluan Hibi itu Shitsuo? Kemana dia saat ini!? "
Maid itu semakin ketakutan.
"Maafkan hamba, Hibiya-sama. Saya mendengar rumor bahwa tuan Shitsuo hilang sejak kemarin. Ada yang melihat ia ditangkap oleh sesuatu yang sangat besar kemarin malam... Lalu hamba diperintahkan untuk menggantikannya, Hamba tidak tahu lagi selain itu..." Kata maid itu terus terang.
"Begitu?... Jadi sekarang Shitsuo menghilang?... Kalau begitu tidak ada lagi Shitsuo yang akan mengatur-atur Hibi?... Berarti... Hibi sendiri dong... Itu... Kurasa..." Hibiya menundukkan kepalanya, maid itu khawatir nona mudanya sedih akan hilangnya butler setianya itu.
"Nona! Anda tidak perlu khawatir, ada saya yang a---"
"Itu bagus banget! Shitsuo situkang ngatur itu akhirnya pergi juga! Gak sia-sia juga Hibi puasa senin-kamis buat doa'in dia pergi! Akhirnya hari kebebasan Hibi datang! Panggil kak Izaya, Hibi bakal ajak dia buat ngerayain pesta perginya Shitsuo!" Kata Hibiya semangat. Maid itu hanya bisa terbengong-bengong dengan sifat nona mudanya yang tidak suka diatur dan seenaknya itu. Tapi, bagi para pelayan Hibiya, itulah yang membuat nona mereka imut dan manis.
"Baik, nona muda. "
***
Pintu gerbang taman itu dibuka pelan. Di dalam sana, terdapat sekumpulan bunga mawar indah dan terawat dengan baik. Seorang gadis manis yang tengah menyesap teh beraroma manis seraya asyik memandang langit berwarna biru.
"Hibiya, apa yang terjadi? Kenapa kau memanggilku kemari? " Seorang pria dewasa yang juga berambut legam dan bermata merah mendatangi Hibiya. Iris amber dan merah darah saling bertemu.
"Izaya onii-sama! Lihat mereka! Bagaimana mereka bisa membuatku menunggu selama ini? Apa mereka siput? Hibi bisa bosan kalau begini! " Hibiya yang semula terlihat tenang sekarang sangat murka.
"Aku yang menyuruh mereka menunggu, ada yang harus aku lakukan dengan Shinra tadi." Jelas Izaya seraya menarik kursi taman untuk ia duduki.
"Maksud kakak ilmuwan gila itu? Ia tidak berguna tahu! Barang aneh apa saja yang ia ciptakan selama ini? Menghabiskan dana kerajaan saja. " Sinis Hibiya. Ia kemudian menyesap tehnya dengan pelan.
"Hahaha! Kurasa juga begitu! Tapi tahu tidak, sekarang ia sedang mencoba menciptakan sesuatu yang menarik! " Kata Izaya berbinar.
"Maksud kakak apa? Hibi tidak mengerti apa menariknya ciptaan ilmuwan gila itu! Kenapa juga kakak tertawa? Mengejek Hibi ya? " Hibiya setengah berteriak, matanya berkaca -kaca dan pipinya memerah, benar-benar terlihat manis.
"Bukan begitu maksudku, ah! Hibiya! " Izaya mencoba menarik tangan adiknya tapi terlambat, Hibiya sudah melesat meninggalkan taman, ia bahkan menaiki kuda kesayangannya, Alfred, untuk pergi dari tempat itu.
(Sementara itu, di laboratorium kerajaan)
Seorang pria berjas putih panjang itu sedang tertawa menyeringai, ia menurunkan tuas di sebelahnya dan kembali tertawa keras.
"Selesai! Orihara-sama pasti menyukai ini! Setelah kesekian kalinya gagal akhirnya aku berhasil! Dengan uang yang aku dapatkan dari kerajaan, akan aku nikahi Celty! Tunggu aku, Celty~" Kata pria berambut cokelat itu senang. Perhatiannya kemudian teralih oleh tepukan pelan dari pundaknya.
