02 | Who cute but feared -part 2-
Chapter 02
Who cute but feared
-bagian kedua-
*******
***
Kejadian yang menimpa sang aktris utama tidak mengundurkan syuting hari itu. Ambulance membawa aktris bernama Honjo Nami ke rumah sakit, ditemani manajernya dan seorang staf mewakili sutradara menangani proses perawatan.
Namun 'nasib buruk' mulai terjadi setelahnya.
Saat syuting berlangsung, pintu kelas yang sengaja ditutup, macet tidak bisa dibuka. Dua staf yang ada di dalamnya terkurung. Memakan tiga menit agar pintu tersebut dapat bergeser kembali tanpa merusaknya.
Tiba-tiba lemari penyimpanan alat kebersihan terbuka, meluruhkan sapu-sapu yang tertinggal. Membuat para aktor dan aktris di dalamnya terkejut bukan main. Lalu pemapah papan tulis jatuh.
Hingga jeritan dua aktris yang terjebak di kamar mandi.
Sutradara memutuskan untuk menghentikan syuting hari itu. Bersama staf mengadakan rapat singkat tanpa mengikutsertakan pemain hingga membuat mereka penasaran. Sutradara pun menghampiri para pemain yang telah menunggu keputusannya.
"Untuk keselamatan kita bersama, kami akan mengadakan pengecekan lokasi lebih detail agar tidak ada lagi korban. Syuting akan dimulai kembali lusa. Mohon maaf atas ketidaknyamanan dan segalanya."
Para pemain tidak enak hati melihat sutradara yang membungkukkan badan di hadapan mereka semua. Meski beberapa pemain tertimpa 'kesialan' tapi tidak ada yang separah aktris utama. Mereka mengerti dan membubarkan diri.
Yuzuru segera menggati pakaian. Ruang ganti wanita terdengar bising karena gumaman para aktris, membicarakan apa yang telah terjadi. Yang paling ribut ialah tiga aktris yang bertukar pakaian dengannya tadi, yang sangat antusias akan suasana horor.
"Aku coba menguping pembicaraan sutradara dan yang lain. Mereka berencana meminta pertolongan pada seorang cenayang untuk pengusiran roh jahat di gedung ini."
"Ternyata sekolah ini angker, bukan karena barang-barang di sini sudah lapuk. Kyaa! Aku semakin antusias! Tapi repot juga kalau ada yang terluka seperti Honjo-chan."
"Padahal gedung ini juga pernah menjadi lokasi syuting horor di malam hari! Tapi tidak terjadi apa-apa. Aneh, ya?"
Yuzuru menyegerakan diri mengenakan long cardigan, berterima kasih pada staf penata rias lalu pamit keluar pada yang lain. Bukan takut membuat manajernya menunggu terlalu lama, tapi ia sudah tidak betah mendegar percakapan tiga aktris penyuka hal mistis tersebut.
Kaoru berdiri tidak jauh dari ruang ganti wanita. Yuzuru menghampirinya. "Jadwalmu kosong karena syuting berakhir lebih cepat dari rencana. Mau kemana?"
Yuzuru meraih pergelangan tangan Kaoru yang memegang ponsel, bermaksud melihat jam berapa sekarang. "Makan siang," pintanya kemudian melepas tangan manajernya.
Kaoru tertegun sesaat, kemudian tertawa kecil. "Tentu kita akan pergi makan. Kamu punya banyak waktu siang ini, kamu bisa makan perlahan. Mau makan apa?"
Mereka melangkahkan kaki menuruni tangga, Yuzuru masih berpikir menu apa yang paling ingin ia makan siang ini. "Donburi. Sup miso. Terus tempura. Aku juga mau jus stroberi. Habis dari sana beli manju di toko—
Kaoru memukul lunak kepala idol-nya. "Perutmu sebesar apa, sih?"
Yuzuru mengelus kepalanya, terkekeh kemudian. Tawanya terhenti begitu menangkap sosok Mikado Zen di pintu keluar sedang berbincang akrab dengan Natsuki. Ekspresinya berubah masam.
Sejak kapan Natsuki-senpai akrab dengan si yarou itu?!
Zen menoleh ke arahnya. Natsuki kemudian, "Yuzuru-chan!" panggilnya sambil melambaikan tangan. Yuzuru membalas dengan anggukan, tidak melirik Zen sama sekali. "Setelah ini kemana?"
"Studio. Natsuki-senpai sendiri?" Yuzuru bersikap seperti biasa meski hatinya begitu keruh karena Zen ada di dekatnya.
"Hee? Studio, ya? Berarti lagu baru?" terka Zen.
"Natsuki-senpai, kalau tidak ada tumpangan, sama aku aja," tawar Yuzuru.
Ia tidak memperdulikan Zen sama sekali. Pemuda itu ingin protes tapi Yuzuru mendorong Natsuki agar menjauhi Zen secara tidak lisan. Kaoru tetap berada di dekat Yuzuru tanpa ikut campur, ia menganggukkan tawaran Yuzuru karena setelah tahu syuting diberhentikan ia segera menelepon supir untuk menjemput mereka.
"E-eh?" Natsuki heran akan sikap Yuzuru. "Sampai jumpa lagi, Zen-kun!" pamitnya menoleh ke belakang sesaat. "Yuzuru-chan?" Natsuki masih belum mengerti maksud juniornya itu mendorong paksa.
Zen yang tertinggal di belakang menyunggingkan senyum. "Hari ini kamu bisa menghindar, tapi esok kau semakin kujerat."
🎼
🎼
🎼
Melodi hangat ini ingin kusebar pada semua....
Kehilangan semangat, letih, malas bergerak
Tak henti bibir mengeluh, "Harus bagaimana?"
