04 | Risk Job as Actor -part 1-
🎵Recommended Song
🔹ORPHEUS🔹
(Miyano Mamoru)
Tatoe hora cloudy sky nijinde
Kokoro ga naite mo
Taiyou no you na ai de hikarasete
- - - - - -
Lihatlah bagaimana langit berawan itu mengabur
Di saat hatimu menangis
Bagaikan matahari, akan kusinari dirimu dengan cinta
---------------------------------------------------
Chapter 4
Risk Job as Actor
-bagian pertama-
❇❇❇
---•••---
"Jun! Oi, tunggu Jun!" Syo menarik lengan Natsuki. Kerut di dahi Syo terbentuk, sorotan matanya menajam pada lawan mainnya. "Kenapa kau begitu bersikeras tidak ingin meninggalkan sekolah ini? Sekolah ini sudah tidak ada harapan lagi! Bekerjalah di akademi ayah, Jun!"
Natsuki menggelengkan kepala. "Berapa kali pun kau bujuk, aku akan tetap menemani murid-muridku hingga lulus." Ia menarik lengannya dari genggaman Syo. "Mohon mengertilah, Shun-kun. Pulanglah," pinta Natsuki getir menolak keinginan Syo yang dikisahkan sebagai adiknya. Natsuki melangkah tanpa mengacuhkan panggilan Syo.
"Aku tidak akan menyerah untuk membawamu pergi, Jun!" teriak Syo. "Aku akan datang lagi dan lagi sampai kau bilang iya!"
"CUT! OKE!" ungkap sutradara mengakhiri adegan Natsuki dengan Syo.
Yuzuru mengepalkan tangan di bawah dagu, kedua matanya memancarkan binar-binar yang menyilaukan para aktor dan aktris yang berdiri di dekatnya. Gumaman suara kekaguman pada sandiwara Syo dan Natsuki tepat di depan matanya. "Kereeen.... Akting mereka kereeeen...."
Aktor dan aktris di sekitar menatap Yuzuru ganjil, tapi mereka mengerti bagaimana mengagumi akting sang senior.
"Mereka ... serasi~~ hyaaaa...," tambah Yuzuru dengan mata memancarkan tujuh warna.
Gubrak!
Para aktor dan aktris langsung tersungkur ke belakang mendengar pernyataan makhluk berambut ungu itu!
Ternyata dia fujoshi....?
Kaoru yang berteduh di beranda sekolah bersama manajer yang lain hanya menggelengkan kepala. "Maaf, penyakitnya kambuh...," gumannya penuh penyesalan.
Yuzuru tidak tahan saat Syo mengatakan, 'Aku tidak akan menyerah untuk membawamu pergi'. Kedua telapak tangannya langsung mengatup pipi. "Kyaaa~ yang nyata lebih mendebarkan~."
Natsuki dan Syo dipersilahkan istirahat oleh sutradar, tempat duduk yang disediakan tidak jauh dari Yuzuru. Mereka berdua menerima air botol mineral dan handuk dari seorang kru. Syo langsung minum karena cuaca panas membuatnya sedikit dehidrasi.
"Akting senpai keren~," ujar Yuzuru tanpa basa-basi saat menghampiri keduanya.
Natsuki tersenyum senang, "Arigatou."
"Aku tidak akan menyerah untuk membawamu pergi." Yuzuru mengulang kalimat Syo. "Makasih fanservice-nya~, kyaaa!"
Syo menyemburkan minumannya, kaget dengan reaksi Yuzuru. "Oii! Pasti kau berpikir yang aneh-aneh?!!"
"Ah, Kurusu-senpai malu-malu mengakuinya~. Padahal begitu menyukai Natsuki-senpai~," ujar Yuzuru bersemangat---terlalu bersemangat bahkan sampai lupa ia telah memperlihatkan wajah aslinya di depan orang banyak---fangirl terhadap seniornya sendiri.
"Kkkaaauuu...." Syo menahan emosi. Perempatan di keningnya terbentuk, ia ingin sekali menjitak kepala Yuzuru agar kembali normal, tapi ia kembali berpikir kalau dari awal Yuzuru memang sudah tidak normal, jadi rugi berharap anak itu menghentikan sikapnya.
Natsuki meneteskan air mata buaya. "Syo-chan, apa kamu tidak suka denganku?"
Syo bertambah kesal karena Natsuki mengikuti candaan Yuzuru. "Oi, Natsuki, kau juga jangan-
"Hikss.... Padahal aku begitu, sangat, sangat, sangat menyukai Syo-chan!!" Natsuki tertunduk sambil melap air mata dengan sapu tangan. "Onichan kanashii yo, Syo-chan!"
Salah satu alasan mengapa Yuzuru memfavoritkan Natsuki sebagai seniornya, Natsuki dengan cepat mengikuti candaannya. Apalagi kalau 'korbannya' Syo. "Nah, loh, Kurusu-senpai! Natsuki-senpai nangis tuh! Ayo cepat bilang kalau senpai suka sama Natsuki-senpai!" desaknya mendorong-dorong bahu Syo.
"Kau masih melanjutkan candaan burukmu itu?!" gerah Syo.
Tangisan Natsuki semakin menjadi. "Hueeee!!!"
