01 | CODE:K Audition -part 2-

Recommended song (after reading):

🎵 Miyano Mamoru - Moonlight

kisetsu wa peeji wo meguru you ni
megutte iku tabiji.
kyou wa naitatte, ashita waraeba
atarashii hi ga kimi wo terasu....
------
Musim berganti layaknya membuka halaman
perjalanan yang ditempuh.
Sekarang kau menangis, jika esok tertawa
hari baru akan menyinarimu....
------------------------------------

Chapter 01
CODE: K Audition
-bagian kedua-
***

Tepat jam dua belas, pihak penyelenggara audisi memberi waktu istirahat kepada juri dan para peserta selama 25 menit. Selama itu para peserta boleh keluar makan siang, boleh di kantin yang ada di gedung tersebut maupun keluar, tapi tidak boleh terlambat kembali ke ruang audisi masing-masing nantinya.

Yuzuru mengikat lengan sweater di pinggang lalu menyelempangkan tas. Ia tak tahu harus ke mana selama istirahat. Ingin mengakrabkan diri dengan peserta audisi Ray yang lain dan mengajak makan bersama di kantin terasa sulit. Tak ada yang terlihat ramah sesama pesaing satu peran. Ia menghela napas, lelah menerima fakta suasana persaingan.

Seorang gadis menghampiri Yuzuru dari belakang dengan gugup. "A-ano-

"Yuzuru-chan!"

Tiga langkah keluar dari ruang audisi, dengan banyaknya peserta lain memenuhi lorong, Yuzuru kewalahan mencari siapa yang memanggilnya. Ia melihat tangan yang melambai di udara, orang itu semakin mendekat. Yuzuru terkejut senang melihat siapa yang berjalan ke arahnya, tak hanya satu, dua orang yang sangat ia kenal.

"Kira! Otoya-senpai!" Yuzuru membalas lambaian tangan Kira.

Sedangkan gadis yang akan menghampiri Yuzuru mengurung niat dan menjauh. Yuzuru menoleh ke belakang, ia berfirasat ada seseorang di belakangnya, tapi begitu membalikkan badan tak ada seorang pun terlihat menghampirinya.

Kira dan Otoya menghampiri Yuzuru.

Yuzuru membalikkan badan kembali. "Kalian juga ikutan audisi CODE:K??" tanyanya tak sangka.

Keduanya mengangguk. Kirishima Kira, sahabat dan teman sekelas Yuzuru di Saotome Academy, dan Ittoki Otoya, senior serta salah satu anggota STARISH.

"Tak disangka, Yuzuru-chan juga ikut audisi ini," ungkap Otoya.

Kira mengangguk. "Kenapa gak bilang sih!" Ia mengacak-acak rambut Yuzuru.

Yuzuru menepis tangan Kira. "Uuh, rambutku!" Disisirnya rambut dengan kesepuluh jari. "Mau buat surprise gitu, kalau berhasil," jawabnya kemudian terkekeh. "Ah, Kira sama Otoya-senpai ambil peran apa?"

Kira dan Otoya saling menatap. Otoya mendelikkan satu alis, mempersilahkan Kira yang menjawab.

"Kita berdua bersaing mengambil peran Hiroyuki. Meski dibilang begitu, saingannya sangat banyak dan berat!"

Mata dan mulut Yuzuru membulat. "Huwaaaa! Tokoh utama pria!"

"Yuzuru-chan?" tanya Otoya balik.

"Ray!"

"Ray??" kaget keduanya.

Yuzuru mengangguk yakin.

Kira mengacak rambut Yuzuru kembali. "Sial, lu! Ambil peran utama? Gak salah!" Gemas dengan kepolosan Yuzuru mengikuti audisi peran tokoh utama.

"Yuzuru-chan hebat!" puji Otoya.

"Oh iya, makan di mana?" tanya Kira. "Katanya di sini ada kantin. Atau kita keluar? Family-resto? Fast food? Café?"

Otoya bingung. "Hm, dekat sini juga banyak tempat makan. Tapi istirahat hanya 25 menit."

"Di kantin sini aja," saran Yuzuru. Ia menepuk-tepuk tasnya, "Berat."

"Iya juga ya? Kalau begitu kita makan di sini saja," putus Otoya. "Ah, kita tunggu Tokiya dulu," ujarnya kemudian melirik kiri-kanan.

"Eh? Icchi-senpai juga ikut audisi??" kaget Yuzuru.

Otoya mengangguk. "Ah!" Ia pun melambaikan tangan ke atas pada rekan satu grupnya. Ichinose Tokiya pun membalas dengan senyuman, kemudian mempercepat langkah.

"Maaf menunggu lama?" sesal Tokiya. Ia melirik Yuzuru. "Yuzuru," sapanya dengan senyum ramah.

"Ya~hoo!" sapa Yuzuru dengan senyum lebar kemudian.

"Ah, jadi benar kata Saotome-san, Yuzuru juga ikut," ungkap Tokiya.

Yuzuru menelengkan kepala. "Presdir?"

"Tak sangka, satu agensi ikut satu audisi film. Orang-orang yang dikenal ikut, entah kenapa, semakin membuatku semangat!" ujar Otoya.

