Chapter 4
"Jadi, kau sudah tahu? Maaf tidak memberitahukan hal ini padamu," ucap Anzu yang merasa menyesal setelah mendengar cerita dari (Name).
"Daijoubu. Aku tidak bermaksud menyalahkan mu. Aku hanya ...."
"Terkejut," ucap Anzu dengan senyuman lembutnya.
"Y-ya, terkejut."
Setelah percakapan singkat itu, (Name) dan Anzu memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya menuju taman dibelakang sekolah. Dan sesampainya disana, mereka bertemu dengan dua orang yang tidak asing di mata mereka.
"Selamat pagi, (Name)-chan, Anzu-chan," sapa Eichi dengan senyuman terbaiknya.
"Selamat pagi," balas (Name) dan Anzu secara bersamaan.
"Senangnya bisa bertemu kalian di pagi hari. Namun, aku ingin kalian pun menikmati teh bersamaku sebelum pembicaraan serius dimulai," ucap Eichi.
(Name) dan Anzu pun menurut.
"Douzo," ucap Wataru sembari menyajikan teh untuk mereka.
Mereka pun mulai menyesap teh sedikit demi sedikit. Aroma teh tersebut menyapa Indra penciuman mereka yang membuat mereka rileks, ditambah dengan rasa teh yang tidak begitu pahit ataupun manis. Sangat cocok disajikan di pagi hari.
"Jadi, maksudku memanggil (Name) kemari adalah untuk menanyakan sesuatu," ucap Eichi yang menggantungkan kalimatnya dengan tatapan sangat serius dan disambung, "Apakah kau sudah memutuskan siapa yang akan kau produseri?"
(Name) pun terkejut. Namun Anzu, ia hanya diam sembari berharap tidak ada kejadian buruk yang akan terjadi.
"Fufufu~♪ walaupun pada akhirnya kau harus membantu Anzu untuk memproduseri kami semua, tapi kau tetap memiliki satu unit yang harus kau push hingga terkenal. Seperti Anzu dengan Trickstar," jelas Wataru.
"Knights."
Ucapan (Name) membuat Eichi sedikit tertawa dan langsung memberikan tatapan menusuk seraya berkata, "Knights? Ternyata kau sungguh berani untuk memilih mereka. Tapi, ada baiknya jika kau memproduseri Fine terlebih dahulu. Karena Knights terlalu berat untuk seseorang yang takut pada salah satu anggota unit yang akan di produseri."
(Name) tertunduk lesu. Sungguh, ucapan Eichi sangat menusuk perasaannya.
"Tapi ... apa salahnya jika aku mencoba?" gumam (Name) yang membuat Eichi semakin tertantang.
"Ah, kurasa aku terlalu kejam padamu yang notabenenya masih anak pindahan disini. Tapi, bukankah ada baiknya jika kau mencoba untuk bermain dengan Fine?" ucap Eichi dengan tatapan yang sulit diartikan, namun bisa dibaca oleh Wataru.
"Eichi-san ...," gumam Anzu.
"Bagaimana jika (Name)-chan membuat sebuah taruhan denganku?" ucap Eichi dengan tampang penuh percaya diri.
"Taruhan?" tanya (Name) dengan lesunya.
"Jika kau berhasil dipilih oleh Knights atas usahamu sendiri, maka ku izinkan kau memilih Knights. Tapi ... jika kau gagal, kau harus pindah dari Yumenosaki menuju Reimei atau Shuuetsu," jelas Eichi dengan ringannya.
Mendengar pertanyaan tersebut, (Name) sangat terkejut. Sampai-sampai, ia tidak tahu harus berkata ataupun berbuat apa.
"Anzu-chan, bolehkah aku meminta tolong padamu?" ucap Eichi dengan tatapan yang sama.
"Bantuan?" ulang Anzu.
"Pastikan (Name)-chan tidak membeberkan taruhan ini dengan lainnya. Baik siswa ataupun guru, mereka tidak boleh mengetahuinya," ucap Eichi dengan manis, namun terkesan mengancam.
"T-tunggu! Bukankah tadi kau yang menanyakan 'Apakah aku sudah memutuskan unit mana yang akan aku produseri'? Tapi ... tapi mengapa kau yang memutuskan sesuka hati?" tanya (Name) yang mulai tidak mengerti akan kondisinya.
