03 | Heart of jealousy -part 2-


Untuk hari ini, syuting Gakko-tatari berjalan lancar tanpa ada gangguan mistis. Keberuntungan atau tidak, sutradara tidak peduli. Pria berusia tiga puluhan itu antusias merekam adegan yang berkaitan dengan karakter yang diperankan Yuzuru. Jika tidak diingatkan, syuting bisa berlangsung larut terlalu petang. Dan lagi, Yuzuru tidak pernah absen satu adegan pun selama empat jam. Gadis itu hanya istirahat beberapa menit saja. Tidak lain mengganti adegan yang telah dilakukan oleh Honjo, pemeran utama wanita sebelumnya.

Dalam perjalanan pulang, Yuzuru tertidur di samping Kaoru. "Otsukaresama deshita," gumam sang manajer. Kaoru tersenyum melihat betapa nyenyaknya tidur Yuzuru, bersandar tenang di pintu mobil. Ini pertama kalinya ia melihat Yuzuru tidur. Selama ini setiap pergi bersama gadis itu pasti menyibukkan diri membaca naskah atau bacaan apapun di ponsel pintar, atau mengunyah cemilan.

Mungkin juga disebabkan sudah lama tidak sesibuk hari ini, Yuzuru kelelahan.

Kaoru memeriksa surel lewat tab. Ada beberapa pesan yang masuk, namun ia mendahulukan surel berbintang. Ia sudah berfirasat karena inilah harinya, hasil audisi CODE:K. Ia membuka surel itu dengan perasaan cemas. Ia amat berharap Yuzuru lolos ke audisi semifinal. Matanya perlahan membaca surel tersebut. Setelah membaca satu kata yang dicetak tebal, napasnya terhenti beberapa detik. Kemudian melirik ke kiri.

Kaoru harus memberitahu hasil audisi CODE:K itu pada Yuzuru, segera. Tapi ia tidak tega membangunkannya. Ia dilema. Dan lagi, ia mencari cara bagaimana menyampaikan hasil audisi tersebut pada Yuzuru. Berterus-terang atau berbasa-basi dengan melontarkan kalimat-kalimat bijak agar gadis itu tidak berkecil hati?

Kaoru kembali membaca surel tersebut, membaca secara keseluruhan. Ia mengerti, tidak ada waktu lagi untuk menunda. Ia harus memberitahu Yuzuru saat ini juga sebelum semua terlambat.

"Yuzuru-chan?"

Kaoru memanggil nama gadis itu tiga kali. Untung saja Yuzuru terjaga, bukan melebur lalu keluar asap dan muncul dengan topi panjang di atas kepala!

Yuzuru mengucek mata, melirik ke jendela linglung. Yang ia sadari mobil yang membawa mereka belum sampai ke mansion. Kemudian melirik sang manajer, "Ada apa?"

"Maaf membangunkanmu, tapi...," Kaoru menjeda kalimatnya, "kamu harus tahu dan memutuskannya hari ini juga. Tidak, menit ini juga," tekannya.

Kening Yuzuru menyerngit, "Apa?"

"Apa kamu ingat, hari ini pengumuman audisi CODE:K?"

Mendengar nama film tersebut, Yuzuru terjaga seutuhnya. Ia memasang telinga dengan baik, dan debaran jantung yang mulai berisik. Ia mengangguk, menunggu Kaoru menjelaskan semua. Raut wajah Kaoru tidak terlihat senang, Yuzuru langsung berfirasat.

"Sou ... ka...," ungkapnya lirih.

"Tapi, Yuzuru-chan...," Kaoru segera memberitahu isi kelanjutan surel agar Yuzuru tidak berkecil hati, "kamu dimasukkan ke audisi karakter lain."

Mata Yuzuru terbelalak, menerka lanjutan kalimat Kaoru yang sudah dapat ditebak. Massaka ... hounto ni? (jangan-jangan ... tentang itu?)

"Kamu dimasukkan ke audisi Utau. Jika kamu menerima tawaran ini, besok kamu harus ikut audisinya. Tapi jika tidak, kamu tidak perlu hadir. Itu berarti kamu merelakan semuanya."

"Audisi mulai jam berapa?"

Kaoru menghela napas. "Jam sepuluh. Itu berarti bentrok dengan jadwal syuting. Bagaimana?"

Yuzuru ragu. Manajernya mengerti, karena tidak mudah memilih salah satu di antaranya. Film CODE:K ialah targetnya sebagai solo idola. Jika ia mendapatkan satu peran dalam film tersebut, peluang menjadi artis internasional pun terbuka. Tapi, ia terlanjur menerima peran utama sebuah drama yang mana ia harus banyak tampil. Seandainya ia masih memerankan karakter sampingan, ketidakhadirannya tidak begitu berarti dan kesempatan besar mendapatkan izin absen syuting seharian.