"Maaf Shinra-san, bukannya saya mau merusak kebahagiaan anda ya. Hanya saja yang mulia telah menegur anda berulang kali karena anda selalu gagal menciptakan sesuatu yang berguna. Oleh karena itu setengah dari bayaran anda akan dipotong untuk biaya perbaikan kerusakan dan lain-lain... " Kata salah satu bawahan Shinra.
Krataaaak! (Bayangan berumah tangga)
"Celty~, tolong tunggu aku sebentar lagi~ akan ku nafkahi engkau saat aku telah berjaya nanti hiks-hiks~" Shinra menangis bombay.
"Oh iya, apa Shinra-san tidak mau mencoba alat ini terlebih dahulu sebelum menunjukkannya kepada yang mulia? " Kata salah satu bawahan Shinra. Shinra berhenti menangis dan kembali serius.
"Hm, benar juga, baiklah bawakan aku sesuatu untuk dicobakan kepada mesinku" Bawahan Shinra membawakan seekor kelinci kepada Shinra.
"Silahkan, Shinra-san. "
"Ah, ya terima---"
Braaak!
"Dimana ilmuwan gila itu? Seret ia kemari! Atau laboratorium ini akan Hibi hancurkan! " Hibiya mendobrak pintu laboratorium dengan menaiki Alfred. Alfred mengangkat kaki depannya dan meringik.
"Sa-Saya disini, nona muda Hibiya... " Shinra memeluk erat kelinci yang hendak ia jadikan percobaan. Melihat perbuatan Shinra, Hibiya semakin naik pitam.
"Apa yang kau lakukan pada kelinci itu hah?! " Hibiya memacu kudanya kearah Shinra, melompat dari kuda dan menerjang yang lebih tua.
Bruak!
"Sekali lagi kau melakuakan sesuatu dengan menggunakan hewan sebagai percobaan, akan Hibi gunakan tubuhmu sendiri sebagai percobaan! Camkan itu! " Mata Hibiya menyalang, ia sangat kesal pada seseorang yang suka menyakiti binatang. Baginya, nyawa Shinra tidak lebih berharga dari seekor kelinci kecil.
"Baiklah... Tidak akan saya ulangi lagi huwee... " Shinra menangis bombay lagi.
Hibiya dengan lembut mengelus-elus bulu kelinci putih itu. Memerhatikan alat besar bercahaya aneh di depannya, ia tertarik untuk bertanya.
"Lagi-lagi kau membuat alat aneh. Kali ini apa lagi? "
"Ah, itu... Saya membuat mesin kemana saja! (gunakan nada Doraem*n) dengan begitu, anda bisa berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan sekejap! " Kata Shinra bangga, hidungnya memanjang.
"Hee, begitu? Sudah dicoba tidak? Ini menuju kemana? " Hibiya mendekatkan diri untuk melihat lebih jelas.
"Ah, ini masih baru akan dicoba. Saya sendiri masih tidak tahu akan kemana perginya, dan lagi saya masih harus membuat satu lagi agar mesin ini terarah tujuannya. " Shinra menjelaskan.
"Hee, berarti masih payah dong!"
Hidung Shinra patah. "Be-benar juga... "
Hibiya mengelus kelinci itu. Memerhatikannya lamat-lamat. Bulu putih dan matanya berwarna marun. Dia manis sekali. Tiba-tiba kelinci itu melompat dari pelukan Hibiya menuju mesin itu. Hibiya refleks mencoba menangkapnya. Gadis itu melompat ke arah mesin itu.
Pluk
Ternyata kelinci itu berhasil mendarat dengan selamat tepat di depan mesin itu, sedangkan Hibiya---
"Ah! "
Zruuut
Pluk!
"Hibiya-sama!!! " Shinra mencoba menarik tangan Hibiya, tapi tidak berhasil. Hibiya telah masuk ke dalam mesin itu tanpa bersisa. Semua orang yang ada disana memucat.
"Aku... Akan menulis surat wasiat untuk Celty, semoga dia mendapat jodoh yang lebih baik dan mapan... " Shinra sepucat sehelai kertas. "Kalian juga lakukanlah... "
"...SHINRA-SAAAANNN!!! "
***
(Di dalam mesin)
Apa ini? Apa Hibi akan mati? Pusing... Sebenarnya apa yang terjadi pada Hibi... Hibi takut... Siapapun... Tolong Hibi hiks! Shinra-san, Izaya nii-san,.... Shitsuo!