"Ayo, bilang!!" Yuzuru semakin mendesak.
Semua orang di lokasi drama menatap mereka bertiga dengan berbagai macam ekspresi. Pastinya bagi Syo, ia dan dua orang yang suka bermain itu sudah jadi tontonan gratis di luar naskah! Tidak mau jadi pusat perhatian lebih lama lagi, Syo pasrah mengikuti alur permainan Yuzuru dan Natsuki.
"Ba-baiklah.... Na-na-natsu..ki ... aku ... aku-
Kaoru menjitak kepala Yuzuru. "Tidak usah dilanjutkan, Kurusu-kun. Abaikan saja permintaan anak kurang ajar ini! Permisi...." Ia datang tempat waktu untuk menyelamatkan image tiga artis Shining dari bisik-bisik buruk aktor lain. Segera menyeret Yuzuru paksa, menjauhi Natsuki dan Syo.
Yuzuru menggerutu kecewa, "Uuh, Kaoru-san, dikit lagi, padahal tinggal sedikit lagi.... huwaa---
Kaoru memelintir kuping Yuzuru. "Sedikit lagi otakmu tambah gesrek!" bentaknya.
"Hueee ... Natsuki-senpai, tolooong!" Yuzuru merajuk.
Saat Kaoru menyeret Yuzuru, Natsuki sudah kembali ke sikap normal. "Aah, sayang sekali akting sudah berakhir." Ia melambaikan tangan pada Yuzuru, pertanda ia tidak mau ikut campur jika orang dewasa sudah bertindak.
Syo menggeram. "Kalian berdua suka sekali mengerjaiku, ya?!"
Natsuki terkekeh, "Habisnya aku dan Yuzuru sangat menyukai Syo-chan!"
Syo langsung terdiam, pipinya merona seketika. Ia membuang muka sambil melipat kedua tangan ke dada. "M-mma ... kalau kau bilang begitu, mau bagaimana lagi," ungkapnya malu-malu, menerima pernyataan sahabatnya.
Natsuki tertawa kecil. Ia kembali melirik Yuzuru yang dimarahi oleh Kaoru. "Terutama Yuzuru-chan. Dia ... sudah "suka" sama kamu, Syo-chan. Dari sikap saja sudah ketahuan." Kemudian menatap Syo yang duduk melap keringat. "Sayang, Syo-chan sendiri tidak menyadarinya."
Di lain pihak, Kaoru memilin kedua sisi kepala Yuzuru dengan kepalan tangan. "Kamu, bisa tidak menjaga sikap?? Kamu itu idol!" Ia sudah bosan meladeni sikap abnormal gadis idola itu.
Yuzuru mengerang, "Maaf, Kaoru-sama, maaf---he-hentikan ... sakit, sakiiit!"
Tanpa disadari Mikado Zen menghampiri. Ia tertawa, terhibur dengan atraksi antara Yuzuru dengan manajernya. "Tidak kusangka Yuzuru-chan sangat bersemangat jika bersama dengan para seniornya, ya?"
Kaoru menghentikan jitakannya. Yuzuru segera memasang mode waspada. "Apanya?" semburnya langsung seperti anak kucing bertemu dengan predator.
Zen berdecak pelan, menaikkan kedua bahu. "Lain denganku, kau selalu saja bersikap dingin. Aku sangat sedih dengan perbedaan sikapmu itu."
Yuzuru berdengus, membuang muka tidak peduli.
"Apalagi dengan seniormu yang bernama Kurusu Syo," ungkap Zen perlahan, menekan nama Syo.
Yuzuru bergeming sedetik, ia menoleh ke Zen yang sudah memasang wajah kemenangan setelah melihat kekesalan terpahat di wajahnya.
Tatapan yang ingin sekali menghabisinya, tubuh Zen merinding, namun pemuda itu menikmati sensasinya. "Kau memang mudah sekali ditebak, Yuzuru-chan...." Ia memperbaiki posisi kacamata. "Tenang saja, aku tidak berniat melakukan apapun terhadap senior kesayanganmu," ujarnya kemudian berlalu.
Yuzuru mengepalkan kedua tangan, menahan segala emosi dan amarah. Ia menebak di hari mendatang, entah esok atau kapan, Zen telah merencanakan sesuatu terhadapnya maupun senior-senior satu agensinya. Dendam Zen sudah mengakar pada siapapun yang bekerja di bawah naungan Shining Saotome.
Kaoru menatap Yuzuru cemas. Kepalan gadis itu bisa saja melayang, namun lebih diputuskan untuk menahannya. "Yuzuru-chan, lebih baik hempaskan semua perasaanmu lewat akting."
Yuzuru menyadari kalimat Kaoru, ia melirik ke sang manajer.
"Dengan begitu energimu tidak akan terkuras sia-sia," lanjut Kaoru.
Hanya dengan saran yang tulus, pikiran Yuzuru dapat teralihkan. Uratnya yang menegang pun mengendur. "Benar juga," sahutnya setuju. Ia tersenyum lemah melihat tangannya yang terkepal erat. "Aku harus jaga sikap. Aku bukanlah aku yang dulu." Ia pun menghela napas lega. "Kaoru-san, arigatou."