Tokiya mengangguk setuju. Ia melirik jam tangan. "Mau makan siang di mana? Tak ada waktu untuk keluar, bagaimana dengan kantin di gedung ini?"

"Senpai tahu tempatnya?" tanya Kira.

Tokiya mengangguk. "Aku pernah ke sini sebelumnya, ada café dan family resto, cukup berdekatan. Restorannya cukup besar. Tapi melihat peserta yang ikut sebanyak ini...," ia melirik sekeliling, "sebaiknya kita cepat sebelum kehabisan tempat."

Yang lain mengangguk setuju. Mereka berempat segera menuju lift untuk turun ke lantai satu di mana familiy resto berada. Menunggu lift berikutnya, mereka masih sempat membahas audisi.

"Udah dapat giliran tampil?" tanya Yuzuru.

Kira menggeleng. "Kami berdua belum. Sumpah deh, Yuzuru-chan! Yang ambil peran Hiroyuki banyak banget! Seratus peserta! Bayangin deh!"

Otoya mengangguk. "Kita saja giliran lima puluh ke atas. Sepertinya audisi Hiroyuki sampai larut malam." Ia menghela napas lelah.

"Heh? Seratus??" kaget Yuzuru tak percaya. "Ray saja hanya 25 orang!"

"Sedikit sekali!" Kira tak percaya akan kebalikan jumlah tersebut.

"Icchi-senpai ambil peran apa?"

"Awalnya aku mau mengambil Bos, tapi-

Pintu lift terbuka. Mereka segera masuk karena banyak yang ingin ke lantai satu untuk segera menuntaskan kewajiban mengisi perut.

"Eh, hati-hati. Maaf, permisi," ujar Kira mengambil posisi dalam lift, ia segera menarik Yuzuru agar tak tertinggal. "Awas, adik kecilku entar keinjek. Misi, misi~," candanya memegang kedua bahu Yuzuru.

Sedangkan Otoya sudah pergegangan tangan dengan Tokiya agar tak terpisah.

Yuzuru malah memperhatikan dua senior yang saling akrab itu. Ia baru sadar ucapan Kira, marah kemudian, "Aku gak sekecil itu, Kira!"

Otoya dan Tokiya tertawa kecil melihat keakraban dua junior mereka. Memang di dalam lift, Yuzuru seorang yang pendek, dan tak sadar hanya dia seorang perempuan di dalam!

Tak begitu lama, hitungan detik mereka sampai di lantai satu. Yuzuru menghela napas lega setelah keluar dari lift. Memang pengap luar biasa, hampir sama dengan menaiki kereta di pagi hari di saat para kantoran dan anak sekolahan pergi bersama di waktu yang sama.

"Yuzuru-chan, gak keinjek, kan?" Kira bercanda lagi.

Saking kesal, Yuzuru menginjak kaki Kira. "Nih!"

"Wadow!" Kira terperanjat. "Mode akuma-nya keluar! Sakit tahu, Yuzuru-chan!" Dielus-elusnya paha padahal yang sakit ujung-ujung jari kakinya.

Yuzuru berdengus. Otoya dan Tokiya kembali tertawa, terhibur dengan keharmonisan Yuzuru dan Kira. Meski begitu mereka tetap menggerakkan kaki menuju restoran yang dimaksud. Sudah banyak yang masuk ke sana, terutama peserta audisi. Karena sudah memperkirakan hal ini terjadi, pihak restoran telah mengantisipasi dengan menambah karyawan dan pasokan makanan jauh hari. Dibilang ramai pun, kebanyakan peserta yang memilih makan di sini ialah yang datang dari luar Tokyo, tak sempat membawa atau membeli bekal makan siang sebelumnya. Sebagian besar memilih keluar karena sudah memesan tempat.

"Aku sudah memesan tempat di sini," ungkap Tokiya saat mereka melangkah masuk. Yuzuru, Kira dan Otoya hanya mengedipkan mata tak sangka. Tokiya memberitahu hal tersebut para seorang pelayan yang menyambut kedatangan mereka berempat. Kemudian berjalan mengikuti sang pelayan menuju tempat duduk yang mereka pesan.

Yuzuru terkejut bukan main melihat siapa yang telah duduk di sofa yang telah dipesan Tokiya. "Ku-Ku-Kurosaki-senpai?? Umiko-chan??"

Kira yang tak tahu ikut terkejut, tapi ia tak memperlihatkannya, menyapa dengan ringan. "Permisi~."

Umiko duduk dekat jendela, mengesap lemontea yang sudah dipesan dahulu, menatap tajam ke arah Yuzuru dan Kira. "Huh!" Ia tak peduli dengan kehadiran dua teman seangkatannya itu.

Yuzuru dan Kira mengerjapkan mata bersamaan.

"Sepertinya kita mengganggu," bisik Kira.

Yuzuru hanya mengangguk.

"Sudah memesan makanan, Kurosaki-san?" tanya Tokiya.

Kurosaki Ranmaru, anggota dari QUARTET NIGHT yang selalu berpenampilan rockhard dan tatapan dua manik berbeda warna itu masih tampak mengerikan bagi Yuzuru. Ranmaru mengangguk pada Tokiya. "Aa, baru saja. Kalian juga cepat," sarannya.