"Oi, kau tidak apa kan? Apa ada yang sakit? " Seorang pria menepuk-nepuk pipi tembam milik Hibiya. Hibiya membuka matanya yang masih mengeluarkan air mata secara tidak sadar.
"Ukh... Takut sekali... Hibi...takut... Shitsuo-san... Kenapa... Pakaianmu jelek sekali?... " Hibiya bergumam pelan sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia pun pingsan kembali.
Pria yang hendak menolongnya mendengus kesal. Apa-apaan gadis kecil ini? Seenaknya saja menghina style orang. Dan juga, sepertinya ia salah mengenali wajah si 'Shitsuo' itu dengannya. Dengan setengah tidak ikhlas, pria itu menggendong Hibiya dan melajukan motor terbangnya lagi.
***
Hibiya membuka matanya pelan. Aroma bernuansa vanilla menyambutnya. Perabotan aneh terpampang dimana-mana, bernuansa dominasi putih dan sedikit warna lain. Dimana Hibi sekarang?
"Ah, kau sudah bangun rupanya. Aku membuatkanmu bubur, makanlah. " Pria itu, Menyondorkan semangkuk bubur pada Hibiya.
"Hibi tidak mau! Siapa kau? Dimana ini? Kenapa Hibi disini? Cepat katakan pada Hibi!" Hibiya membentak pria itu dengan keras, pria itu sedikit terkejut dengan jawaban gadis yang telah ia tolong ini.
"Baiklah, namaku Delic Hewajima, ini di Mekaku City, dan di apartemenku, aku yang membawamu kesini saat melihatmu pingsan, dan aku tidak melakukan apapun padamu. Selesai. " Kata Delic menjelaskan.
"Mekaku City?... Apa itu? Apa itu apartemen? Dimana kerajaan Hibi? Nii-san? Apa yang terjadi sebenarnya... Hiks...
Tunggu... Ini salah alat bodoh milik Shinra-san! Sialan, awas saja kalau Hibi kembali, akan Hibi hancurkan hidupnya yang tidak bermanfaat itu nanti! " Hibiya mencak-mencak lagi. Delic hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa kau... Mengenal Shinra? Kau kenalannya atau saudaranya? Dan... Kerajaan mana yang kau maksud itu? " Delic mencoba mengalihkan topik.
"Tentu saja, dia ilmuwan kerajaan yang seharian melakukan eksperimen bodoh dan menghabiskan dana kerajaan, Hibi adalah putri kekaisaran Orihara dan Shinra adalah bawahan kakak, kuucapkan terimakasih padamu, rakyat jelata, apabila Hibi kembali ke kerajaan, kau akan diperlakukan layaknya bangsawan dan diberi hadiah yang tidak akan habis tujuh turunan. " Hibiya berucap dengan lantang. Ia tersenyum, Delic sedikit memerah.
"Maaf mengganggu fantasimu, tapi, tidak ada yang namanya kerajaan disini, adanya pemerintahan, dan lagi Shinra bukan ilmuwan, dia dokter yang pasti bukan bawahan seorang pangeran. Ini mungkin pertanyaan yang aneh tapi... Apa kau dari dunia lain? "
"Ha? Pertanyaan konyol apa itu? Hibi dari dunia lain? Maksudnya Hibi sudah meninggal? Huwaaa! Tidak mau, Hibi belum hukum pancung ilmuwan gila itu! " Hibiya kembali menangis.
Delic meraih tangan kecil Hibiya.
"Tenang saja, aku disini dan tentu saja kau masih hidup. Ngomong-ngomong, aku belum tahu namamu, manis. Bisa aku tahu namamu? " Sifat asli Delic mulai keluar. Ia dihadiahi tamparan telak dipipi kanannya. "JIJAY!!! " Teriak Hibiya.
"Hibiya Orihara! Ingat itu rakyat jelata!" Hibiya melompat dari tempat tidur dan membuka gorden.
Betapa terkejutnya dia. Jelas ini adalah dunia yang berbeda dari tempatnya tinggal. Bangunan-bangunan tinggi dengan banyak kaca, benda-benda melayang, ada juga orang yang melayang! Sebenarnya ini dimana? Hibi takut...