"(Name)-chan, tenanglah dirimu," ucap Wataru sembari merangkul dan menepuk pelan pundak (Name).
"Hiks ... aku tidak mengerti ... hiks ...," ucap (Name) yang membuat Wataru semakin iba.
"Lama-lama, kau akan mengerti, (Name). Ikuti saja aturan yang ada, maka kau akan mengerti semuanya," ucap Eichi yang kemudian beranjak dari tempat itu, meninggalkan Wataru, Anzu dan (Name) sendiri.
"Oh, (Name), air matamu membuatku tersentuh. Tersenyumlah, (Name). Jangan menangis terus," ucap Wataru yang mencoba menghibur (Name).
"(Name)-chan, perkataan Eichi-san jangan dimasukkan ke hati, ya. Karena ... mungkin Eichi-san sedang dalam mood yang buruk. Makanya ia bertindak seperti itu," ucap Anzu.
"Hiks ... bukankah itu aneh, dia yang menanyakan ... tapi dia yang menekanku juga," ucap (Name) sembari sesegukan.
"(Name)-chan, akan aku usahakan bicara dengan Eichi. Agar ia mencabut taruhan dan membiarkan mu bebas," ucap Wataru dengan tampang iba.
"T-tidak ... hiks ... terima kasih," ucap (Name).
"Maaf, Wataru-san. Kami harus memproduseri Undead sekarang. Karena Undead akan menerima permintaan dari acara televisi untuk memeriahkan acara, permisi," ucap Anzu sembari mengajak (Name) dengan hati-hati menuju ke ruang latihan.
'Pertempuran akan dikibarkan kembali,' pikir Wataru.
*****
Klik~
Anzu pun memasuki ruang latihan itu sendirian. Tentunya, Kaoru langsung menyambut Anzu dengan tatapan penuh permohonan dan juga kebingungan.
"Doushita no Kaoru-san?" tanya Anzu yang ikut bingung akan tingkah Kaoru.
"Bukankah ada satu gadis lagi yang biasa bersamamu? Sekarang dimana dia? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Kaoru dengan gaya andalannya.
"Anoo ...."
"Ojou-chan, aku izin beristirahat sebentar, ya. Tubuhku sangat lemah hari ini, tolong jaga para anggotaku," potong Rei yang membuat Kaoru berpikir.
"U-um," jawab Anzu singkat.
"Matte! Mau lari kemana kau, Vampir tidak tahu diri!" ucap Koga.
Rei pun hanya membalas dengan senyuman lalu pergi begitu saja.
"Baiklah, karena Rei pergi maka ... aku juga akan pergi," ucap Kaoru yang mulai menjauh dari mereka. Namun, baru beberapa langkah, tangannya sudah digenggam duluan yang membuat Kaoru berbalik seraya berkata, "Tanpopo-chan? Ah, jangan bilang jika kau masih ingin bermain denganku. Baiklah, kalau Tanpopo-chan yang ingin maka aku akan menetap disini."
"Hah!? Apa aku salah dengar? Kurasa Anzu belum bilang apapun," ucap Koga sembari mengorek telinganya sebentar.
"Hakaze-senpai, tolong latihan yang serius," tegur Adonis.
"Nah, bicaralah yang baik seperti ...."
"Adonis," sambung Anzu.
"Ah, iya, tubuh kekar itu. Baru akan aku tanggapi perkataanmu," ucap Kaoru.
"Benar-benar, rasanya aku ingin sekali menendangnya dari Undead," ucap Koga yang sudah geram.
"Kau menendang ku dari Undead, maka aku akan membuatmu terjun bebas dari Undead. Lalu, kau akan memohon-mohon padaku dengan puppy eyes mu itu," ucap Kaoru dengan tampang berpikir.
"Hah!? Ulangi!" titah Koga.
"Gomenne, Tanpopo-chan. Aku ingin sekali menghabiskan waktu denganmu disini, tapi kurasa waktu tidak memungkinkan. Maka ... jaa naa!" ucap Kaoru yang kemudian lari begitu saja.
"Oi! Mau kemana kau!" ucap Koga yang langsung mengejar Kaoru.
Anzu hanya bisa menghela nafas melihat kejadian itu.
"Harap bersabar, Anzu. Akan ku usahakan mereka kembali kemari sebelum Sakuma-senpai kembali," ucap Adonis.
"Mohon bantuannya, Adonis," ucap Anzu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top