Tokiya mengangguk. "Ayo duduk dan pesan."

Yang lain mengangguk. Tokiya duduk di sebelah Ranmaru, Otoya kemudian. Pada sofa seberang dimana ada Umiko, Yuzuru disuruh Kira duduk terlebih dahulu, kemudian dirinya, berhadapan dengan Otoya. Sang pelayan memberikan dua buku menu. Karena sudah pernah makan di restoran ini, Tokiya memberikan buku menu pada Otoya untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Dengan cepat Otoya membalikkan halaman menu, mencari sesuatu yang mengenyangkan dan tahan lama karena ia belum dapat giliran. Mereka berempat pun memilih menu kesukaan masing-masing.

"Wah, ada parfait!" Yuzuru membuka halaman belakang. "Tambah parfait coklat satu!" pesannya.

Lima orang yang semeja dengannya terperanjat.

"Yuzuru-chan? Yakin bisa habis?" tanya Otoya tak percaya.

"Biarkan saja dia gemuk!" timpal Umiko, kembali menyesap minumannya tak peduli.

Yuzuru tersenyum lebar, "Tak apa! pasti habis, kok!"

"Maa, perut Yuzuru-chan karet mau gimana lagi---adoww!!" Kira terpekik karena kena cubitan keras dipinggang.

Otoya dan Tokiya hanya tertawa kecil.

Semua pesanan dibacakan kembali oleh sang pelayan untuk memastikan. Setelah semua pesanan terkonfirmasi, pelayan tersebut meninggalkan mereka, mengirim pesanan ke dapur.

"Umiko-chan ambil peran apa?" tanya Yuzuru kemudian.

Umiko melipat kedua tangan ke dada. "Utau."

Mata Yuzuru berkilat-kilat. "Huwaaa, Utau!"

Utau bukanlah peran tetap, namun kehadirannya sangat berperan di novel ketiga. Salah satu anak yang menjadi korban penelitian seperti Ray, juga teman akrabnya. Ray memiliki kekuatan degenerasi yang cepat, sedangkan Utau memiliki kekuatan pada suaranya.

Sesaat Yuzuru tertegun. Utau? Ia teringat tawaran sang penulis CODE:K sebelumnya.

"Bagaimana kalau kau kuloloskan langsung sebagai peran Utau?"

Jika aku langsung mengatakan iya, Umiko-chan tak akan lolos audisi, benaknya menyadari hal tersebut. Ia semakin tak enak hati, tapi beruntung ia dapat mempertegas diri tetap dengan peran Ray.

Umiko gelisah dilirik Yuzuru terus-terusan, ditambah anak itu senyam-senyum tak karuan. Ia mendelik, "Apa?"

Yuzuru menggeleng. "Tidak ada~. Hanya membayangkan gimana~ Umiko-chan memerankan Utau! Pasti cocok sekali~." Ia kembali berhayal, "Memakai dress lolita, dark lolita saat panggung bersama Sammie-

Ranmaru tersedak minuman, air botol mineral yang ia bawa masih tersisa. Yuzuru tak melanjutkan kalimatnya. Tokiya segera menawarkan sapu tangan namun ditolak, Ranmaru mengelap mulut dengan punggung tangannya saja.

"Daijoubu, Ranmaru?" tanya Otoya.

Ranmaru menunjuk Yuzuru. "Kau... kau tahu semua peran dalam film ini?" herannya.

Yuzuru mengangguk polos.

Ranmaru tercengang.

Kira mencolek lengan Yuzuru dengan sikunya. "Jangan-jangan nih anak udah baca novelnya! Gini-gini, Yuzuru-chan kutu buku!"

"Maniak," tambah Umiko datar.

Yuzuru cengengesan. "Emang udah baca semua."

"Semua?" kaget ketiga seniornya.

Yuzuru mengangguk kembali. "Semua! Keempat-empatnya!"

Kira ikutan terkejut. "Heeh? Tetralogi? Gila! Lu baca semua? Kapan? Sempat? Kok gak kasih tahu??"

Yuzuru menepuk-tepuk dagu dengan telunjuk. "Hmm, dua hari libur dari ShininGirl⭐, kutamatin."

Lima orang semeja dengannya kaget tak percaya. Empat buku dalam dua hari?

Ketiga seniornya baru tahu Yuzuru gemar membaca, terutama novel. Mereka saling menatap tak percaya, merasa seakan kalah dengan junior yang berusaha lebih dari mereka yang hanya membaca naskah yang diberikan untuk audisi. Sedangkan Yuzuru telah membaca keseluruhan cerita lewat karya aslinya. Tak lain berkat Karmin yang memberitahukan tentang audisi dan membelikannya novel berseri tersebut, namun Yuzuru tak mau memberitahukannya.

Umiko berdecak kesal. Memang baru beberapa minggu satu mansion dengan Yuzuru namun ia merasa tertipu karena tak tahu sama sekali Yuzuru ikut audisi film yang sama dengannya. Padahal ia sudah yakin, dilihat dari gelagat Yuzuru yang santai, temannya itu tak tahu apa-apa tentang audisi besar tersebut. Nyatanya....