Kaki gadis itu melemas, ia jatuh terduduk. Delic segera membantunya.
"Kau tidak apa-apa, Hibi-chan? Apa ada yang terluka? " Tanyanya khawatir.
"Hibi-chan?! Beraninya kau memanggilku seperti... Itu... Hibi... Lemas sekali... Delic... Bawakan sesuatu... untuk Hibi makan... " Hibiya melemas dipelukan Delic, Delic semakin khawatir dengan si kecil.
"Makanlah bubur yang sudah kubuatkan. " Ucapnya pada Hibiya.
"Tidak mau... Itu makanan rakyat jelata... Tidak sekelas dengan lidah Hibi... " Hibiya menggeleng pelan. Delic sedikit kesal, tapi kekesalannya ia telan bulat-bulat, Hibiya lebih penting!
"Akan kubelikan makanan paling mahal yang kulihat, kau tunggu disini!" Delic hendak beranjak, tapi Hibiya menahannya.
"Jangan tinggalkan Hibi... Delic... " Hibi memohon. Delic mengangguk dan menggendong Hibiya bridal style. " Bagaiman kalau kucarikan di kulkas dulu?"
"Tidak! " Cup Ramen ditolak.
"Tidak mau! " Daging impor ditolak.
"Tidak selera. " Omelet ditolak.
"Kau menggejekku ya? " Buah-buahan dihina.
"Gk." Makanan kalengan ditendang sampai gol.
.
.
.
.
.
"Lalu kau mau apa? " Delic mencoba bersabar, orang sabar disayang pacar.
"Hibi tidak mau makanan Delic, semua makanan rakyat jelata! " Hibiya melipat tangannya kesal. Delic juga ikut kesal, kesabarannya habis, dia memutar otak.
"Baiklah kalau itu maumu. " Delic meninggalkan dapur dan menutup pintu dengan cukup keras.
Hibiya terperajat, Delic sekarang meninggalkannya. Delic sekarang membencinya. Delic tidak akan kembali padanya. Delic akan membiarkannya sendiri di dunia yang entah apa ini...
...Sendirian...
***
Delic membuka pintu apartemennya. Berjalan menuju dapur. Terdengar samar-samar isak tangis seseorang, Delic merinding disko, seingatnya ia tidak pernah melihat hantu atau aktivitas paranormal lain di apartemennya...tunggu--
"Hibi-chan! " Delic berlari menuju Hibiya yang tengah meringkuk di lantai seraya menangis.
"Kau--"
"Pembohong. "
"Eh? "
"Padahal Delic tadi bilang tidak akan meninggalkan Hibi, Delic bohong! Hiks-hiks, Hibi takut... Hibi tidak tahu apa-apa tentang dunia ini... Dan Delic meninggalkan Hibi... " Hibiya bergetar ketakutan. Delic menggertakan pelukannya, ia telah melakukan tindakan bodoh!
"Maafkan aku... Aku disini sekarang. " Delic menggendong Hibiya menuju kamar lagi.
"Apa Delic marah pada Hibi? "
"Tidak. Aku tidak marah, aku hanya mencarikan ini untukmu. " Delic membuka tutup termos kecil berwarna perak yang ia bawa tadi dan menuangkannya kegelas. "Kalau tidak mau makan, setidaknya minum ini, masih hangat. "
Hibiya menyesap minuman itu dengan pelan, ia akan sangat tenang saat menikmati jamuan, sama seperti bangsawan pada umumnya. Pipi yang semula dingin, kini menghangat.
"Itu susu dan madu. Kau suka? " Tanya Delic.
"Terimakasih. " Hibiya semakin memerah.
(Keesokan harinya)
Hibiya memucat, ia tidak pernah sepucat ini seumur hidupnya. Ya, benar juga, ini adalah perjuangan diantara hidup dan matinya!
Delic dan Hibiya tengah menaiki motor terbang milik Delic. Dengan erat, Hibiya memeluk pinggang Delic agar tidak terjatuh. Walaupun Delic bilang motor ini (berbentuk lempengan dengan setir; mirip sekuter, tapi lebar) mempunyai sistem gravitasi yang akan membuat mereka aman, Hibiya tidak bisa percaya begitu saja! Lagipula... Apa itu gravitasi?