Guling-guling di kasur, tak ada niat pergi keluar
"Ah, enaknya melakukan apa?"
Kuingin terbangkan imajinasi...
Kuingin masuk ke dunia fantasi...
Kuraih gitar dan mulai bernyanyi~
...🎵
Proses rekaman mini album berjalan dengan lancar. Dari lima lagu, Yuzuru telah merekam suaranya untuk dua lagu. Karena syuting Gakko-tatari diundur selama dua hari, Yuzuru tidak ada kegiatan selain mengurus debut solonya.
Sutradara musik mendengarkan hasil rekaman terakhir, Yuzuru menunggu keputusan sembari istirahat dan minum. Ponsel pintarnya bergetar, sebuah pesan masuk untuknya. Bibirnya tersenyum mendapat jawaban dari Tomochika.
Aku baru saja tiba di Matsuyama dan akan menginap dua hari. Setelah makan malam kamu bisa meneleponku.
Yuzuru mengerti, ia dapat info dari Haruka kalau Tomochika menerima tawaran sebagai bintang tamu sebuah acara dan bersama pembawa acara beserta staf akan melakukan syuting beberapa hari di sana. Ternyata di Matsuyama, terkenal dengan onsen-nya. Pemandian air panas Dogo yang sudah ada sejak zaman dulu, bahkan katanya yang tertua di Jepang. Yuzuru berniat liburan ke sana.
"Rekamannya oke!" putus sutradara membuyar lamunannya.
Yuzuru menyimpan ponsel ke saku sweater, menundukkan badan pada sutradara. "Arigatou gozaimasu!"
"Katanya kamu kosong hari ini. Bagaimana kalau merekam satu lagu lagi?"
"Tidak apa?" heran Yuzuru.
Sutradara menganguk. "Yang bertugas mengaransemen juga sudah setuju. Lebih cepat lebih baik. Tenggorokanmu masih bisa bernyanyi?"
Yuzuru mengangguk, "Semuanya hari ini juga tidak masalah!" ujarnya bersemangat.
Sutradara dan dua staf rekaman yang ada di dalam ruangan tersebut tertawa. "Semangat boleh, tapi jangan memaksakan diri. Dua jam lagi ruangan ini akan dipakai untuk rekaman penyanyi lain."
Yuzuru terkekeh, "Maaf," karena ia tidak terpikirkan rekaman orang lain, terlalu seenaknya memutuskan hal tersebut terdengar egois. Ia jadi malu sendiri.
"Yosh, yosh! Bagaimana kalau lagu Love Song~ai no tame~ ini? Kalau tidak salah ini yang kamu buat saat di akademi?" tanya sutradara rekaman.
Yuzuru menggeleng. "Inspirasi lagu sama tapi isinya agak berbeda. Lagu Recording Test di akademi dulu judulnya For Love~ai no uta~, yang membuat lagunya kakak sepupuku," jelasnya. Ia menggaruk pipi, "Aku minta izin sama dia agar For Love untuk jadi salah satu lagu di album debutku, tapi sepertinya dia tidak rela."
"Karena dia komposer lagu itu?" terka salah seorang staf.
Yuzuru menggeleng lagi. "Karena lagu itu untuk seseorang jadi dia sangat malu jika semua orang mendengar curahan hatinya. Hehehee...."
Sutradara dan staf kembali tertawa. "Baiklah, baiklah. Kita rekam lagu terakhir ini."
Yuzuru mengangguk, menerima kertas lirik yang sudah dicetak, kemudian melangkah masuk ke ruang rekaman. Meletakkan lirik di tempat yang sudah tersedia, memasang headset segera untuk mendengar instruksi sutradara lewat benda tersebut. Setelah sama-sama siap, musik pun terdengar mengalun lewat headset yang dikenakannya.
Alunan piano mengawali lagu. Seketika ia merindukan sosok Yamashita Chihiro, sahabatnya, padahal lagu tersebut ia yang membuatnya. Meski dibilang terinspirasi dari lagu For Love, ada beberapa penggal lirik yang menjadi curahan hatinya.
🎵Sejak kapan aku mulai merasakan perasaan ini?
Satu titik rasa berkembang dalam dada
Tak ingin kehilangan senyumanmu, biarlah terluka
Namun tak bisa menghapus jejak rasa... ini
Naif, bila berkata rela melepaskan tanganmu
Bohong, dapat hidup tanpamu
Air mata yang tak dapat menetes
Semua rasa terbentuk dalam satu lagu cinta...🎵
🎼
🎼
🎼
Selepas dari studio rekaman, Yuzuru langsung pulang ke mansion. Ia merasa seperti hari-hari pertama debut sebagai bagian dari ShininGirl⭐. Tidak ada kegiatan selain menghadiri acara musik kemudian radio. Namun kegiatannya bertambah saat mulai bermain film.
Kaoru menyarankannya agar tetap menjaga kesehatan hingga pekerjaannya padat kembali. Setelah mini albumnya keluar, rencana promosi, konser pun telah diatur sedemikian rupa. Kemudian acara radio yang akan Yuzuru angkat sendiri, kemungkinan tawaran drama maupun iklan lainnya. Karena itu ia menuruti semua jadwal yang disusun manajer untuknya, termasuk beristirahat cepat.
"Kira?"
Yuzuru segera menghampiri sahabatnya yang akan naik lift.
Kira menoleh. "Baru pulang?"
Yuzuru mengangguk. Mereka sama-sama menaiki lift. Keduanya tinggal di lantai yang sama namun masing-masing ada di bagian ujung.
"Itu wajah ditekuk karena capek atau ditolak Minami lagi?" terka Yuzuru mencoba mencairkan keheningan.