"Kau..., ambil peran apa?" tanya Umiko memastikan.

"Ray."

Lentingan gelas ke alasnya terdengar keras. "Benar dugaanku," geram Umiko. Ia melirik Yuzuru tajam. "Awas kalau kau tak dapat peran itu dan justru dipindahkan ke audisi peran Utau! Aku tak akan pernah lagi menyapamu!" ancamnya.

Yuzuru terbelalak. Ia tak sangka Umiko memiliki firasat akan audisinya---dan kemungkinan pindah peran. Namun Yuzuru tak memiliki niat untuk pindah ke peran lain, ia tak mau menjadi penghalang temannya sendiri. Kepalanya tertunduk, serasa ada tekanan berat yang ia rasakan dalam audisi hari ini. Peserta peran Ray lainnya yang lebih hebat darinya, tawaran Cheevalia padanya, dan Umiko yang terlihat sangat menginginkan peran Utau.

"Memang benar ada aturan kesempatan kedua bagi aktor yang dirasa diperlukan, akan dipindahkan ke audisi peran lain. Itu keputusan juri, kita tak bisa menggangu gugat," ungkap Tokiya mengingat pengumuman juri di ruangannya sebelum audisi dimulai. "Tapi Seira-san, jangan menekan seperti itu---

"Menekan?" Umiko tak lagi memandang siapa yang ada di hadapannya, pandangan sinis ditunjukkannya pada Tokiya.

Tokiya tertegun melihat pandangan tersebut, baru pertama kali ini ia berbicara pada Umiko, tak menyangka, karena dari luar gadis berambut pirang twintail itu selalu tampak tenang.

"Umiko---

"Apa?" suara jawabannya terdengar berat ditekan, Umiko menatap Kira tajam. "Bela saja sahabatmu ini!" timpalnya menolehkan pandangan keluar jendela, tak peduli.

"Aku tahu perasaanmu, Seira, audisi campuran lebih sulit dibanding peran tetap." Ranmaru ikut berbicara. Seluruh pandangan kini beralih padanya, kecuali Yuzuru yang masih menundukkan kepala. "Audisi campuran untuk peran tak tetap, peserta diberi kebebasan memilih peran yang ada, lalu berakting atau bernyanyi. Tak ada dialog tetap seperti peran tetap yang lain."

Tokiya mengangguk. "Peran Ray, Hiroyuki, dan keempat anggota organisasi rahasia bersama dengan Ray merupakan peran tetap dan memiliki ruang audisi tersendiri. Sedangkan peran yang lain hanya diberitahu ciri dan sikap mereka seperti apa jauh hari sebelum audisi, dan para peserta berakting dengan kemampuan masing-masing, menerka seperti apa peran sesungguhnya dari tokoh bersangkutan."

"Tokiya dan Ranmaru mengambil audisi campuran, bukan?" ungkap Otoya. Tokiya mengangguk. "Masing-masing audisi ternyata memiliki kesulitan tersendiri, ya? Kupikir hanya audisi peran tetap saja."

"Kita tak tahu berapa peserta yang menjadi saingan peran yang kita ambil. Setelah berakting, kita boleh pergi, tinggal menunggu pengumuman semifinalnya," tambah Tokiya.

"Jadi... Kurosaki-senpai ambil peran apa?" tanya Kira.

"Ada peran yang lebih cocok untukku selain Sammie?" jawab Ranmaru ringan.

"Kalau tak salah... penyanyi rock, vokalis band?" Kira tak begitu mengingat karena peran tambahan yang diperlukan sangat banyak, dan semua itu diseleksi dalam ruang audisi campuran.

Ranmaru mengangguk.

Tak lama berbincang, pesanan mereka pun tiba. Melihat parfait di atas meja, wajah Yuzuru yang muram kembali cerah. Kira dengan isengnya mengambil gelas berisi prafait itu dan menyendoknya. Dengan suasana hati yang tak baik, Yuzuru langsung mencubit lengan Kira kuat. Untung saja gelas parfait-nya tak jatuh, Kira menggenggamnya dengan tangan kiri yang terbebas dari jangkauan Yuzuru. Ia pun mengembalikan parfait tersebut pada yang memesan.

Yuzuru bersungut melempar sendok parfait-nya ke piring Kira, ia tak mau menggunakan sendok 'bekas' tersebut! Lebih memilih menggunakan sendok kecil yang telah digunakan Umiko mengaduk lemontea, tanpa izin terlebih dahulu. Kekesalan Yuzuru pindah ke Umiko. Namun karena tak membutuhkan sendok itu lagi, Umiko tak mempermasalahkannya.

Keenam aktor dari Agensi Shining itu pun makan bersama dengan akrabnya. Tokiya dengan Ranmaru---mereka sudah menyelesaikan audisi dan berencana akan pergi bersama ke lokasi kerja berikutnya; Kira dan Otoya kembali membahas adegan Hiroyuki yang menurut mereka harus digarisbawahi; sedangkan Yuzuru dan Umiko lebih memilih diam, menikmati hidangan masing-masing.