Audisi akan berlangsung selama sehari penuh hingga para juri memutuskan siapa yang akan mendapatkan peran. Karena itu, apa Yuzuru diizinkan tidak syuting besok seharian? Padahal baru hari ini ia memegang peran utama Mogawa Rie itu.

"Yuzuru-chan, putuskan detik ini juga," desak Kaoru.

"Eh?" Yuzuru bimbang.

"Jika sekarang, aku bisa pergi menemui pihak produksi drama untuk meminta izin. Ingat, Yuzuru-chan, kesempatan kedua tidak akan pernah datang lagi!"

"Tapi, kalau aku ikut audisi, bagaimana dengan syuting drama? Mereka akan marah padaku karena sudah banyak membuang waktu mereka."

"Aku tahu."

Yuzuru terdiam kembali, ia tidak dapat memilih salah satunya. Tubuhnya terlalu lelah, sejalan dengan benaknya yang keruh untuk menetapkan sebuah keputusan. Ia sadar, ini pertama kali baginya menghadapi dua pilihan.

"Yuzuru-chan," panggil Kaoru. Gadis itu sudah tiga menit terdiam, manajernya harus mendapatkan jawabannya segera. "Pilihlah salah satu, keduanya memiliki resiko tersendiri, dan kamu sendiri tahu itu."

Yuzuru sependapat, jika ia mengikuti audisi CODE:K, ada kemungkinan perannya dalam drama Gakko-tatari akan dialihkan ke aktris lain. Atau pun jika ia diberi izin, mungkin lusanya ia akan dimarahi oleh sutradara, dan yang paling tidak diinginkannya ... dikucilkan oleh pemain drama lainnya. Terutama para aktris yang akan menganggapnya egois, datang untuk syuting sesuka hati karena dianggap sebagai pemeran yang penting dan tidak dapat digantikan. Namun, jika ia tidak mengikuti audisi CODE:K, harapan Karmin yang dipercayakan padanya akan terbuang sia-sia tanpa berjuang hingga akhir.

"Aku tahu sulit, tapi saranku ikuti saja audisi CODE:K, Yuzuru-chan. Urusan drama, biar aku yang urus. Aku akan minta izin ke sutradara dan pihak produksi drama. Kamu harus fokus audisi besok!"

Keyakinan Kaoru membulatkan tekad Yuzuru. Ia mengangguk, "Baiklah, Kaoru-san, aku akan mengikuti audisi Utau." Ia harus menerima resiko dari pilihan yang ditetapkannya. "Maaf, ya, Kaoru-san, bisakah mengizinkanku tidak syuting besok pada pihak drama? Pasti ... Kaoru-san akan kena marah duluan oleh mereka." Ia terkekeh sendu kemudian.

Kaoru menggelengkan kepala. "Tenang saja, kita akan sama-sama kena imbasnya. Kamu tidak sendiri, Yuzuru-chan! Terlebih, aku juga setuju kamu mengikuti audisi tersebut. Bagaimana pun, kesempatan bermain di film internasional sangatlah langka!"

Yuzuru memasang wajah terharu mendengar kalimat Kaoru yang mendukungnya penuh.

"Hentikan ekspresi wajah jelek itu!" kesal Kaoru melihat raut wajah terlalu bahagia Yuzuru, tidak hanya meneteskan air di ujung mata, tapi juga di hidung.

Yuzuru mengepalkan tangan di bawah dagu, "Kaoru-san... aku jatuh hati padamu! Benar, deh!"

Kaoru menepis perasaan Yuzuru dengan tegas, "Terima kasih. Tapi maaf, aku sudah punya kekasih!"

"Aku ditolak lagi~!!"

☆☆輝きアイドル!!☆☆

Bagaimana seandainya Umiko juga lolos audisi Utau tahap selanjutnya?

Itu yang menjadi pertimbangan Yuzuru yang membuatnya ragu melanjutkan audisi.

Jika iya, hari ini ia akan satu ruangan dan kemungkinan besar bertemu dengan Umiko. Apa ia bisa mengatakan dengan mudah bahwa ia menerima kesempatan kedua dengan audisi karakter lain? Audisi yang diinginkan oleh Umiko?