Kira terkekeh. Ia memang sudah biasa dianggap berisik. Jika ia tidak menyapa orang lain dengan riang berarti ada sesuatu yang terjadi padanya. Mungkin dikecualikan pada sahabatnya, jika bertemu orang lain pasti ia dapat menutupi kegelisahannya dan memasang senyum lebar.
Kira melipat tangan ke dada. "Aku sudah tahan banting ditolak Micchan...."
"Terus bangga?"
Gemas, Kira mencubit pipi Yuzuru.
"Sha-shahiit, shahiit!!" keluh Yuzuru. Kira melepas cubitan gemasnya, menyunggingkan senyum kekesalan. Yuzuru mengelus pipinya yang malang. "Aku tahu aku itu imut menggemaskan, tapi gak gitu juga kale!"
"Sial! Percaya diri sekali anak ini!" Kira mengacak-acak rambut Yuzuru, antara kesal dan gemas akan tingkah sahabat kecilnya itu.
"Duh~, aset idol jangan diberantakin, dong!" Yuzuru tidak menepis tangan Kira, hanya menggerutu. "Jadi? Mau cerita?" Ia langsung menawarkan telinga untuk mendengarkan keluhan.
Kira diam sesaat, melirik angka digital yang berada atas pintu lift penanda sudah di lantai berapa sekarang. Arah panah berkedip di samping angka 4. Hanya sedikit waktu untuk bercerita. Ia ingin bercerita, semua keluh kesahnya, namun tidak mendetail.
Ia pun mempersingkat perasaannya, "Ittoki-senpai ... keren, ya."
Yuzuru menepuk pundak Kira dua kali. "Sabar, nak, Otoya-senpai udah hak paten Icchi-senpai."
Kira sadar salah memilih kata dan kekesalannya bertambah dua kali lipat. Ia menepis tangan Yuzuru. "Bukan itu, fujo!"
Yuzuru pasang ekspresi tak mengerti. "Lha, terus apa?"
Kira mengacak rambutnya sendiri, frustasi. "Akh! Bagaimana cara mengungkapkannya??!?" Ia terdiam sejenak, berat mengungkapkan sesuatu. Ia menghela napas kemudian, matanya kembali sendu. "Hasil babak penyisihan peran Hiroyuki keluar tadi, dan...."
Kira terdiam. Yuzuru menerka langsung maksud kalimat sahabatnya. Kini bukanlah situasi yang tepat untuk bercanda. "Begitu..., ya." Yuzuru menatap lurus ke pintu lift, tidak tega melihat ekspresi sedih Kira. "Bagaimana dengan Otoya-senpai?"
"Lulus tahap selanjutnya," ujar Kira berat.
Yuzuru menggosok punggung Kira. Pengumuman audisi Ray yang diikutinya masih belum keluar, ia tahu betul bagaimana rasanya jika tidak diterima meski ini pertama kalinya ia mengikuti audisi. "Senior memang selalu keren di depan mata kita. Itu artinya kita masih jauh tertinggal."
Kira menahan air mata agar tidak keluar. Ia tidak ingin terlihat tidak keren. Menurutnya laki-laki yang menangis sama sekali tidak keren. Ia hanya bergumam menyetujui kalimat Yuzuru.
Pintu lift terbuka, mereka tiba di lantai hunian dan segera keluar.
"Aku sudah membayangkan hal ini terjadi, aku sudah bersiap diri. Tapi menghadapi kenyataan... begitu sulit. Entahlah, aku tidak terima saja," ungkap Kira.
"Kira, berapa kali kamu mengikuti audisi seperti ini?" tanya Yuzuru.
Kira menghitung, "Sekitar tiga-empat kali, mungkin lebih," jika dihitung semua, termasuk audisi iklan dan drama panggung.
"Aku baru kali pertama," ungkap Yuzuru.
Kira tidak tahu, namun ia mempercayainya.
"Kita terbiasa dengan kehebatan akting senior di agensi maupun akademi, bahwa akting mereka lebih hebat dari kita. Di mana pun, selalu begitu. Kita malah terfokus pada mereka dan berharap suatu hari nanti dapat melampaui mereka. Tetapi setelah melihat akting orang lain di luar agensi ataupun akademi tampak lebih hebat dan kita merasa tertinggal. Mereka dapat beradegan secara alami."
Kira paham apa yang diungkapkan Yuzuru. "Kenapa aku tidak menyadarinya?" Selama ini ia melakukan audisi dan tidak pernah mencoba memahami akting orang lain karena takut terpengaruh gaya akting mereka.
Yuzuru yang masih tampak seperti anak-anak, teman yang dianggap adik baginya mengeluarkan kalimat yang terdengar dewasa. Kira merasa kalah dengan jalan pemikiran Yuzuru. Ia baru sadar ekspresi Yuzuru sendu mengatakan semua itu.
"Yuzuru, ada sesuatu yang terjadi saat audisi Ray?" terka Kira.
Yuzuru terkekeh. "Sebenarnya ... aku juga kesulitan. Apa lagi sainganku kebanyakan aktris yang sudah sering kulihat di layar televisi. Dan lagi, ya, ada seorang peserta yang membuatku kagum. Aku jadi ingin mengenalnya."
Bukannya membenci namun semakin bersemangat. Yuzuru melepaskan rasa iri atas kelebihan orang lain menjadi kekaguman dan semakin mempelajari dari apa yang ia lihat. Kira dapat menerka hal itu. Ia sudah lama kagum akan 'kepolosan' Yuzuru terhadap dunia hiburan yang begitu sukar akan persaingan.
"Begitu, ya." Kira merasa lega telah bicara pada Yuzuru. "Yuzuru, sankyuu na!"
Yuzuru mengangguk, memperlihatkan jempolnya, "Hm!"