Kaoru tersenyum lega. "Sama-sama. Dengan begitu nyawaku terselamatkan."
"Eh?" Yuzuru menelengkan kepala, bingung.
"Ha-habis," Kaoru tersenyum kaku, "Karmin pernah bilang kalau kepalanmu itu bisa meretakkan dinding. Karena itu ... kupikir ... aku bisa jadi sasaranmu, karena dinding jauh darimu---"
"Tidak akan! Pukulanku punya alarm sama orang baik, tenang saja!" jawab Yuzuru cepat, tidak sangka Kaoru ketakutan akan dirinya.
---•••---
☆☆輝きアイドル!!☆☆
---•••---
"Tamu Shining☆Radio kali ini ialah ... Kitani Yuzuru-chan! Siang, Kiyuppie!" Tsukimiya Ringo mengumumkan bintang tamu dalam acara radio yang sedang disiarkan langsung sore ini.
"Minasan, konnichiwa~! Kitani Yuzuru desu~," sapa Yuzuru terlebih dahulu kepada para pendengar acara radio on air tersebut. "Tsukimiya-sensei mo konnichiwa!"
"Duuh~ sekarang aku sudah bukan sensei lagi, panggil aku Rin-chan saja seperti biasa~!" pinta Ringo dengan suara manja.
"Kalau begitu Rin-kun!" putus Yuzuru cepat.
"Hoi!" suara laki-laki Ringo terdengar berat.
Yuzuru tertawa sesaat. "Gomen, Rin-san, jangan marah~," bujuk Yuzuru, kedua telunjuknya menunjuk headphone yang sama-sama mereka kenakan, mengartikan para pendengar masih mendengarkan mereka.
Ringgo berdeham pelan. Idola yang sangat cantik luar biasa dari pada idola wanita manapun itu mengingatkan diri bahwa ia sedang siaran bersama dengan murid juga junior yang paling susah diatur. Ia harus menjaga emosi dan sikap sebagai mana layaknya penggemar mengenalinya sebagai Tsukimiya Ringo yang manis dan manja, bukan penuh emosi dan bersuara berat.
Sejalan waktu, Ringo dapat mengontrol suasana, Yuzuru juga mulai fokus menjalankan pekerjaannya, hanya sesekali melontarkan candaan ringan yang membuat Ringo tertawa, bukan candaan yang membuat mantan sensei-nya mengerutkan kening kembali.
"Dan~ Kiyuppie punya info buat para pendengar ShiningRadio, bukan?" ingat Ringo.
Yuzuru mengangguk, "Aku punya pengumuman khusus buat minasan, bahwa aku ... akan ... merilis album debut soloku!! Hore~! Kali ini mini album berisi lima lagu baru. Karmin juga membuatkan dua lagu baru untukku!"
"Omedetou, Kiyuppie!" ucap Ringo kemudian bertepuk tangan.
"Arigatou, Rin-san! Tapi aku punya satu pengumuman lagi, lho! Mulai minggu depan aku akan membawakan acara radio baru! KiyuRadio!" Yuzuru bertepuk tangan. "KiyuRadio ialah acara radio aku, tentang lagu-laguku, share kegiatan dan berbagi cerita. Dan bintang utama pertamanya ialah ... jeng-jeng-jeng ... Kotobuki Reiji-san dari Quartet Night! Yeeey! Karena itu jangan sampai ketinggalan, ya! Untuk detail mini album baruku juga akan kuberitahu di KiyuRadio. Ah, dan satu lagi, twitter KiyuRadio dari staf sudah dimulai hari ini, minasan bisa cek, ya!"
"Waah, benar-benar berita besar, ya. Kiyuppie akhirnya debut solo!"
"Iya, arigatou, Rin-san!"
"Dengan berita baru dari Kiyuppie, menandakan bahwa acara kita sudah di penghujung waktu. Sayang sekali, ya, waktu berlanjut dengan cepat. Tapi jangan khawatir, karena setiap hari di jam yang sama Shining⭐Radio akan datang kembali. Sampai jumpa besok, yaa~!"
"Bye, bye~!!"
Setelah acara radio selesai, Ringo menghela napas lelah. Bibir bawahnya miring ke kiri, berbalik arah dengan bibir atas. Ia menghampiri Yuzuru yang menyisir rambut dengan sela-sela jari---agak berantakan saat melepas headphone, menjitak anak itu dengan gemasnya.
"Aduh!"
"Kamu ini sudah dibilang jangan main-main, masih gak berubah! Malah panggil 'Rin-kun' segala! Apa kata penggemar, hah!?"
Yuzuru malah menikmati jitakan tersebut. "Ampun~ ampun~. Habis, memang "Rin-kun", kan," ungkapnya tidak merasa bersalah. Jitakan Ringo semakin keras, "Waawaawaa! Iya, iya! Ampun, ampun! Gak diulang! Beneran! Suueeer!!"
Ringo masih belum melepaskan jitakannya.
"Di-di tas ... aku ada foto sesuai janji. Le-lepasin~! Ayolah~."
Ringo menyelesaikan jitakannya, kemudian berdeham. Ia malu-malu mengukurkan tangan, "Ya, sudah. Mana? Berikan!"