Namun sebenarnya Yuzuru masih berfirasat tak baik semenjak Umiko mengancam jika ia mengambil peran Utau---seandainya jika ia tak lolos dengan peran Ray. Apa yang harus ia lakukan jika hal itu terjadi? Apa ia akan menerima kesempatan kedua tersebut? Menjadi saingan Umiko, yang ia masih berusaha mengakrabkan diri dengan gadis keturunan Korea tersebut? Atau ... mengalah?

Kira tak sengaja melirik Yuzuru di sebelahnya. Ia sadar, baru kali ini Yuzuru terlihat tak menikmati makanannya. Biasanya sahabatnya itu tampak selalu berselera dan mengembungkan pipi saat makan. Namun kunyahannya terlihat biasa saja, meski sesekali menyendok parfait setelah dua-tiga sendok makan nasi kare-nya. Pemandangan itu tetap lucu bagi Kira. Otoya hanya geleng kepala melihat Yuzuru menyuap makanan dan parfait berselingan.

🎼
🎼
🎼

Waktu istirahat berlalu, para peserta audisi kembali ke ruangan masing-masing. Tak ada yang terlambat, mereka kembali sebelum waktu istirahat berakhir. Bagi peserta yang belum mendapat giliran, kembali ke ruangan ataupun menunggu panggilan. Sedangkan peserta audisi campuran, jika sudah mendapat giliran tampil, mereka boleh pergi dan melanjutkan aktifitas di luar sana.

Terkecuali mereka yang mengikuti audisi peran tetap seperti Yuzuru. Meski ia sudah mendapatkan giliran, ia masih diharapkan kembali ke ruangan untuk hingga audisi hari ini selesai, menunggu pengumuman selanjutnya.

Tokiya dan Ranmaru sudah mendapat giliran sebelum waktu istirahat, keduanya telah pergi terlebih dahulu. Sedangkan Kira, Otoya, dan Umiko kembali ke ruangan audisi masing-masing.

Begitu pula Yuzuru, ia kembali duduk di kursi sebelumnya. Para peserta yang lain tampak melakukan hal yang sama dengannya, tak ada perubahan tempat duduk. Akan tetapi, juri yang masuk kini berbeda, sutradara dan produser kini digantikan oleh orang yang berbeda. Sepertinya keduanya memercayakan pemilihan peran Ray pada sang penulis.

Penanggung jawab casting itu kembali menjadi pemimpin audisi peran Ray, menyapa para peserta agar masih semangat, dan tanpa basa-basi lagi memulai audisi kembali. Dimulai dari nomor urut enam belas, dan seterusnya.

Yuzuru terus menyaksikan tanpa bosan dengan berbagai macam akting lawannya. Tak hanya ia, para peserta yang lain serta juri tak berkedip sedikitpun. Para aktris yang mengambil peran Ray tidak diragukan lagi aktingnya.

Pada giliran terakhir, nomor urut 25. Seorang gadis dengan rambut sebahu hitam, tubuhnya bisa dibilang kurus, terlalu kecil, dan dilihat dari keperawakannya lebih muda dari Yuzuru. Gaya baju yang dikenakannya tampak sederhana, hanya kaos pendek dengan outer hingga pinggul, mengenakan celana panjang dan sneaker. Wajahnya manis, namun terlihat sangat boyish, bahkan awalnya banyak yang mengira ia anak laki-laki. Ditambah kulitnya yang agak kecokelatan.

"Hasezawa Mikan dari Agensi Pro-A. Mohon bantuannya!" Gadis kecil itu membungkuk sedalam-dalamnya.

Semua terkejut, para peserta berbisik kembali.

"Pro-A itu agensi bergengsi."

"Tapi dia tak terlihat seperti artis naungan Pro-A."

Yuzuru pernah mendengar nama agensi tersebut, namun tak sangka begitu bergengsi hingga membuat kegaduhan.

"Hasezawa-san," Cheevalia melihat selembar kertas profil gadis di hadapannya kini, "karena kamu yang terakhir, aku ingin kamu yang menentukan mau akting adegan yang mana."

"Eh, enak sekali," gumam peserta lain.

"Karena dia terlalu kecil kali," ungkap yang lain.

Yuzuru tetap memerhatikan tanpa membedakan lawan, meski lebih muda darinya. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang, seakan ada firasat lain akan peserta terakhir itu. Hasezawa Mikan, ia belum pernah mendengar nama gadis itu sebelumnya. Meski begitu, Yuzuru tetap waspada.

"Terima kasih atas tawarannya. Kalau begitu saya akan mengambil adegan pertarungan, adegan terakhir," ujar Hasezawa Mikan tanpa keraguan.

Kegelisahan Yuzuru bertambah. Hanya lima orang yang menerima adegan tersebut dari permintaan juri, kebanyakan di antara mereka mengalami kesulitan dan salah gerak. Andai Yuzuru mendapatkan peran itu, ia yakin bisa melakukannya dengan baik.

Tapi gadis kecil itu, lebih kecil darinya, diperbolehkan mengambil adegan apa saja, harusnya mengambil adegan yang mudah seperti dialog tanpa agedan sulit. Adegan pertarungan yang menurutnya memiliki nilai tinggi dari juri, apalagi Cheevalia, sang penulis.