Yuzuru mengendap keluar dari mansion. Seandainya keluar bersama, pasti Umiko akan menanyai kemana tujuannya, yang pasti sudah dapat ditebak oleh gadis keturunan Korea tersebut bahwa Yuzuru juga akan pergi audisi. Seperti apa ekspresi Umiko saat tahu bahwa ia dipindahkan ke audisi peran Utau? Yuzuru dapat membayangkan kemurkaan Umiko dan seumur hidup ia tidak akan dimaafkan. Karena itu, lebih baik ia pergi dahulu, biar bertemu Umiko di lokasi, dengan begitu tidak ada kekhawatiran akan pergi dengan perasaan bersalah baginya, dan rasa permusuhan bagi Umiko padanya.

Yuzuru memberitahu Kaoru untuk pergi lebih cepat dari waktu yang dijanjikan.

"Tidak apa, pergilah terlebih dahulu. Aku masih ada keperluan dan mungkin akan terlambat," balas Kaoru. Sisi lain kondisi manajernya, Yuzuru tidak tahu keperluan apa yang dimaksud. Tidak lain ialah Kaoru masih berjuang untuk mendapatkan izin dari pihak drama agar hari ini Yuzuru tidak ikut syuting, hanya untuk satu hari ini saja.

Setiba di lobi, Yuzuru bertemu dengan dua senior yang juga ikut audisi film CODE:K.

"Eh, Yuzuru-chan!"

"Ohayou gozaimasu, Otoya-senpai!" sapanya riang pada salah satu anggota ST✩RISH. Ia melirik senior satu lagi yang berdiri di samping Otoya, sudah siap untuk disapa. "O-ohayou gozaimasu..., Ku-Kurosawa-san ... senpai...," kalimatnya tergagu saat menyebut nama senior tersebut, masih ragu apa harus memanggilnya dengan 'senpai' atau 'san' agar terdengar lebih sopan.

Perempatan di kening Kurosaki Ranmaru terbentuk. "Kenapa cara menyapamu berbeda padaku, hah?"

Yuzuru menyilangkan kedua tangan ke atas kepala yang tertunduk, "Go-gomenasai...."

Otoya terkekeh kaku, "Yuzuru-chan masih takut sama Ranmaru...."

Ranmaru keheranan dengan sikap Yuzuru. "Memang aku pernah melakukan apa padamu?" Ia mengingat-ingat sikapnya saat QUARTET NIGHT berkolaborasi dengan ShininGirl✩ dulu —karena hanya saat itu ia berkomunikasi 'dekat' dengan Yuzuru. Ia merasa tidak pernah memarahi maupun membentak anak itu.

"Gak melakukan apapun, Kurosaki-senpai udah mengerikan...," ujar Yuzuru polos. Ia langsung menutup mulut, mengambil langkah besar menjauhi Ranmaru.

Otoya menepuk pundak Ranmaru, berharap senpai-nya tidak mengejar Yuzuru lalu menjahit mulut yang terlalu jujur itu. "Mma, mma, sabar aja, Ranmaru. Yuzuru-chan memang seperti itu."

Ranmaru hanya mendengus.

"Yuzuru-chan dapat panggilan audisi?" tanya Otoya kemudian.

Yuzuru mengangguk.

Otoya terkejut, "Berarti kamu lulus tahap selanjutnya sebagai Ray?"

Yuzuru menggaruk dagu. "Se-sebenarnya ... aku dipindahkan...," ujarnya malu karena tidak berhasil lolos audisi peran utama.

Otoya dan Ranmaru saling melirik.

"Benarkah? Peran apa?" tanya Otoya.

"U...tau...," jawab Yuzuru gugup.

"Utau?" Otoya lupa peran tersebut.

"Bukannya itu peran yang diambil Seira?" ungkap Ranmaru.

Yuzuru menundukkan kepala, mengangguk lemah.

Ranmaru melirik heran, "Kenapa? Kau tidak puas dengan keputusan juri?" Suaranya terdengar mengintimidasi.

"Bukan begitu...," jawab Yuzuru gagu, "hanya saja ... Umiko-chan...."

"Kau ragu karena merasa tidak enak dengan Seira?" terka Ranmaru.

Yuzuru tidak menjawab, ia hanya menggigit bibir.

Ranmaru berdecak lidah. "Kalau begitu kamu naif!"

Yuzuru tertegun mendengar komentar yang sama dengan Tomochika. Ia baru menolehkan pandangan ke Ranmaru yang menatapnya kesal. Ia tidak mengerti kenapa Ranmaru malah kesal dengan pemikirannya.

"Hanya karena Seira tidak lolos, kau merasa tidak berhak untuk menggantikan tempatnya? Harusnya kau berpikir sebaliknya!"