Yuzuru tersenyum penuh kemenangan. Ia segera keluar dari ruang siaran, disusul Ringo kemudian. Staf radio langsung mengucapkan 'otsukaresama deshita' pada keduanya. Yuzuru dan Ringo pun membalas kata yang sama pada staf radio.
Yuzuru segera membayar janjinya. Ia mengambil sebuah amplop pink dalam tas kemudian menyerahkannya ke Ringo. Saat Ringo akan mengambilnya, Yuzuru malah menariknya kembali, hal itu terjadi hingga lima kali.
Ringo menggeram. Yuzuru terkekeh puas.
Ringo berdecak. "Kau jangan mengerjaiku!"
Yuzuru menyatukan ujung jari telunjuk ke ujung ibu jari. "Imbalannya dulu~."
Ringo mengigit bibir, harusnya ia menyangka dengan kesediaan Yuzuru menerima tawarannya. "Kau tidak bilang tentang imbalan."
"Setidaknya bayar ongkos~."
"Aaakh! Iya, iya! Segera kukirim dasar pecicilan!" kesal Ringo membuka ponsel pintarnya, menekan-nekan sebuah aplikasi, mengirim sesuatu. "Sudah terkirim," ujarnya kesal.
Yuzuru mendapatkan notifikasi di ponselnya. "Huwoo udah kekirim." Baru ia serahkan amplop itu. "Sankyuu, Rin-san~. Senang sekali berbisnis dengan Anda~."
"Aku yang gak senang," umpat Ringo menyembunyikan amplop itu langsung ke tas jinjingnya.
Kaoru tertegun. "Ini anak perangainya makin nyebelin aja." Ia sama sekali tidak tahu transaksi apa yang dilakukan Yuzuru dengan Ringo.
Para staf radio hanya berpura-pura tidak melihat transaksi pribadi itu.
---•••---
☆☆輝きアイドル!!☆☆
---•••---
Hari ini pun Yuzuru pulang sebelum pukul delapan---jadwalnya masih belum padat sampai malam. Setiba di mansion, ia langsung menyambar susu kotak yang ada dalam kulkas, menuangkannya segelas, menikmatinya perlahan sembari duduk menghilangkan penat. Minami segera tahu Yuzuru baru pulang, ia keluar dari kamar untuk menyapa sahabatnya. Ia membawa sebuah amplop di tangannya.
"Okaeri, Yuzu-chan! Sudah makan malam?"
Yuzuru mengangguk. Matanya langsung tertarik dengan amplop yang dipegang Minami. "Lagu baru?" terkanya.
"Aah," Minami menangguk, "aku ingin memperlihatkan pada Kira. Belum final, sih. Yuzu-chan ikut? Kamu belum pernah berkumpul di ruang tengah lantai ini, kan?"
Yuzuru langsung loncat dari tempat duduknya. "Ikut~." Seketika ia melihat baju, lalu menggarukkan kepala, "Aku tukar baju dulu, ya."
Minami merasa tidak enak mengajak Yuzuru yang baru saja pulang. "Maaf, ya. Lebih baik Yuzu-chan mandi, istirahat saja dulu. Kamu pasti capek."
Yuzuru menggeleng. "Ikut!" pintanya paksa. Kemudian mengangguk, "Ya, udah deh, Minami duluan aja dulu. Nanti aku menyusul!"
"Dotchi?" heran Minami, apa Yuzuru ingin ikut atau tidak.
Yuzuru meraih tasnya, melangkah panjang menuju kamar. "Mumpung pulang cepat! Minami duluan saja! Aku akan menyusul!" Ia berlari kecil ke kamar, berencana membersihkan diri sebelum bertemu para senpai-nya.
Senpai?
Yuzuru dkk, juga ST⭐RISH, Haruka-Tomochika, dan Quartet Night berada di lantai hunian yang sama. Setiap lantai di gedung mansion itu memiliki satu ruangan lepas yang bisa dipakai sebagai tempat berkumpul para penghuni, menjadi tempat rapat atau menerima tamu yang tidak diperbolehkan masuk ke hunian---karena hunian adalah privasi para artis. Tidak hanya mereka saja, ada artis lainnya di lantai hunian tersebut. Jadi bagi Yuzuru yang sudah beranjak dewasa itu malu memperlihatkan dirinya yang dekil jika tidak sengaja bertemu dengan senior-senior dunia hiburan lainnya. Image-nya akan turun sebagai idola yang dikenal dengan keimutannya.
Minami hanya menggelengkan kepala, "Kalau begitu aku duluan, ya!" Ia segera keluar, takut Kira menunggu terlalu lama.
Di ruang tengah itu, di sisi kanan ada satu sofa merah ukuran besar dekat dengan jendela yang membingkai pemandangan luar, di seberang ada enam sofa bundar tanpa sandaran, dan di tengahnya ada satu meja kaca bundar. Tidak jauh dari sofa besar ada dua vending machine minuman dan satu vending machine rokok yang berdiri di sisi dinding. Di bagian kiri ruangan tersebut ada satu unit meja persegi panjang yang dikeleilingi dua belas kursi, dan sebuah papan tulis tergantung di dinding---tidak jauh dari meja tersebut---yang sangat berguna saat rapat.