Yuzuru menyayangkan adegannya tadi hanya membuat lawan pingsan. Adegan yang masih terbilang 'sederhana' baginya. Adegan terakhir, begitu banyak gerakan cepat dan sempit yang harus dilakukan oleh sang aktor.

Hasezawa Mikan itu pun dipersilahkan beradegan. Gadis itu memasang wajah begitu serius. Ia mulai berakting. Setiap gerakannya begitu cepat, hindaran yang halus, tendangan dan tangkisan yang tajam. Semua pandangan mata padanya tak ada yang melewatkan setiap gerakannya tersebut. Layaknya seorang profesional, aktris laga profesional. Atau....

Gadis itu telah berlatih bela diri sebelumnya?

Ya. Memang banyak aktor yang telah dilatih sejak kecil, bahkan sejak usia dini. Tak hanya musik, dance, ballet, seni bela diri, bahkan budaya dan tradisional, semua itu telah dididik oleh orangtua yang menginginkan anaknya menjadi seseorang yang berdiri di atas panggung kelak.

Yuzuru mulai iri. Ia sadar banyak aktor di luar agensi yang jauh lebih hebat dan berpengalaman. Meski ia bersyukur bersekolah di Saotome Academy, ia tetap menyayangkan bahwa banyak yang harus dipelajarinya sebagai seorang aktor. Tak hanya sandiwara drama membuncah emosi penonton, tak hanya lagu dan musik, pertarungan, bahkan menari saja ia kewalahan. Bela diri ia tak pernah belajar langsung pada ahli, hanya melihat lewat film maupun y*utube. Ia pernah belajar memanah, itu karena untuk film Kenka no Ouji-sama.

Setelah Hasezawa Mikan menyelesaikan aktingnya, untuk beberapa saat semua orang masih terpaku. Tak percaya dengan tubuh mungil itu dapat menyelesaikan adegan tersusah yang dilakukan peserta lain. Orang pertama yang bertepuk tangan ialah Cheevalia, baru juri lain mengikutinya, terakhir para peserta. Yuzuru tetap terdiam, antara tertegun dan terkagum.

Hasezawa Mikan menunduk-nunduk malu mendapatkan pujian dari para juri. Setelah ia diperbolehkan duduk, gadis itu membalikkan badan, pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan Yuzuru yang masih melekat padanya. Pipi Mikan merona, kemudian tersenyum, kemudian menunduk seakan memberikan salam pada Yuzuru secara tak sengaja. Barulah Yuzuru tersentak, seakan berfirasat akan eksistensi gadis itu yang kemungkinan akan ia temui kembali, lagi dan lagi.

"Baiklah. Babak penyisihan untuk kali ini kami akhiri di sini. Karena peserta peran Ray sedikit, kami para juri menentukan langsung untuk babak final, dan para peserta yang berhasil lolos akan diumumkan di hari sama dengan peran yang lainnya. Pengumuman akan kami beritahu lewat website maupun langsung ke agensi masing-masing. Kami sebagai pihak juri dan panitia audisi sangat berterima kasih atas partisipasi kalian semua......."

Sekitar jam setengah tiga, audisi babak penyisihan peran Ray pun selesai. Juri yang bersangkutan mengucapkan terima kasih pada para peserta, begitu pula sebaliknya. Mereka boleh membubarkan diri, tinggal menunggu informasi yang akan disampaikan pada pihak agensi maupun manajer mereka.

Lain halnya dengan audisi Ray, audisi peran yang lain seperti Hiroyuki yang memiliki peserta hingga seratus itu melakukan babak penyisihan selama dua kali, hari ini dan lusa, baru memasuki semifinal. Namun sepertinya, babak penyisihan hari ini akan berlangsung hingga matahari tenggelam. Yuzuru tak dapat menunggu Kira maupun Otoya-karena meski sudah mendapat giliran pun tak boleh keluar ruangan.

Umiko? Entahlah. Yuzuru mencoba mengintip ruang audisi campuran, tak ada eksistensi teman satu mansion-nya itu. Ia kembali ke arah ruang audisi, menunggu lift. Kemudian menelepon Kaoru.

"Moshi moshi, Kaoru-san. Hm, sudah selesai. Benarkah? Aku segera ke bawah."

Yuzuru menutup panggilan. Saat melangkah, ia tak sengaja menoleh pada seseorang yang berdiri di belakangannya, menatapnya gugup. Anak tadi, peserta terakhir, Hasezawa Mikan.

"Hai," Yuzuru mencoba menyapa.

Gadis itu melirik, kemudian mengalihkan pandang ke bawah, melirik kembali, menurunkan pandangan kembali. Ia menggigit bibir, sangat terlihat gugup. Yuzuru sendiri tak sangka ada sesama 'aktris' yang akan menatapnya seperti ... ya, bisa diibaratkan seseorang yang bertemu dengan idola favoritnya? Yuzuru menepis fantasi tersebut, karena ia tak mau perasaannya terlambung.