Yuzuru tertegun. "Umiko-chan ... tidak lolos?" Ia tidak tahu hal itu sama sekali, padahal ia satu mansion dengan gadis tersebut.

"Kau tidak tahu?" heran Ranmaru. "Kupikir, sebagai teman Seira mendukungmu, meneruskan keinginannya."

"Sou da ne," ujar Otoya memberi semangat. "Bukankah hal itu menjadi penyemangat tambahan untuk Yuzuru-chan mengikuti audisi?"

Yuzuru tertegun sesaat. Kalimat dari dua seniornya benar, apa yang telah diucapkan Tomochika sebelumnya pun seperti itu. Seharusnya ia tidak lagi ragu untuk melangkah. Ia harus memperjuangkan kesempatan yang diberikan padanya. Ia pun menguatkan hati, mengangguk pada diri sendiri. "Sou da ne? Aku akan berjuang untuk bagian Umiko-chan juga!" Dalam hati, ia akan mengurus 'kemarahan' Umiko nanti jika audisi telah selesai. Dan lagi, belum ada yang memastikan apa ia mendapatkan peran tersebut atau sebaliknya.

"Begitu, dong!" ujar Otoya senang, "Setidaknya kita bisa berjuang bersama lagi! Sou da! Kenapa tidak pergi bersama saja?" Ia melirik Ranmaru, meminta persetujuan. Ranmaru hanya mengangkat bahu, menyerahkan semua pada Otoya.

"Bolehkah?" tanya Yuzuru ragu.

Otoya mengangguk. "Tentu!"

"Otoya-senpai sama Kurosaki-senpai juga ikut audisi hari ini?" tanya Yuzuru.

Otoya membentuk V dengan jari telunjuk dan jari tengah kanannya. "Aah! Walau tidak bisa dipercaya, aku masih bertahan dengan audisi Hiroyuki. Huwaah! Aku jadi cemas! Ini adalah audisi terkahir dan penentu! Ranmaru, Yuzuru-chan, mari kita sama-sama berjuang hingga akhir! Semoga kita bertiga lolos bersama!"

Ranmaru tersenyum. "Semangat boleh saja, asal jangan lupa dialog saja di depan juri."

Otoya melakukan hormat pada Ranmaru. "Tenang saja! Aku sudah menghapal semuanya dalam kepala! Mari berjuang untuk keberhasilan masing-masing!"

Perhatian mereka tertuju pada sebuah mobil yang baru saja berhenti di depan masion.

"Ah, itu mobilnya sudah datang!" ujar Otoya. "Ayo!" ajaknya pada Yuzuru.

Yuzuru melirik Ranmaru, masih ragu menerima tawaran Otoya. Tapi jika ditolak, ia tidak tahu cara memesan mobil agensi yang cepat membawanya ke lokasi tujuan. Belum lagi, tidak tahu kapan Kaoru menyelesaikan urusannya.

Ranmaru mengerti maksud lirikan takut Yuzuru padanya. "Asal jangan mengompol saja," ujarnya kemudian berlalu keluar dahulu.

Yuzuru terperangah dengan kalimat Ranmaru barusan. "A-aku bukan balita!"

Otoya terkikik, tidak sangka Ranmaru dapat melontarkan candaan seperti itu.

Yuzuru mengerucutkan bibir karena Otoya tidak membelanya.

Otoya berpura tidak melihat wajah cemberut Yuzuru. Masih tertawa, ia pun menyusul Ranmaru.

Yuzuru melangkah dengan menghentakkan kaki kesal, "Otoya-senpai jangan tertawa!"

☆☆輝きアイドル!!☆☆

Tanpa hari libur, esoknya Yuzuru kembali ke lokasi drama Gakko-tatari. Ia menahan diri untuk tidak menguap, menurutnya semakin sering menguap maka semakin mengantuk. Semalam pulang jam satu dini hari dari audisi. Ia dapat tidur tujuh jam, namun karena sudah lama tidak beraktifitas sehari penuh membuat tubuhnya begitu lelah jadi tidak terlalu nyenyak. Sarapan tadi saja tidak biasanya ia minta dibuatkan kopi pada Minami.

"Eh? Yuzu-chan minta kopi?? Sejak kapan kamu dewasa, dek?!"

Umiko yang saat itu ikut sarapan tersedak.

Takut kopi kepahitan, Minami pun mencampurkan segelas kopi kecil dengan susu.

Mengingat kejadian sebelum berangkat tadi membuatnya tergelak. Bibirnya mengatup setelah ingat belum memberitahu audisi tersebut pada Umiko. Biarlah nanti, di waktu yang tepat, putusnya.