"Yosha! Aku sudah tidak galau lagi!" ungkap Kira menaikkan kedua kepalan tangan ke atas. "Oh iya, tadi aku ketemu Micchan. Kalau ketemu Umiko-chan atau kamu, dia titip pesan pulang kemalaman."
"Hum? Minami masih sibuk proyek lagu drama musikal, ya?" terka Yuzuru.
Ekspresi Kira berubah sebal, tertekuk dua kali dari sebelumnya. "Salah satu senior sesama komposer mengajaknya makan malam. Sial!" geramnya.
"Heeeee?" kaget Yuzuru berlebihan. "Kira, kamu biarin gitu aja?"
"Apa sih, jangan tambah beban perasaanku, dong!"
Yuzuru mencari ide. "Di mana tempatnya?"
"Hei, mau apa?" Kira berprasangka buruk.
"Mau ngerjain~," ujar Yuzuru ringan.
Kira menyentil kening Yuzuru. "Jangan!"
"Uuuh," keluh Yuzuru. "Kenapa? Sekedar lihat dari jauh doang, takut Minami diapa-apain!"
"Mulai lagi sister complex-nya!" timpal Kira. "Udah sana balik ke kamarmu, mandi, makan sama minum susu terus bobok yang cantik!"
"Kira~ kamu tidak penasaran akan kencan dadakan itu?? Minami tidak pernah bilang ke aku!"
"Ini anak suka banget ngurusin percintaan orang lain!" timpal Kira semakin gemas. "Urus dirimu sendiri! Pilih Mikaze atau Kurusu-senpai?"
Yuzuru membatu. "Ma-maksudmu...?"
Kira tersenyum jahil. Sejak syuting bersama, film Reflection, ia tidak sengaja tahu Yuzuru menyukai Kurusu Syo "Starish". Lalu sikap Mikaze Ai "Quartet Night" yang perlahan melunak pada sahabatnya itu menunjukkan ketertarikan. Sebenarnya Kira sangat ingin mengerjai Yuzuru dengan fakta itu, namun kini ia begitu lelah. Kira melambaikan tangan meninggalkan sahabatnya yang membatu.
Wajah Yuzuru semakin pucat. "Ki-Kira!"
Kira menoleh ke belakang namun tetap melangkah. Ia mencibir tidak peduli. Kembali membalikkan badan dan terus melangkah menuju huniannya.
Yuzuru menjambak rambut dengan kedua tangan, histeris dengan suara tertekan ke dalam, "Nasib buruk menimpaaaa...." Ia takut rahasia hatinya terbongkar.
🎼
🎼
🎼
Umiko tiba di mansion sekitar jam setengah sembilan malam. Lampu ruang tengah hidup menandakan sudah ada yang pulang terlebih dahulu. Ia melirik rak sepatu, dari sepatu saja ia tahu siapa yang pulang. Ia berdecak kesal, tidak mengubris, tidak ingin menguras tenaga demi memikirkan teman yang tidak dianggapnya teman itu. Ia meletakkan sepatu, menukar dengan sendal dan segera melangkah ke kamar.
Gadis berambut pirang panjang itu melangkah mengendap, tidak berharap Yuzuru menyadari dirinya. Ia tidak ingin mendengar suara riang gadis itu menyambutnya, begitu memekakkan telinga. Saat melewati kamar Yuzuru, indera pendengarannya tidak sengaja menangkap suara Yuzuru berbicara. Ia berhenti sebentar, tidak ada siapapun di kamar selain anak itu. Ia yakin Yuzuru sedang bicara dengan orang lain lewat telepon.
"Oleh-oleh untukku jangan lupa, ya, Tomochan-senpai~! Hehee...."
"Dengan Tomochika-san, kah?" gumam Umiko kembali melangkahkan kaki. Ia membuka pintu kamar perlahan, masuk dan menutupnya kembali. Setiba di kamar baru ia mengecek pesan yang masuk. Dari Minami.
Aku pulang terlambat dan makan malam di luar bersama teman.
Umiko selalu menjaga waktu makan malamnya tidak lewat dari jam delapan malam, jadi kini ia sudah makan di luar. Dan tidak akan mengeluh jika tidak ada makan malam maupun cemilan di dalam kulkas. Ia tidak seperti Yuzuru, jadi ia tidak peduli dengan pesan tersebut.
Seperti biasa sebelum tidur, setiba di kamar Umiko segera membersihkan diri dan melakukan perawatan wajah. Agar wajahnya tetap tampak bersih dan cantik keesokan hari. Ia tidak ingin kalah dengan siapapun, terutama dengan Yuzuru yang menurutnya semakin berkembang dan bertambah manis.
"Bu-bukan berarti aku mengakui kalau dia itu imut!" tekannya pada diri sendiri.
🎼
🎼
🎼
Yuzuru terdiam sesaat.
"Yuzuru?"
"Ah, iya," sahutnya. "Sepertinya Umiko-chan baru pulang." Ia tertawa kecil, "Percuma melangkah diam-diam, Umiko-chan tidak pandai melangkah tanpa suara!"
"Dia bukan kamu yang terobsesi menjadi mata-mata," timpal Tomochika di seberang sana. "Jadi, apa yang ingin kamu ceritakan padaku? Singkat saja, ya. Aku harus tidur cepat, besok syuting sudah dimulai jam enam."
Yuzuru kaget. "Cepatnya! Baiklah, hmm," ia berpikir, mulai menyusun kalimat.
"Jangan kelamaan mikir, aku bisa ketiduran nungguin kamu bicara!"
Yuzuru terkekeh. Ia sebenarnya bingung mau bicara apa secara tidak langsung seperti ini. Tapi ia teringat Kira.