Setiba di sana, ternyata Kira sudah mengobrol santai bersama Mizuki Shuji, Yajima Daiki---komposernya Tomochika, dan Aijima Cecil, ketiganya duduk di sofa bulat berderetan. Sofa besar seberang ditempati Jinguji Ren, Ittoki Otoya dan Hijirikawa Masato.
Minami melirik para senior ST⭐RISH, teringat Yuzuru, lalu menyadari suatu hal. "Ah, apa jangan-jangan Yuzu-chan sudah sadar dengan penampilan?" Ia tertawa kecil menyadari hal itu.
Kira melirik ke kanan---memang sudah sering melakukannya berharap Minami tiba. Ia langsung melambaikan tangan, senyumnya merekah lebar pada sang sepupu. "Micchan, kochi~!!"
Kerut Minami terbentuk di dahi. "Di depan para senpai jangan panggil aku Micchan, kono baka Kira," umpatnya dengan suara pelan. Ia melangkah menghampiri tempat duduk Kira dkk.
Kira langsung tukaran tempat duduk sama Cecil yang duduk paling ujung, agar bisa duduk bersebelahan dengan Minami. Cecil diam saja disuruh tukaran tempat duduk, soalnya dia asik bermain game yang diberikan Kira padanya. Katanya biar pangeran negeri entah di mana itu lebih gaul sama budaya Jepang terutama sama game-nya.
Kira menepuk-tepuk sofa di sebelah kanannya yang kosong. "Micchan, suware, suware! (duduklah)"
Sebelum duduk, Minami menyapa para senior yang duduk di seberang sana dengan anggukan kepala. Otoya dan Masato tersenyum membalasnya, Ren memberikan kedipan mata.
Minami menyerahkan amplop berisi partitur pada Kira. "Baru nada dasar," ungkapnya. Ia pun duduk setelah Kira menerima amplop tersebut. Minami menghela napas, "Padahal sudah kubilang belum selesai, kamu ini gigih sekali ingin melihat pekerjaanku."
"Tak apalah~," pinta Kira manja. "Sekalian bisa beri pendapat, bukan?"
"Kirishima-kun bisa sekali mencari alasan untuk bertemu dengan Kirishima-chan, bukannya begitu?" terka Ren di seberang tidak sengaja mendengar.
Minami tersenyum ganjal.
Kira malah tersenyum lebar. "Habisnya akhir-akhir ini sibuk, jarang bertemu, apa salahnya? Habisnya Micchan itu calon-
Minami langsung menempelengi kepala Kira. "Jangan mulai!"
Kira terkekeh ringan. "Micchan sudah terkena penyakitnya Umiko-chan, tsundere~."
Minami menjitak kepala Kira berkali-kali, "Beda!"
"Aakh! Dungeon level 20 ini susah. Kira, bantu~," rengek Cecil tidak baca situasi.
"Aku lagi sibuk pacaran, adek Cecil, nanti, ya!" Kira tidak mengacuhkan permintaan Cecil.
Pemuda berkulit eksotis itu cemberut. Ia melirik Otoya yang sibuk dengan laptop. "Otoya...."
Otoya menatap Cecil, terkekeh kaku. "Aku tidak ahli bermain, Cecil, maaf, ya."
Cecil melirik Masato, Ren, keduanya menoleh ke arah lain, berpura menyibukkan diri. Tidak menyerah, Cecil mencari pertolongan pada Daiki dan Shuji, mereka berdua malah bercakap-cakap tentang seorang penyanyi luar negeri yang sama-sama mereka favoritkan. Cecil ngambek, "Andai Yuzuru ada.... Dia pandai main game...."
"Konbanwa~!!" suara riang Yuzuru seketika memecahkan atmosfir canggung yang disebabkan permintaan adik-kecil-tapi-sebenarnya-tidak bernama Cecil. Para artis Agensi Shining di ruang itu melirik ke arahnya dengan perasaab lega, namun sedetik kemudian terheran dengan kantong plastik yang dibawa. Mereka sudah menebak isinya cemilan.
"Yuzu-chan mandinya cepat banget!" kaget Minami rasanya hanya meninggalkan beberapa menit, sahabatnya sudah berganti pakaian dan terlihat segar sehabis mandi.
Yuzuru menghampiri Minami, terkekeh pelan, "Untuk apa mandi lama-lama~ entar jadi puteri duyung!"
"Bilang aja kamu takut air, dasar kucing," ejek Kira sebal ada seorang lagi yang mengganggu waktunya dengan Minami.
Yuzuru langsung menjitak Kira dan melempar senyum mematikan. "Ulang sekali lagi, Ki-ra-kun," nada suaranya sengaja diberatkan.
Kira mengelus kepala. "Kenapa kalian suka sekali memukul kepalaku!" kesalnya. Ia langsung merampas plastik cemilan Yuzuru, mengacak-acak, mencari cemilan yang disukai.
Yuzuru segera mengamankan puding yang tinggal satu, memang sengaja untuk dirinya. "Untuk yang lain, jangan makan sendiri," peringatnya.