Hanya satu hari melewatkan syuting, Yuzuru sangat gugup melangkahkan kaki ke dalam gedung sekolah lama itu. Ia tidak lagi takut karena kemistisan suasana gedung, tapi pada tatapan seperti apa yang akan diperlihatkan para aktris saat bertemu dengannya.

Baru saja tiba di lantai satu, sebuah buket bunga lili ukuran sedang menghampirinya. Yuzuru terkejut, menyangka seseorang salah memberikan bunga padanya. Saat mengadahkan pandangan, barulah ia tahu siapa yang menyodorkankan bunga tersebut.

Mikado Zen.

Pemuda itu juga memberikan senyuman, "Omedetou, Yuzuru-chan!"

Yuzuru tertegun, heran, "Selamat, apa?" tanyanya masih dengan nada sinis. Ia selalu waspada jika meladeni mantan teman sekelas yang sellau berlagak akrab padanya.

"Tentu saja atas keberhasilanmu mendapatkan peran film internasional! Wah, begitu mencengangkan!" ujar Zen memuji. Di mata Yuzuru sikap pemuda itu masih terlihat dibuat-buat, tidak seutuhnya kalimat yang dilontar sesuai dengan apa yang disembunyikan dalam dada pemuda itu. Zen kembali menyodorkan buket tersebut, seakan memaksa Yuzuru menerimanya. "Se-la-mat!"

Yuzuru tidak sudi menerima hadiah tidak tulus itu. "Dari mana kamu tahu informasi itu?" Ia sama sekali tidak memberitahu orang lain keikutsertaannya dalam audisi CODE:K selain para seniornya. Sedetik ia baru ingat. Na-Natsuki-senpai, pasti dia! Ukh, senior satu ini terlalu polos!!

Orang yang disebut itu pun tiba. Pemuda yang memiliki tinggi berlebih itu melangkah riang ke arah mereka berdua sambil melambaikan tangan. "Yuzuru-chan~ akhirnya kamu datang!"

"Ah, ohayou, senpai," sapa Yuzuru.

Seperti biasa, Natsuki tidak pernah melepas senyum di wajahnya. "Ohayou! Hari ini aku sudah tidak sabar beradegan dengan Yuzuru-chan kembali! Oh, iya! Aku dengar dari Otoya-kun, selamat, ya! Yuzuru-chan, Otoya-kun, juga Ranmaru, tidak disangka kalian bertiga menang!"

"Bukan menang tapi terpilih," koreksi Yuzuru datar. Bukannya senang diucapkan selamat, Yuzuru memasang wajah sebal. Bener, nih orang yang ngasih tahu si Yarou! Uukh! Natsuki-senpai baka!

Kaoru langsung menegur, "Yuzuru-chan, kita harus menemui sutradara terlebih dahulu."

Yuzuru mengangguk. Ia bersyukur dapat menghindar dari Zen dan Natsuki yang sudah termakan oleh sikap kepuraan Zen tersebut. Keduanya sudah sangat terlihat akrab!

"Bunganya?" Zen masih gigih memberikan buket itu pada Yuzuru.

Kaoru sudah tahu permasalahan antara idolanya dengan Zen. Ia yang mengulurkan tangan untuk menerima pemberian tersebut. "Terima kasih."

Yuzuru tidak peduli, ia segera melangkah meninggalkan Zen dan Natsuki. Kaoru menyusul kemudian dengan buket bunga di tangan. Zen berdecak lunak, kesal dengan sikap dingin Yuzuru, namun bibirnya membentuk senyum kemudian. Natsuki sama sekali tidak dapat membaca situasi, ia tetap tersenyum seakan dunianya damai tanpa ingat Perang Dunia Ketiga akan pecah!

Yuzuru berbisik pada Kaoru untuk membuang buket bunga tersebut. Kaoru tersenyum simpul, "Tidak sekarang, ada saatnya. Tapi bukan di sini." Bisa tercoreng nama Yuzuru jika membuang pemberian orang lain. Idolanya akan dianggap sombong oleh orang-orang di sekitarnya.

Kecemasan Yuzuru menjadi kenyataan. Ia tetap melangkah di samping Kaoru, tidak memerdulikan bisikan-bisikan dan tatapan sinis dari para aktris yang dilewati. Yuzuru tetap diam, bahkan saat Kaoru menjelaskan kembali alasan idolanya absen kemarin pada sutradara. Yuzuru juga ikut bicara, namun lebih menunjukkan rasa bersalah dan meminta maaf tidak bisa meninggalkan audisi tersebut.