"Audisi itu... menyenangkan!" Ia malah memuji audisi pertama yang dilakukannya, bertemu dengan aktris-aktris yang lebih populer darinya, melihat akting mereka secara langsung. Tomochika tersenyum mendengar kalimat itu. Ia menyangka Yuzuru akan mengeluh, kenyataannya tidak sama sekali.
"Kita memerankan peran yang sama namun dengan cara masing-masing. Aku ... dapat pelajaran dari mereka semua." Yuzuru menjeda kalimatnya sejenak. "Aku tahu kalau kemampuan aktingku masih harus diasah. Melihat akting mereka ... kagum sekaligus pesimis...."
Kalimat negatif dari seorang Yuzuru, sebagai senior Tomochika agak terkejut. "Yuzuru...."
Yuzuru tidak ingin membuat Tomochika khawatir. "Tiga hari lagi pengumumannya keluar, aku sudah mempersiapkan diri, kok! Jika tidak lolos memerankan Ray, aku akan merelakannya. Audisi pasti ada yang terpilih ada yang tidak. Aku mengerti ... tapi...."
"Masih ada hal lain yang mengganggumu?"
"Hm. Ada rule khusus audisi, jika kita tidak terpilih dalam audisi peran yang kita ambil, tapi jika akting kita disukai oleh juri, mereka berhak memberi peserta kesempatan kedua dengan mengikuti audisi peran lain. Kita boleh menerimanya juga boleh tidak. Tapi aku tiak berpikir akan menerima peran lain."
"Naif. Kamu tidak boleh berkata begitu!"
Yuzuru tertegun dengan reaksi Tomochika.
"Jika seandainya kamu diberi kesempatan kedua, meski peran yang tidak kamu sukai sekalipun tetap ambil! Yuzuru, itulah persaingan di dunia hiburan. Jika kamu menolak kesempatan yang diberikan, kamu tidak akan pernah melangkah maju!"
"Tapi Tomochan-senpai, aku tidak mau bersaing dengan Umiko-chan...."
Terdengar suara Tomochika terkejut. "Umiko juga ikut audisi CODE:K itu?" ia geram. "Kalian berdua sama saja! Sama-sama tidak memberitahuku sebelumnya!"
Yuzuru mencicit, sesal, "Ma-maaf...."
"Kenapa kamu minta maaf?" kesal Tomochika. Yuzuru telah memberitahu sebelumnya, meski mendadak, tapi berbeda dengan Umiko yang sama sekali tidak memberitahunya sebagai mentor gadis itu. "Kenapa kamu bilang tidak mau bersaing dengan Umiko? Peran apa yang diambilnya?" pernyataan ini membuatnya bingung.
"Umiko ... mengambil peran Utau, bukan tokoh tetap tapi masih berpengaruh. Itu ... penulis cerita juga ikut andil sebagai juri...." Yuzuru sulit mengungkapkannya. "Dia bilang ... dia ingin meloloskanku bukan sebagai Ray, tetapi sebagai Utau...."
Diseberang sana Tomochika terkejut. "Peran yang diambil oleh Umiko? Benar begitu, bukan?"
Yuzuru bergumam iya.
"Penulis cerita itu sendiri yang memintanya padamu?"
"Saat audisi, setelah aku memperkenalkan diri. Padahal aku belum memperlihatkan Ray-ku, dan ia sudah memberiku tawaran."
"Hee~?" Tomochika berfirasat, "Itu artinya dia sudah lama mengenalmu dan menargetkanmu sebelum audisi. Hm, cobaan berat juga, ya? Selama audisi aku belum pernah bertemu kasus sepertimu. Kalau aku diposisimu pasti sudah bingung sekali. Apa kamu menerima tawaran itu langsung?"
"Tidak."
"Jadi kamu tetap mengikuti audisi Ray, menolak tawaran langsung itu, ya?" Tomochika tersenyum. "Tidak apa. Justru kamu memperlihatkan tekad bulat pada satu peran dengan hasil usahamu sendiri. Siapa tahu juri itu hanya menguji tekadmu itu."
Yuzuru spontan tersipu mendapat pujian dari seniornya.
"Seandainya, ya, Yuzuru, kamu tidak lolos ke audisi selanjutnya dan mendapatkan kesempatan kedua itu, ambil saja, apapun peran yang ditentukan untukmu. Para juri pasti memberikan yang sesuai dengan image-mu saat ini. Kamu tidak boleh terhambat dengan alasan teman, sahabat, kekasih, ataupun keluarga sekalipun. Ingat itu!"
"Tapi Umiko-chan—"
"Umiko pasti semakin membencimu jika kamu tidak menerima kesempatan kedua itu. Kau akan dianggap sombong dan naif. Yuzuru, kamu tahu sendiri Umiko bagaimana, bukan? Ia tidak pandai mengungkapkan isi hati sesungguhnya pada orang lain."
Yuzuru mengangguk. Ia sudah mengerti dan mendapatkan banyak pelajaran. "Arigatou, Tomochan-senpai. Aku ... sudah tidak ragu lagi apa yang akan terjadi di masa depan. Sanga~t membantu sekali!"
"Hm. Tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan?"
"Sudah semuanya! Hehee. Arigatou~. Jya, oyasuminasai, Tomochan-senpai!"
"Oyasumi. Lekas tidur! Dan jangan baca komik online!"
Yuzuru terkekeh, "Oke, oke~."
Panggilan pun diputuskan. Yuzuru begitu lega sudah bicara dengan senior yang begitu diandalkannya. Ia bersyukur masuk Saotome Academy, mengenal senior-senior yang begitu baik padanya, sangat membantunya dalam dunia hiburan.
Dari luar terdengar suara pintu terbuka. Yuzuru menelengkan kepala, memasang telinga baik-baik.