(Hibiya tidak pernah mau ikut pelajaran Shinra)
"Apa masih jauh, Delic? " Tanya Hibiya.
"Itu didepan. " Jawab Delic singkat.
Delic memarkirkan motor terbangnya dan menarik tangan Hibiya masuk ke pusat perbelanjaan. Hibiya terkejut saat pintu itu terbuka otomatis. Delic hanya terkekeh.
"Akan kubelikan Hibi-chan pakaian, pilihlah yang kau suka. "
(Beberapa menit kemudian)
'Lama sekali... ' Delic melihat kesana-kemari. Ia tidak menyangka Hibiya akan selama ini. Dia tidak apa-apa kan?
"Halo tampan! Sedang menunggu seseorang? " Sapa seorang wanita dengan parfum menyengat.
"Eh, iya. " Delic tersenyum ramah.
Para teman wanita itu ikut mengerumuni Delic yang jelas keren dan ganteng(?)
"Delic! Hibi sudah selesai! " Teriak Hibiya pada kerumunan orang. Ia tidak bisa menemukan Delic, oleh karena itu dia berteriak. Sedikit tidak elit sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Kesabaran Hibiya tak seluas lautan. Hehe.
"Mencari seseorang, nona manis? " Seorang pria memegang tangan Hibiya.
"Eh, iya. Kau tahu sesuatu, rakyat jelata? " Tanya Hibiya angkuh.
"Hei! Beraninya anak kecil ini! " Pria itu hendak menampar Hibiya.
Grep!
"Jangan ganggu kekasihku. " Delic mencekal lengan pria itu dan meremasnya.
"Akh! Ampun, ampun! " Pria itu langsung berlari terbirit-birit begitu genggaman Delic lepas.
"Kau tidak apa-apa, Hibi-chan? " Hibiya menggangguk. Delic kemudian mengamati Hibiya secara keseluruhan. Hibiya mengenakan jaket hitam berbulu, sweeter putih, rok pendek dengan stoking hitam dan sepatu boot hitam dibawah lutut. Pipi Delic memerah.
"Kau... Kelihatan manis, Hibi-chan. " Ucapnya pelan. Hibiya ikut memerah.
"Terimakasih. Oh ya, tadi katamu... Kekasih... Apa itu sungguhan? "
"Eh?! Maaf, bukan maksudku... Sebenarnya sih iya... Eh tapi kalau Hibi-chan tidak suka... Eeeh... Maaf ak--"
"Tidak apa... Mungkin... Hibi... Mau... "
"Eh? "
Mereka semerah udang rebus sekarang.
The End :v
Epilog
(Sementara itu, di dunia lain)
"Dengan begini, Shinra, ilmuwan kerajaan Orihara, akan di hukum penggal atas kelalaian dalam menjalankan tugas dan membuat putri, Hibiya Orihara-sama menghilang. Algojo, silahkan melakukan eksekusi. " Pemimpin acara pemenggalan mempersilahkan algojo untuk memenggal kepala Shinra. Shinra menangis bombay.
"Huweeee~ Celty, selamanya cintaku ada padamu! Jangan lupakan aku, huweeee" Shinra menangis sejadi-jadinya. Eh, tapi...kalau kepalanya putus mungkin ia bisa sama seperti pacar dullahannya yang tidak punya kepala... Hmm... Bagus juga.
"Lakukan! "
Grek!
Semua orang bersorak kaget. Shinra, yang seharusnya kepalanya telah terputus malah melayang di atas kepala mereka dengan kabut hitam. Shinra yang semula menutup mata langsung membuka matanya.
"Celty! Kau menyelamatkanku! Terimakasih, muach! Muach! Aku mencintaimu! " Shinra memciumi leher kekasihnya itu. Gumpalan asap hitam membentuk kata-kata di udara.
"Ayo kita kabur bersama. "
"Ya ! Go! Go! Let's Go! "
Kedua insan itu pun pergi mengendarai asap hitam dan menghilang selamannya.
The End kedua :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top