Sutradara pun mengerti. Yuzuru awalnya pemeran tambahan yang kemudian menggantikan aktris utama secara mendadak. Hal tersebut tidak terpikirkan oleh kedua belah pihak. Sedangkan audisi yang diikuti Yuzuru telah direncanakan sebelumnya. Jika hingga hari ini syuting drama tidak ada masalah, honjo nami masih menjadi pemeran utama, sutradara tidak akan keberatan dengan absen sehari tersebut, karena tidak akan mengacaukan jadwal syuting adegan utama.

Yuzuru pun dimaafkan, dan syuting tetap dilanjutkan. Yuzuru diharapkan segera mengganti pakaian, sutradara juga meminta para pemain yang lain untuk bersiap.

Meski pembicaraan antara yuzuru dengan sutradara didengar oleh aktris lain—dalam artian mereka menguping, tetap saja di antara mereka tidak terima dan masih menatap Yuzuru sebelah mata. Tidak ada alasan untuk absen syuting sesuka hati hanya karena perubahan peran dan audisi yang tidak dapat ditinggalkan.

Tiga aktris berkumpul di satu titik. Salah seorang memperlihatkan sebuah video pada dua temannya. Mereka bertiga terkikik kecil saat melihat wajah Yuzuru yang pucat pasi saat menjadi bintang tamu sebuah acara horor.

"Sebenarnya dia tidak takut hantu!"

"Bisa dikerjai!"

"Gimana?"

Mereka kembali berbisik, hanya sesama mereka, lalu tertawa kecil karena mendapat ide.

☆☆輝きアイドル!!☆☆

Dengan cepat kabar beredar di tengah para aktor dan kru drama tentang Yuzuru takut hantu. Awalnya hanya sebagai candaan, ditambah Zen yang sengaja menakuti Yuzuru dengan kain putih yang digantung di depan pintu saat Yuzuru akan keluar kelas. Yuzuru yang lengah itu terkejut bukan main.

Mengejar jadwal syuting yang tertinggal begitu melelahkan. Kini semua aktor mendapatkan imbasnya. Semenjak Yuzuru yang memerankan tokoh utama, tidak ada lagi gangguan mistis. Semua orang yang terkait drama tersebut tercengang akan 'keberuntungan' Yuzuru, sebagian ada yang menganggap Yuzuru memakai jimat ampuh untuk melindungi diri dari kesialan makanya semua tampak berjalan lancar. Namun di mata sutradara hal itu karena Yuzuru mengerti karakter sesungguhnya san peran utama, dan hal mistis yang diyakini ada itu berpendapat Yuzuru pantas memerankannya.

Syuting berhenti sementara setiap bento datang, tepat saat jam makan siang. Kru maupun para aktor berkumpul bersama di kantin gedung sekolah tersebut untuk makan siang yang sudah dipesan. Saat syuting, Yuzuru dapat beradegan dengan baik bersama para aktris, namun setiap istirahat tidak ada yang mau menghampirinya. Mencoba untuk bergabung pun mereka menghindarinya. Karena itu di tengah kebisingan kantin, Yuzuru merasa diasingkan. Namun ia tidak mengeluh karena Kaoru menemaninya menikmati makan siang. Terkadang Natsuki ikut bergabung dengan mereka berdua, juga Zen yang hanya ikut-ikutan—yang diyakini Yuzuru bahwa pemuda itu mencari titik kelemahannya.

Yuzuru merasa kandung kemihnya memberontak. Padahal ia sama sekali belum meyentuh makanannya. Ia melirik Kaoru. "Kaoru-san, aku mau ke toilet dulu," ujarnya memegang perut.

Kaoru mengangguk, "Baiklah, kutemani—

Yuzuru segera menggeleng. Karena semua orang sudah tahu ia takut dengan hal mistis, ia tidak mau dianggap penakut hanya karena tidak bisa ke toilet sendirian di siang hari. "Ma-masih siang ... gak apa, aku bisa sendiri," ujarnya cepat. Ia meninggalkan daerah kantin, berbelok ke kiri menuju toilet terdekat di lantai dasar tersebut.

Bulu kuduk Yuzuru merinding saat akan masuk ke toilet. Begitu sepi. "Ti-tidak apa-apa! Tidak ada masalah! Masih siang! A-a-ak-aakkuu beraniii!!!" Ia pun baca doa sebelum melompat ke dalam seperti kodok sambil memicingkan mata. Setelah telapak kakinya menginjak lantai toilet, ia membuka mata. Tidak ada yang ia lihat kecuali westafel dan bilik-bilik BAB, melirik ke kaca pun hanya ada pantulan dirinya. Yuzuru berteriak kecil. "Ho-hore~ aku bisa ke toilet seorang diri~," ujarnya senang.