Kira hanya manggut-manggut mengambil pocky, meletakkan amplop partitur di tempat duduknya, berjalan membagikan makanan yang dibawakan Yuzuru bagaikan membagikan sembako pada orang yang tidak kelaparan.
Yuzuru ingin melihat lagu yang ditulis Minami, tapi Cecil menarik tangannya terlebih dahulu. "Bantuin aku ngalahin bos level 20 ini," pintanya dengan mata mengiba.
Yuzuru langsung duduk, memangku amplop partitur dan puding, lalu menerima PS Vita Cecil. Yuzuru langsung memainkannya tanpa bertanya apapun, karena game yang dimainkan Cecil pernah dimainkannya. Keduanya duduk saling berhadapan membuat yang lain salah tingkah melihat kepala Yuzuru dan Cecil begitu dekat---bahkan terlihat beradu. Mereka sudah sadar kalau keduanya memanglah polos---dalam artian masih anak-anak.
"Yuzuru sudah level berapa?"
"Lantai seratus."
"Jauuuh," kaget Cecil.
"Masih level rendah! Sekarang udah jarang main, sehari cuma bisa selesai satu lantai."
"Keren!"
Minami dan yang lain memandang keduanya bagaikan anak SD yang baru dapat permainan, bedanya yang satu expert dan yang satunya lagi masih newbie.
Setelah membagikan cemilan, Kira kembali ke tempat duduknya yang sudah diduduki Yuzuru. "Geser, dedek~." Dengan ringannya, Kira duduk di sofa yang sama hingga punggung keduanya beradu, tangannya meraih amplop dan puding di pangkuan Yuzuru.
Alarm di atas kepala Yuzuru segera menyala! Tangan kanannya segera merebut kudapan. "Pudingku!" Sedangkan tangan kirinya tidak lepas memegang video game portable milik Cecil. Setelah menyelesaikan game yang hanya butuh semenit bagi Yuzuru, game portable itu diberikan kembali ke sang pemilik. "Aku makan puding dulu."
Cecil menerima PS Vita-nya, kembali main dengan riang di quest lantai baru.
"Lantai 21 lebih baik pakai monster air, kebanyakan monsternya tipe tanah, atau pakai monster elemen yg sama," saran Yuzuru.
Cecil manggut-maggut, lebih fokus bermain.
"Yuzuru-chan ngerti banget sama game, ya?" sahut Otoya.
"Kalau tidak jadi idola, dia sudah jadi otaku game," ungkap Shuji datar diikuti lirikan tajam Yuzuru. Shuji langsung membuang pandang, tidak merasa bersalah mengatakan hal tersebut.
"Dan fujo," tambah Kira tertawa lepas.
Yuzuru langsung menubrukkan punggungnya ke punggung Kira. Kira hanya mengaduh kecil. "Aduh, banteng kecil marah~."
"Kira, fokus sama tugasmu!" ingat Minami sudah susah payah membuatkan lagu, Kira malah sibuk bercanda.
"Gomen, gomen." Baru Kira mengeluarkan kertas-kertas partitur yang sudah diklip di bagian atas kirinya.
Untuk beberapa saat semuanya kembali ke kesibukan masing-masing. Yuzuru menatap sekelilingnya sambil makan puding, dalam hati merasa senang, seakan mereka kembali ke asrama Master Course, sudah lama tidak berkumpul seperti ini.
Setelah menghabiskan puding, Yuzuru mengeluarkan PS Vita-nya juga, kemudian ikut main, party bareng Cecil. Kira dan Minami sibuk berdiskusi lagu. Shuji dengan gitarnya sambil mencoret-coret kertas, juga membuat lagu baru sendiri. Daiki malah iseng menyuapi Cecil dengan pocky, Cecil yang fokus main menerima apa saja yang disuapkan Daiki ke mulutnya.
Di sofa seberang sana Ren membaca naskah, sedangkan Otoya dan Masato sibuk mencari info-info masa edo karena mereka akan ikut satu film berkaitan dengan masa tersebut meski bukan pemeran tetap.
"Haa! Tdak disangka kalian ada di sini," ungkap Kurosaki Ranmaru datang bersama Mikaze Ai memecahkan keheningan kembali.
Ai ingin bersuara untuk mengatakan 'konbanwa' tapi diurung karena melihat sosok Yuzuru yang tak biasa ada di ruang tengah. Kerut terbentuk di kening saat melihat gadis itu duduk satu sofa tanpa jarak saling memunggungi dengan Kira. Tidak merasa gerah dan begitu fokus bermain.
Ranmaru langsung mengambil kursi, duduk di depan Otoya. "Oi, Otoya, kau tidak bawa ponsel apa?" tanyanya agak kesal.
Otoya bingung, ia merogoh saku, tersentak. "Ah, lupa! Ada apa, Ranmaru? Apa tadi kau menelepon?"
Ai meraih kursi, meletakkannya ke belalang sofa Yuzuru-Kira. Menganggapnya seperti anak kucing, diam-diam Ai mengangkat kerah baju belakang Yuzuru. Anak itu spontan berdiri, tapi karena keasikan main tidak begitu mengubris. Ai menarik pundak Yuzuru agak keras agar duduk di kursi yang diletakkannya. Hanya Minami yang memerhatikannya, menutup mulut untuk menaham tawa.