Yuzuru jadi gugup sendiri karena Hasezawa Mikan tak membalas sapaannya. "Ano... aku harus ke bawah. Aku takut ditunggu sama manajer-san." Jeda sesaat. "Mau ... ke bawah bareng?"

Kedua mata Mikan berbinar. "Boleh?"

Yuzuru mengangguk dan tersenyum. "Tentu!"

Mereka berdua melangkah ke lift menuju lantai dasar. Tak ada yang bersuara, Yuzuru dengan benaknya sendiri, begitu pula Hasezawa Mikan itu. Gadis itu masih terlihat gugup namun senyumnya terus mengembang, meski terlihat aneh dan menakutkan bagi orang yang melihatnya. Tapi Yuzuru justru melihat hal itu lucu, ia hampir tertawa.

Setiba di bawah, Kaoru baru saja tiba, masuk ke gedung dan langsung menghampiri Yuzuru.

"Jemputanku sudah tiba," ujar Yuzuru. "Aku ... duluan ya? Kamu pulang sendiri?"

Hasezawa Mikan mengangguk. "Naik kereta."

"Begitu, ya?" Yuzuru melengah saat Kaoru memanggilnya. "Aku duluan, ya. Daa!"

Ia melangkah meninggalkan Mikan yang kini berwajah murung. Karena tak enak meninggalkan begitu saja, Yuzuru berbalik badan. "Oh iya, pertarungan yang hebat tadi!" ungkapnya kemudian kembali melanjutkan langkah.

Kaoru langsung menawarkan diri membawakan tas Yuzuru. Anak itu berterima kasih kemudian. Mereka berdua keluar dari gedung, mobil telah menunggu di depan.

Hasezawa Mikan, gadis berusia tiga tahun lebih muda dari Yuzuru itu tersentak bahagia akan pujian Yuzuru. Ia menundukkan badan sedalam-dalamnya saat Yuzuru melangkah keluar. Dalam hati ia sangat amat ingin berkata hal yang sama, bahwa akting Yuzuru sangat memukau dirinya.

Senangnya bertemu idola...!

🎼
🎼
🎼

Yuzuru menghempaskan badan, meregangkan badan dalam mobil. Duduk selama dua jam saat audisi terakhir, berdiri sebentar, dan kini ia harus duduk kembali dalam mobil membuat tubuhnya penat. Kaoru memberikan minuman kaleng susu coklat dingin padanya. Yuzuru tersentak senang.

"Arigatou, Kaoru-san~!!" Ia langsung meminumnya. "Enaknya~."

Kaoru tersenyum, Yuzuru memang tipe adik yang ideal untuk dimanjakan. Karmin yang menyatakan itu padanya. Ia ingin sekali menanyakan bagaimana audisinya, seketika itu ia teringat gadis yang bersama Yuzuru.

"Yang bersama denganmu tadi siapa?"

Yuzuru menghabiskan minumannya, hingga gluk-gluk terdengar. "Hm, yang tadi ya? Mi..kan-chan?" Ia tak ingat nama keluarga, yang diingatnya langsung nama kecil gadis itu yang berarti jeruk mandarin.

"Dia ... peserta?" ragu Kaoru.

Yuzuru mengangguk.

"Peran apa yang ia ambil?"

"Sama denganku."

"Ray?" kaget Kaoru tak percaya. "Punya kepercayaan diri luar biasa gadis itu mengambil audisi peran utama?"

Yuzuru tersenyum gentir. "Aku juga terlalu berani mengambil audisi peran utama. Padahal aktingku masih belum seberapa. Bahkan beberapa di antara peserta ada aktris yang terkenal ikut audisi."

"Tapi menurutku kamu terlihat lebih cocok dengan peran Ray-

"Jangan menilai sebelum melihat aktingya dulu, Kaoru-san," potong Yuzuru. Ia menahan gemuruh dalam dada sejak mengenal Hasezawa Mikan. Ia awalnya tak mau menyangka perasaan yang selama ini ditahan sedari melihat kemampuan akting bertarung Mikan.

Yuzuru ... merasa kalah setelah melihat kehadiran Mikan. Baru pertama kali ia merasa 'terancam'. Baru kali ini ia menginginkan sebuah peran karena telah membaca karya asli yang sangat ia sukai. Ia menginginkan peran Ray, lebih dari siapapun. Namun ... ia tak bisa egois. Ia tak memiliki niat buruk-melakukan segala cara agar mendapatkan peran tersebut.

Namun ia sama sekali tak membenci Mikan. Hanya saja....

"Hanya saja ... gadis itu lebih terlihat seperti Ray," gumam Yuzuru sedih. Kaoru tak mengerti maksud perkataan idol-nya.

Yuzuru menunduk, menggenggam erat minuman kaleng dikedua genggaman tangannya. "Aku baru sadar, Kaoru-san...," ia menahan emosi untuk tidak terlihat menyedihkan, "semua orang berpenampilan cantik dan modis. Jika mereka membaca novel atau lebih mencaritahu tentang Ray, Ray itu... gadis manis tapi berpenampilan laki-laki. Dan dia... bukan orang Jepang. Itu berarti...."

Kaoru tertegun. Ia teringat warna kulit Mikan. "Apa gadis itu tahu tentang Ray, sama seperti mu?"