Yuzuru mengecek keadaan keran westafel. Memutar keran, air jernih mengalir, ia mememutar keran itu balik. Mengangguk, "Yosh! Yang di sini airnya aman!" Ia melangkah ke salah satu bilik, kembali mengecek air. "Tidak ada masalah!" ujarnya puas. "Tisu juga ada!" Ditunjuknya tisu yang telah disediakan oleh kru drama setiap hari. Baginya lebih horor jika sudah mengeluarkan hajat kecil, tapi tidak ada air pembasuh! Apalagi di saat tidak ada siapa pun yang dapat menolongnya mencarikan air. Ia seorang diri di toilet!

Mengingat dirinya seorang diri di toilet, badannya kembali merinding. Ia harus segera menyelesaikan panggilan alam tersebut. Setelah selesai, menekan tombol pembasuh, air di kloset terdengar membersihkan sisa pembuangannya. Yuzuru berdiri, merapikan lipatan rok di belakang—

Guyur!

"Waaak!"

Yuzuru kaget bukan main saat seluruh tubuhnya basah disiram air dari atas. Ia langsung mengadahkan pandangan, tidak ada siapapun, namun terdengar langkah kaki yang berlari keluar toilet. Yuzuru menggerutu, dengan keras membuka pintu bilik, melangkah keluar mencari eksistensi yang sudah kelewatan mengerjainya. Tidak ada siapapun di lorong lurus menuju toilet tersebut. Lorong tersebut juga tidak ada belokan, namun ada satu ruang sebagai tempat meletakkan alat-alat membersihkan toilet.

Jika ada seseorang di sana, yang sudah menyiramnya, ia ingin sekali mengunci pintu ruang tersebut dari luar, dengan meletakkan sapu di tengah gagang pintu. Ide jahat itu muncul di dalam benaknya, ia ingin melakukannya namun tidak menemukan sapu atau apapun benda panjang yang dapat menyukseskan idenya.

Berpikirlah sebelum bertindak!

Yuzuru teringat nasihat Tomochika. Dasar anak itu memang jahil dan bertindak secara emosial pada orang-orang yang terlebih dahulu mengusilinya. Namun ia harus mengingatkan diri bahwa ia seorang idola, sekecil apapun tindakannya akan menjadi catatan oleh orang-orang dunia hiburan dan bisa saja memburukkan namanya.

"Kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan, tidak akan ada habisnya." Begitu pesan ayahnya.

Jika ia mengunci siapapun yang sudah menyiramnya, beralasan pun ia untuk membela diri jika ditanya orang-orang dalam pembuatan drama ini, Yuzuru tetap tidak akan mendapat belaan dari lingkungan sosial.

Tapi bagaimana kalau kali ini perbuatan makhluk halus?

Bulu kuduknya merinding. "Gak, gak! Gak mungkin! Mana ada hantu yang bisa angkat ember buat nyiram orang! Hantu kan cuma bisa nakut-nakutin manusia!" Menahan emosi dalam dada, Yuzuru melangkah meninggalkan perkara. "Aku harus segera mengeringkan seragam sebelum syuting selanjutnya!"

Tidak mau membuat orang lain khawatir terutama manajernya, Yuzuru mengendap ke lantai satu, yang ia tuju ialah ruang rias. Ia yakin ada hair dryer di sana, penata rias pasti membawa alat tersebut. Yuzuru pikir di ruangan tersebut tidak ada orang, ternyata dua wanita penata rias makan bersama di ruangan tersebut. Guyoran mereka terhenti begitu melihat Yuzuru basah kuyup. Mereka segera meninggalkan bento masing-masing, lalu menghampiri Yuzuru.

"Kitani-chan, kenapa kamu bisa basah begini??"

Yuzuru tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak bisa mengatakan telah dikerjai seseorang tapi tidak tahu siapa orangnya. Jika dibilang ulah makhluk halus, tentu kedua wanita itu akan histeris ketakutan. Ia lebih memilih alasan yang terdengar logis. "Tadi aku cuci tangan di westafel, eh, airnya muncrat ... begitu."

"Ara mma! Kalau begitu segera tukar pakaian agar tidak masuk angin!" putus seorang penata rias tidak curiga.

Yuzuru menurut. Karena seragam pengganti tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya—yang dianggap kecil—Yuzuru memutuskan untuk mengenakan kaos dan celana setengah tiang yang ia bawa sendiri. Lalu seragamnya diberikan pada penata rias untuk dikeringkan.