"Ah, pasti itu Micchan baru pulang!" terkanya. Ia terkekeh jahil. "Ku-in-te-ro-ga-si!" Ia melangkah keluar kamar, berlari kecil menghampiri sahabatnya yang baru pulang. "Micchaaaaaan~!!"
Minami kaget setengah mati akan suara lengking sahabatnya. "Yuzu-chan! Belum tidur? Dan lagi!! Jangan panggil aku seperti itu!"
🎼
🎼
🎼
Menginjakkan kaki kembali ke sekolah angker membuat kedua tungkai kaki Yuzuru bergetar hebat. Tapi dilihat dari luar ia tetap bersikap seperti biasa, padahal dalam hatinya menahan ketakutan sekuat tenaga. Ia selalu berpikir bagaimana jika hari ini ia yang kena sial? Ia berdoa sebelum masuk, untuk keselamatan nyawa.
Memasuki ruang ganti wanita, Yuzuru menemui aktris lain sedang berganti pakaian. Matanya lekat pada Honjo Nami yang sudah baikan, tidak ada perban di kepalanya. Pasti sudah dibuka demi akting hari ini. Ia ingin menanyakan kondisi aktris yang lebih tua tiga tahun darinya itu, tapi ragu untuk menghampiri.
Saat dirinya siap menghampiri, tiga aktris penggosip mistis itu masuk, mengacaukan suasana. Mereka langsung menghampiri Honjo. Yuzuru memasang ekspresi datar. "Ini trio kwek-kwek nyebelin banget...."
"Honjo-chan, bagaimana kondisimu??" tanya mereka bersamaan.
Honjo Nami terkejut akan kehadiran mereka dan langsung menodongkan banyak pertanyaan layaknya wartawan.
Yuzuru menyerah, ia menghampiri gantungan seragam, mulai mengganti pakaian. Staf penata rias langsung menghampirinya untuk memberikan riasan.
Karena tidak ingin mengacaukan syuting, sutradara memutuskan untuk pengambilan adegan Honjo Nami dengan semua pemain menjadi murid kelas bermasalah. Entah semua itu kesialan atau ulah makhluk halus, sutradara ingin memastikan semua itu.
Semua perlengkapan dan lokasi telah dipastikan tidak ada kerusakan atau pun langit-langit yang akan jatuh tiba-tiba. Ia percaya pada pekerjaan cenanyang, bahwa hari ini hingga hari ke depannya tidak ada lagi gangguan makhluk halus. Untuk berjaga-jaga, aktris utama akan beradu akting dengan banyak aktor terlebih dahulu. Mungkin, jika banyak orang, makhluk halus itu tidak akan mengganggu.
Yuzuru ikut dalam adegan pertama. Menceritakan semua murid kelas bermasalah berunding akan wali kelas mereka yang baru, yang tampaknya akan mengganggu mereka dan sangat gigih agar dapat masuk dalam lingkaran. Aktris yang lain bergantian melakukan dialog, Yuzuru sendiri tetap berakting dengan boneka-boneka di tangannya lalu bicara sendiri.
"Cut!"
Sutradara tidak percaya, adegan pertama berjalan begitu mulus. "Oke!" ungkapnya. Para kru dan aktris bernapas lega.
Perlahan, adegan satu per satu dapat berjalan dengan mulus. Meski ada beberapa ganguan kecil tapi tidak merusak jalannya syuting dan masih bisa ditolerin. Tapi, yang selalu kena 'kesialan' itu selalu menimpa Honjo Nami. Sang aktris tidak menyerah, ia tetap berdiri untuk beradegan.
Yuzuru kagum pada aktris utama itu. Padahal sudah sering kena berbagai kesialan hari ini—ada kecoa dalam air minumnya, kumbang kecil yang hampir masuk ke mata, kaki kursi yang patah saat ia duduki, belum lagi botol mineral yang dipegangnya menumpahkan air ke seragam—tidak memperlihatkan ketakutan maupun kekesalan. Ia akan berkata tidak apa-apa dan teruskan saja setiap ditanya.
Yuzuru berpikir, jika hal itu menimpanya, ia sendiri tidak tahu harus berkata maupun bertindak seperti apa.
Dengan mengambil adegan secara acak—yang akan menguras waktu pengeditan nantinya—tetapi sutradara tidak begitu peduli. Ia hanya tahu adegan yang diambil dapat dibungkus hari ini dan kehadiran para aktor tidaklah sia-sia.
Adegan selanjutnya, sutradara pun mencoba mengambil adegan Natsuki dengan aktris utama kembali. Semua peralatan dan latar tempat sudah dipastikan terkondisi dan aman. Adegan pun dimulai. Baik Natsuki maupun aktris tersebut dapat beradegan dengan baik hingga dialog terakhir. Bahkan saat terakhir Honjo Nami keluar dari kelas, tidak ada lagi lampu yang jatuh ke kepalanya.
Sutradara tersenyum puas. Menurutnya cenayang telah berhasil mengusir arwah jahat di gedung sekolah itu. "Baiklah, kita istira—
"Aakh!!"
Semua orang terkejut dan langsung menolehkan pandangan ke sumber pekikan. Kepala aktris utama, Honjo Nami tertiban shotgun microphone—alat perekam suara—yang akan diturunkan. Padahal orang yang bertanggung jawab menggunakannya telah berhati-hati dan menjauhkan alat tersebut dari orang sekitar. Herannya alat itu jatuh begitu saja dari tonggak penyangganya.
Natsuki yang pertama kali menghampirinya. "Nami-chan, daijoubu—
Natsuki terperangah saat melihat darah mengalir. "Nami-chan!"
Spontan sutradara menghampiri, pihak kesehatan pun langsung membawakan P3K untuk memberikan pertolongan pertama. Jahitan di kepalanya kembali terbuka. Mereka segera membawa Honjo Nami ke rumah sakit, namun gadis itu menarik diri kembali.