Kembali ke Ranmaru yang berdecak kesal pada keteledoran Otoya. "Bukan aku, tapi manajer kalian, ST⭐RISH! Kebetulan tadi bertemu di agensi. Kau tidak mengangkat teleponnya sejak satu jam lalu!"
Otoya memasang wajah pucat. "Ya, ampun, kenapa aku teledor? Manajer akan memarahiku besok!!"
"Memangnya ada apa?" tanya Masato heran. Ia juga tidak sempat melihat ponsel karena sibuk membaca info yang mereka dapat. Ia membaca notifikasi pesan masuk dan panggilan tidak terjawab satu. "Ah, dari manajer."
Ren ikut membuka ponsel. "Ah, aku juga."
"Kalian ini bagaimana?" heran Ranmaru, kenapa ketiga juniornya kompak teledor. "Kalau kau tidak mau, biar peran Hiroyuki aku yang ambil!" candanya dengan nada kesal.
"Hueeee," Otoya histeris. "tentang CODE:K, ya??"
Yuzuru segera teralih dari fokus game. "CODE:K kenapa??"
Ranmaru menoleh ke Yuzuru. "Kau juga ada di sini, balita? Sudah malam! Segera kembali ke kamar, tidur sana!"
Yuzuru langsung bersungut, "Yuzuru sudah besar!!" Terdengar suara terbakar dan monster yang menjerit. Yuzuru histeris menatap layar lima inchi tersebut. "Aku kalaaah!!!"
"Tenang, Yuzuru, aku masih ada exp! Sisanya serahkan padaku!!" ungkap Cecil percaya diri.
"Tolong, aibo!!" harap Yuzuru sangat.
Mengabaikan dua orang yang bermain dengan PS Vita itu, Ranmaru kembali memberitahu Otoya. "Manajer sudah mengirimkan jadwal pertemuan film tersebut, jadwal syutingnya juga disegerakan. Selamat, ya, jadwalmu semakin padat. Bersiap buat menjadi aktor internasional," pujinya terkesan mengejekan.
"Ranmaru, kalimatmu tidak terdengar tulus," timpal Otoya datar. "Ranmaru sendiri?"
"Yang ikut hanya para pemain film pertama. Aku masih jauh," papar Ranmaru.
Ai menghampiri Ranmaru, menyerahkan minuman kaleng soda pada rekannya. Ranmaru menerimanya, agak bingung padahal tidak meminta sebelumnya. Ai minum soda rasa lemon, duduk di sebelah Masato tanpa permisi. Masato sendiri tidak mempermasalahkannya.
Yuzuru baru sadar duduk di kursi bukan sofa. "Sejak kapan?" gumamnya. Lagi, Minami diam-diam tertawa dengan sikap Yuzuru yang polos. Tidak peduli, Yuzuru kembali menanyakan tentang CODE:K. "Rapatnya kapan? Syutingnya kapan?" tanyanya berturut-turut.
"Tidak tahu!" jawab Ranmaru malas.
Yuzuru mengembungkan pipi. "Aku jadi tidak bersemangat lawan mainnya Kurosaki-senpai," gumamnya seperti kumur-kumur.
Kira tertawa dengan kalimat kumur-kumur Yuzuru. "Yuzuru-chan sendiri kapan mainnya?" Ia ikutan mengejek.
Yuzuru menendang pinggang Kira berkali-kali. "Aku juga lama lagi. Utau keluarnya di novel ketiga. Mungkin tahun depan! Puas? Puas?!!"
"Yappari...."
Suara lirih terdengar samar itu membuat Yuzuru menoleh. Saat itu yang lain ikut melirik ke arah mata Yuzuru yang membulat. Umiko tidak jauh berdiri dari mereka semua, menatap dengan kedua manik berkaca. Seketika wajah letih itu berubah masam menatap Yuzuru seorang. Kedua alisnya bertaut, ia menggigit bibir menahan emosi, kedua tangan mengepal kuat.
Yuzuru sontak berdiri dari tempat duduknya. "Umiko-chan...."
"Hasil akhir audisi dirahasiakan agar penonton terkejut dengan pemeran yang terpilih. Aku sama sekali tidak tahu.... Kau sama sekali tidak memberitahu.... Kau sengaja, bukan?" suara Umiko terdengar sangat lirih dan sendu.
Yuzuru merasa bersalah belum sempat memberitahu Umiko akan perannya sebagai Utau tersebut. "Bukan begitu, Umiko-chan. Aku hanya mencari waktu yang pas untuk memberitahu-
"Waktu yang tepat? Untuk menertawaiku?" Umiko masih menahan emosi namun kalimat yang keluar ialah kata hati sesungguhnya.
Suasana kembali canggung. Ketegangan terjadi antara Yuzuru dan Umiko. Minami ingin menengahi sebagai sesama teman satu hunian, namun ia hanya bisa berdiri dan terdiam. Kira jadi merasa bersalah telah menyinggung hal tersebut, tapi ia memang tidak sengaja karena tidak tahu ada Umiko. Semua orang pun begitu.