Penata rias itu mencari setrika untuk mengeringkan seragam Yuzuru. Ia segera mencolokkan ke stok listrik, saat pengatur suhu diputar, lampu penanda bekerjanya elektronik itu tidak hidup. Sudah semenit, seterika tidak panas jua. "Jangan bilang ini rusak," gumamnya kalut.

Sedangkan penata rias wanita satu lagi mencari hair dryer yang ia yakini sudah dibawa dalam tasnya. Namun tidak ada di manapun. Selama lima menit baru ia temukan alat pengering rambut itu di bawah meja rias. Setelah tombol on diaktifkan, hair dryer tidak bekerja. Ternyata dayanya sudah habis, terpaksa harus dipakai dengan aliran listrik. "Kabelnya ketinggalan?!!"

Yuzuru tercenung melihat kewalahan kedua staf penata rias itu.

"Ya ampun, bagaimana ini??"

Yuzuru tidak dapat mendesak keduanya. Waktu istirahat juga semakin menipis, pasti Kaoru kini tengah mencarinya. Dan lagi, ia belum makan sesuap pun! Yuzuru ingat setelah istirahat ia akan beradegan dengan Natsuki. Yuzuru melirik ke jendela. "Kakak-kakak, biar aku keringkan pakaianku di luar! Sekalian ngeringin rambut!" ujarnya tidak mau mengulur waktu lebih lama lagi. Ia segera meraih seragamnya lalu keluar dari ruang rias. Ia berlari kecil menuju tangga ke bawah.

"Eh, Kitani-chan!" kaget salah seorang penata rias tidak sangka dengan langkah cepat Yuzuru. Ia melirik teman satu pekerjaannya. "Aku akan pergi ke swalayan terdekat untuk membeli setrika dan hair dryer yang baru."

Wanita satu lagi mengangguk. "Aku akan menjahit seragam yang ada agar muat dipakai oleh Kitani-chan! Buat jaga-jaga!"

☆☆輝きアイドル!!☆☆

Yuzuru merentangkan seragamnya di sandaran kursi panjang yang ada di halaman sekolah. Ia tidak berteduh di bawah bayangan pohon karena harus mengeringkan rambutnya yang basah. Ia menyesal lupa bawa handuk agar menyerap air di rambutnya. Terpaksa menggunakan alternatif lama, menggosok rambut dengan kedua telapak tangan dengan cepat. Sayang, rambutnya malah mengembang, memperburuk penampilannya. Ia pun menata rambut dengan bantuan sisir buatan dari jari-jarinya, meski hasilnya tidak memuaskan.

Cahaya matahari begitu terik menerpa ubun-ubun. Perutnya bergemuruh karena belum diisi. Angin sepoi siang hari menyelip masuk ke sela-sela kaos longgar yang ia kenakan. Ia pun bersin. "Aduh, masuk angin," gumamnya setelah menghirup lendir di hidung. Tubuhnya meremang, suhu sejuk angin dan teriknya matahari beradu membuat sistem imun tubuh bekerja dua kali lipat. Namun kekuatannya tidak bekerja sepenuhnya karena belum mengisi perut. Baru kali ini ia takut kena demam

"Sial banget, sih, hari ini," gumamnya lelah. Yuzuru kembali bersin, ia mencoba menghangatkan tubuh dengan mengusap-usap kedua lengan secara bersilang sembari memeluk diri.

Tiba-tiba sesuatu menutupi kepala dan badannya dari belakang. Yuzuru sadar seseorang melekatkan hoodie padanya. Hoodie hitam namun bukan miliknya, juga belum pernah lihat sebelumnya. Yuzuru langsung melirik ke kanan, di mana seseorang sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa berdiri di luar? Kau sedang dihukum sensei karena tidak buat tugas?" canda pemuda berambut pirang itu.

Kedua mata Yuzuru terbelalak. "Kurusu-senpai?"


*

*

SHINING IDOL!! part.2

Chapter 03 – Heart of jealousy

-bagian kedua-

~selesai~

*

*

~Writer's Conerse~

hisashiburi, minna~ \(^w^)/

yatta, bisa apdet lagi! ^o^;

enaknya ngomen apa, ya?

chap kali ini kurang adegan?

Syo muncul di akhir~!! //tebar bunga//

sekian!

^o^;

kalau ketemu kesalahan ketik (typo) atau saran lainnya, jangan sungkan berkomentar~. Matteiru kara!

Sore jya, mata nee~


Koibumi Alana

24/01/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top