"Sial," umpatnya. "Padahal aku sudah bersusah payah menahan semuanya.... Sial...."
Manajernya memegang kedua pundak Nami. "Honjo-chan...."
"Aaakh! SIAL!!" Nami melepaskan diri, tidak ingin disentuh. Telapak tangan kanan menekan kepala yang berdenyut hebat. Matanya berubah menyipit tajam memandang sekeliling. "Apa-apaan kalian ini?! Apa kalian sengaja melakukan hal ini padaku, hah??"
Semua orang yang ada di sekitarnya sontak terkejut. Mereka tidak menyangka Nami begitu emosi.
"Padahal ini hanya drama horor murahan, upah kecil, adegan ringan...," Nami berdecak kesal. Sebelumnya ia tidak menyangka suasana syuting horor itu ternyata lebih berbahaya dari drama aslinya. Ia belum pernah syuting drama horor, manajer hanya menyarankannya menerima tawaran untuk meningkatkan ketenarannya saja. Tapi semuanya di luar kendali.
"Akh, aku muak! Sudah cukup! Aku tidak mau mati karena drama murahan ini!!"
Sutradara dan kru merasa direndahkan hanya dengan kalimat yang terlontar.
"Honjo-kun, kamu tahu maksud perkataanmu sendiri?" ungkap sutradara dengan nada kecewa.
Nami tidak peduli. "Aku menerima tawaran ini untuk menaikkan namaku saja! Jika drama bodoh ini tidak dapat melakukannya, lebih baik aku berhenti! Aku bisa mengambil tawaran lain!"
Kekaguman Yuzuru pada sang aktris hancur berserakan. Ia tidak menyangka Honjo Nami memperlihatkan diri yang sesungguhnya. Setiap aktor pasti memiliki limit dan pemikiran tersendiri, tapi memperlihatkan kemuakan di depan banyak orang bukankah hal itu tidak baik buat karirnya? Namanya bisa buruk oleh mereka yang terjun di dunia hiburan.
"Honjo-kun, kau tahu jika kau memutuskan kontrak di tengah jalan akan membayar denda besar?" kecam sutradara.
"Denda apanya?" Nami bertambah kesal. "Aku jadi korban di sini! Daripada denda, kau sebagai sutradara harusnya bertanggung jawab atas apa yang menimpaku!"
"Jika kuputuskan kontrak denganmu, aku maupun pihak drama ini tidak bisa bertanggung jawab atas lukamu!"
"Bicaralah sesukamu! Di sini aku korban!" Nami tidak mau mengalah.
Manajernya Nami kembali merengkuh pundak aktrisnya. "Maaf, sutradara, mungkin karena kepala Honjo-chan sakit dan ia merasa sakit, ia tidak dapat berpikir jernih. Karena itu, pembicaraan ini bisa dilanjutkan nanti? Aku ingin Honjo-chan segera di bawa ke rumah sakit."
"Lepaskan aku, manajer tidak berguna! Ini semua juga karena kau yang menyarankan drama menjijikkan ini!"
Harikan Nami pada manajernya mendapatkan bisikan buruk dari para aktris dan aktor yang menatapnya dengan kebencian.
"Nami-chan, tenangkan pikiranmu. Lebih baik pikirkan lukamu—
Nami menangkis tangan Natsuki yang terulur padanya. "Jangan sok akrab denganku, pria besar!"
Natsuki tertegun dengan pandangan Nami padanya. Yuzuru tidak terima seniornya diharik, ia menggigit bibir untuk tidak ikut campur. Ia terus menahan emosi, bergeming di tempatnya berdiri. Ia selalu mengingatkan diri, mengingat semua nasehat Tomochika untuk mengendalikan emosi.
Denyutan di kepala semakin kuat dan menyakitkan. Nami terduduk menahan sakit di kepala, menekannya dengan kedua telapak tangan. "Sial, akhir cerita tokoh utamanya mati, tapi kenapa di hari pertama aku serasa akan mati?" gumamnya.
Manajernya meminta pihak kesehatan membawa Nami ke rumah sakit segera. Mereka bergegas membawa Nami turun, mobil ambulance sudah disediakan di luar. Manajer meminta maaf pada sutradara dan yang lain sebelum pergi bersama pihak kesehatan yang membawa aktrisnya.
Setelah ditinggal aktris utama, baik pihak pembuat drama maupun para aktor termenung. Sutradara dan kru melakukan rapat mendadak kembali di salah satu kelas kosong yang sudah disiapkan sebagai tempat mereka berdiskusi. Sedangkan para pemain, masing-masing dengan kesibukan sendiri.
Yuzuru bersandar di dekat jendela, ingin ikut bicara dengan para aktris lain tetapi mereka semua malah menggosipkan Honjo Nami. Bukannya ia tidak suka dengan topik yang diangkat, ia hanya tidak suka dengan orang yang membicarakan keburukan orang lain meski hal itu kebenaran sekalipun.
Natsuki menghampiri juniornya. "Yuzuru-chan." Ia ikut bersandar dekat jendela.
"Natsuki-senpai...."
"Ada apa? Kenapa murung?"
Yuzuru tersenyum kecut. "Bukannya semua juga sedang murung?"
Natsuki terkekeh kikuk. "Iya, ya? Tapi...," pandangannya sendu, "suasana seperti ini tidak mengenakkan perasaan."
"Honjo-san, bagaimana, ya? Pasti kepalanya sakit sekali. Padahal dia sudah berusaha."
Natsuki mengangguk setuju. "Apa ia tidak akan main lagi?"
Yuzuru menggeleng tidak tahu.
"Pastinya dikeluarkan, omongannya sudah keterlaluan!" sahut salah seorang aktris.