Umiko tidak dapat menahan emosinya. Ia juga segan memperlihatkannya pada para senior yang ada di sana. Apalagi semuanya lebih terlihat sebagai pihaknya Yuzuru. Umiko memilih untuk melangkah cepat, menjauhi ruang tengah itu. Padahal ia baru pulang. Di mansion Minami tidak ada, ia ada keperluan dengan komposer tersebut makanya mencari ke ruang tengah.
Yuzuru merasa tidak enak, ia ingin meluruskan permasalahan segera. Ia langsung menyusul Umiko tanpa pikir panjang. Minami ingin menghalangi tapi dicegah oleh Kira. Kira menggelengkan kepala, membiarkan permasalahan dua gadis itu diselesaikan oleh keduanya.
"Umiko-chan!"
Umiko berhenti. Yuzuru berhenti di belakangnya sekitar lima langkah.
"Jangan mendekat! Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi!" harik Umiko.
Perasaan Yuzuru serasa dihenyakkan ke tanah. "Umiko-chan.... Dengar, aku tidak bermaksud-
"Aku tidak butuh rasa ibamu," peringat Umiko. "Dari awal kita memang saingan. Kau tidak butuh menjelaskan apapun. Harusnya aku sudah tahu siapa saja bisa merebut peran impian orang lain." Umiko berdengus, "Kamu memang cukup pandai melakukannya."
"Tidak! Aku tidak ada maksud mengambil keinginan Umiko-chan! Aku hanya berusaha untuk tidak menyerah-
"JANGAN BERCANDA!!" harik Umiko tidak dapat menahan perasaannya. Suaranya itu terdengar sampai ke ruang tengah.
Minami, lagi-lagi sangat ingin menyusul keduanya. Tapi Kira tetap menahannya. Perhatian keduanya teralihkan saat Ai dengan langkah tenang menuju lorong yang dilewati Yuzuru dan Umiko. Kira ingin bersuara, meminta Ai tidak ikut campur, namun Ai hanya berdiri di balik dinding, tidak ingin memperlihatkan diri. Kira sadar, anggota termuda QN itu juga peduli pada sahabatnya.
"Hanya berusaha?" Umiko kembali berdengus. "Aku juga sudah berusaha, tahu! Tapi apa kata juri wanita asing itu, aku terlalu tinggi untuk jadi Utau! Jangan bercanda! Apa tinggi badan itu penting??!"
Umiko membalikkan badan, menatap Yuzuru dengan tatapan jijik. "Puas, kau?! Alasanmu diterima karena kau itu pendek!! Yang benar saja! Alasan apa itu?!"
Yuzuru terkejut, tidak sangka Cheevalia akan berkata seperti itu-karena hanya dialah juri perempuan di audisi tersebut. "U-umi-
Umiko kembali membalikkan badan. "Mulai dari sekarang, jangan pernah lagi menyapaku. Kau sudah tahu, kan, dari dulu aku sangat membencimu." Ia kembali melangkah, berharap cepat tiba di kamar untuk melepaskan air mata.
Yuzuru masih bergeming di tempatnya menatap kepergian Umiko. Tanpa sadar air matanya tumpah. Ia menundukkan kepala perlahan. Sesuai dengan ketakutannya, Umiko semakin membencinya.
*
*
*
Chapter 4
"Risk Job as Actor"
-bagian pertama-
~selesai~
*
*
*
📝writer's conerse
Oha~ minasan~ (●'ϖ'●)/
Yey~ apdet lagi~
Yang nulis juga seneng akhirnya ada progress sama buku satu ini (›'ω'‹ )
A-awwww
Umiko ngambek nih, gimana dong??
(。⌒∇⌒)。
Semoga sabar nunggu lanjutannya, ya~!
Seperti biasa, aku menerima kritik dan saran dari minasan~. Jangan segan berkomentar~
Jya mata neeeeee~~~
Koibumi Alana
Jumat, 2 Feb 2018
✨✨✨
---•••---
[omake]
Kira melepas tangan Minami, meminta sepupunya menghibur Yuzuru. Tanpa diminta, Minami akan melakukannya. Ia segera menghampiri Yuzuru, memeluk anak itu, berusaha menghibur.
Kira sendiri menghampiri Ai, menompang lengannya ke pundak senior yang lebih muda darinya, melirik Ai dengan tatapan selidik. Ai tidak menyukai lirikan yang seakan dapat membaca isi hatinya. Ia langsung menepis tangan Kira di pundaknya, mengambil jalan lain untuk pergi ke huniannya.
"Dasar dingin," komentar Kira.
Ai tidak mengubris. "Ranmaru, aku duluan."
Ranmaru dan Otoya tetap tertegun, sebagai sesama pemeran yang lolos audisi CODE-K agak merasa tidak enak hati, meski hal itu bukanlah permasalahan mereka. Sedangkan yang lain tetap bergeming, tidak melanjutkan kesibukan masing-masing. Kecuali Cecil yang masih fokus dengan game.
"Yatta! Menang!! Yuzuru---
Dilirik ke mana pun Yuzuru sudah tidak ada.
"Are? Yuzuru mana?" bingung pemuda berkulit eksois itu tidak sadar situasi.
"Cecil, masih juga fokus main?" heran Otoya datar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top