Saat menoleh, trio itu telah menghampiri mereka berdua.
"Padahal kita sudah kagum akan kenekatannya."
"Tapi dia bicara kasar pada sutradara!"
"Semua orang tahu dia korban, tapi tidak harus bicara sekasar itu, bukan?"
"Katanya drama ini hanya drama murahan. Dia pikir bisa mendapatkan tawaran yang lebih baik dari drama ini. Sombong sekali dia!"
"Kalian jangan bicara begitu, tidak baik," ingat Yuzuru. "Meski begitu Honjo-san terluka. Kalau seandainya kalian jadi dia, apa kalian sesanggup Honjo-san?" Ia angkat bicara, tidak suka dengan mereka yang mengolok-olokan orang yang kesusahan.
Tiga aktris itu tutup mulut, saling melirik satu sama lain. Bergumam lalu berlalu dari hadapan Yuzuru dan Natsuki dengan perasaan jengkel.
Yuzuru menutup mulut setelah ketiganya jauh. "Aa, kelepasan lagi," ditepuk-tepuk mulutnya, "ini mulut nakal, nakal!"
Natsuki yang awalnya tidak mengerti mulai tertawa kecil. "Yuzuru-chan wa sugoi desu yo ne?"
Yuzuru heran, "Hebat ... apanya?"
"Tidak ragu mengungkapkan perasaan dalam diri pada orang lain. Bagiku hal itu hebat," puji seniornya kembali.
Yuzuru tersipu, "Tapi lebih baik untuk tutup mulut. Aku takutnya ke depan akan dijauhi." Ia mengerucutkan bibir, tidak ingin hal itu terjadi.
"Daijoubu! Karena Yuzuru-chan imut, semua orang akan memaafkanmu~," ungkap Natsuki ringan. Yuzuru terkekeh kaku, tidak yakin dengan pernyataan itu. "Jika semua orang memusuhi Yuzuru-chan, aku yang akan berpihak pada Yuzuru-chan!"
Yuzuru tersenyum lebar, "Arigatou." Rasa sesalnya menerima tawaran drama kali ini melebur, bahwa ia tidak salah hanya karena ada senior dalam pekerjaan tersebut. Karena bagaimanapun ... Yuzuru merasa dirinya memang masih butuh bekerja dalam naungan senior-senior yang siap membela ataupun memarahinya jika ia berbuat salah.
"Hei, Shinomiya-san!" Salah seorang aktor tidak sengaja jalan ke arah Yuzuru dan Natsuki. Ia pun berhenti sekedar bercengkrama. "Apa kalian sudah mendengar rumor yang baru saja beredar?"
Natsuki maupun Yuzuru memasang wajah bingung.
"Rumor apa?" tanya Natsuki.
"Sutradara melakukan rencana cadangan. Jika memang Honjo berhenti dari drama ini, mereka akan mencari penggantinya di antara aktris yang ada di sini. Tapi melalui audisi." Ia melirik Yuzuru. "Kitani-chan, kau tertarik?"
Yuzuru terpegun sesaat, tidak menyangka hal itu akan terjadi. "Jika hal itu dilakukan, tetap saja kekurangan satu pemeran, bukan? Jika salah satu aktris di sini menggantikan Honjo-san, lalu lakon yang ditinggalkan aktris bersangkutan bagaimana?"
"Kudengar pertanyaan yang sama. Yang kudengar lagi, hal itu tidak jadi masalah karena karakter-karakter yang lain hanyalah bumbu tambahan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan."
"Kenyataan?"
"Kau tidak tahu kalau cerita drama ini adalah hal kenyataan. Cerita sekitar 15 tahun yang lalu. Tepat terjadi di gedung sekolah ini."
Yuzuru bergidik. "Ya-ya-yang benar saja?? Di-di-di gedung ini? Cerita asli??"
Wajahnya mulai pasi, tubuhnya membungkuk, kedua tangan memegang perut yang mulai bergemuruh.
"Yu-Yuzuru-chan, kenapa?" Natsuki cemas melihat perubahan ekspresi Yuzuru.
"Ti-tidak.... Natsuki-senpai ... aku jadi makin takut ke toilet tengah malam!!"
*
*
SHINING IDOL!! part.2
Chapter 02 – Who cute but feared
-bagian kedua-
~selesai~
*
*
Writer's Conerse
Ano ... ada yang baca wc ini gak, ya?
Pasti ada, aku berharap ada.
Tidak disangka, SI hiatus 2 bulan lebih seminggu, aku lupa memberi pesan pada minasan, maaf sudah membuat minasan menunggu lama dan terima kasih sudah menanyai cerita ini kembali, aku senang masih ada yang mau membaca lanjutan SI. Terima kasih banyak!
Yang namanya manusia hanya bisa berencana, bahkan rencanaku jika cerita SI berjalan lancar (mungkin) sudah pada chapter terakhir drama Gakko Tatari, bahkan ... tanggal 31/10 kemarin aku ingin buat cerita singkat ultah Yuzuru lagi, tapi semua tinggal rencana.
Aku gak pergi, aku gak kemana-mana, aku masih main wattpad tiap hari, tetapi aku tidak ada waktu untuk menulis lanjutan SI. Dan lagi, aku butuh konsentrasi dan mood menulis SI yang semakin ... 'berat'---mungkin tantangannya yang berat, ya?
SI akan slow up date, cerita ini kutulis berselingan dengan cerita lain. Mohon maaf jika ada yang kecewa dengan keputusanku.
Sekali lagi terima kasih untuk tetap menunggu lanjutan kisah Yuzuru-chan!!
SI, tidak akan hiatus, hanya slow up date dan aku tidak bisa memastikan kapan chapter berikutnya publish!
Salam dari Koala berkacamata
🐨👓
14 Nov 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top