"Mungkin," jawab Yuzuru memaksa tersenyum. Ada kesedihan dibalik senyumnya itu. Ia merasa... tak dapat menjawab keinginan Karmin untuk mendapatkan peran utama CODE:K.

"Begitu...kah?" Kaoru tak ingin melihat wajah Yuzuru yang selalu ceria di sampingnya. "Terpenting, kamu sudah mengeluarkan seluruh kemampuanmu dalam audisi kali ini. Bersabarlah menunggu pengumuman selanjutnya. Perjuanganmu masih berlanjut, Yuzuru-chan. Semangatlah."

Yuzuru mengangguk, mengumpulkan kembali semua semangatnya.

Kaoru tersenyum lega. Meski hanya bisa berbicara, bukan ia yang mengalaminya, setidaknya menjadi penyemangat idol merupakan tugas manajer yang paling utama. Ia pun mengalihkan pembicaraan. "Malam ini akan diadakan rapat drama Gakko-tatari-

"Gakko-tatari?" Yuzuru tergelak mendengar singkatan drama yang dibuat Kaoru. Karena judul drama terlalu panjang, Gakko ni wa tatari ga arimasu, jadi Kaoru mempersingkat agar lidahnya tak tergigit jika sering menyebut nama drama tersebut.

Meski hal itu tak sengaja, raut muka Yuzuru berubah ceria. Kaoru melanjutkan penjelasannya, "Rapat drama akan diadakan jam tujuh malam ini. Meski aku bilang begitu, kamu tak ikut serta." Kalimatnya terjeda, merasa sesal. "Andai aku dapat informasi lebih cepat seperti Karmin, mungkin kamu bisa mendapatkan peran tetap. Tapi kali ini-

Yuzuru menggelengkan kepala. "Peran apapun akan kulakukan. Kaoru-san, aku masih harus banyak belajar dari awal, peran sekecil apapun tak masalah. Kita sama-sama masih belajar, bukan?"

Kaoru mengerti maksud Yuzuru. Ia baru dua tahun bekerja sebagai manajer ShininGirl⭐. Karena keinginan Karmin, dan yah, untuk beberapa alasan Kaoru pun menyetujui pekerjaan tersebut.

"Yang penting aku bisa satu lokasi syuting sama senior! Apalagi kali ini Natsuki-senpai! Huwaaa aku sudah tak sabar melihat akting Natsuki-senpai dari dekat!" Yuzuru terlihat begitu antusias. Tiba-tiba ia ingat sesuatu, bergumam, "Semoga saja Satsuki-san tak muncul...."

"Siapa?"

Yuzuru menggeleng. "Bukan siapa-siapa! Ha-ha-haa...."

🎼
🎼
🎼

Rapat drama misteri-horor berjudul "Gakko ni wa tatari ga arimasu" berlangsung dalam ruangan khusus di sebuah gedung industri film. Dihadiri produser, sutradara, ketua divisi serta staf yang bersangkutan, dan para aktor utama. Mengadakan briefing sebelum melaksanakan syuting perdana mereka. Membicarakan segala hal teknis, lokasi yang telah ditentukan, dan memperkenalkan para aktor yang akan berperan.

Drama tersebut menceritakan sebuah sekolah yang memiliki kutukan. Karena kutukan tersebut, murid di sekolah tersebut berkurang drastis, ada yang terkena kesialan, kemalangan, dan karena tak mau terkena imbasnya banyak yang pindah. Tak hanya terjadi pada para murid, para pengajar pun begitu. Namun masih ada murid yang tertinggal, mereka ingin lulus di sekolah itu jua, dengan berbagai alasan.

Shinomiya Natsuki, idol di bawah naungan Agensi Shining, juga anggota dari STARISH dipilih memerankan tokoh utama prianya. Ia akan memainkan peran seorang guru baru, bawaan sifat yang polos dan penuh semangat bagaikan sihir membantu murid-murid di sana untuk semangat belajar agar berhasil menyelesaikan ujian akhir sekolah.

Peran yang sangat penting.

Dan Natsuki menerima peran tersebut dengan senang hati, meski jalan ceritanya tetap menakutkan. Apalagi sutradara telah menyetujui mengambil adegan di sebuah gedung sekolah yang sudah ditinggal beberapa tahun lalu.

Rapat berjalan lancar selama satu setengah jam. Sutradara yang memimpin jalannya rapat pun memperbolehkan para peserta membubarkan diri. Saat keluar, salah seorang aktor menghampiri Natsuki.

Ia mengumbar senyum ramah yang misterius. "Sebuah kebanggaan bagiku bisa satu adegan dengan Anda, Shinomiya-san." Diulurkannya tangan untuk berjabat tangan.

Natsuki menyadari kehadiran aktor tersebut sejak awal, namun tak sangka akan menyapanya. Ia menerima jabatan tangan aktor yang lebih muda darinya itu. "Sama-sama," balasnya dengan senyuman hangat khasnya.

Aktor itu senang 'diterima baik' oleh Natsuki. "Kita pernah bertemu sekali. Masih ingat aku, bukan?"

Natsuki mengangguk. "Tentu. Kamu mantan teman sekelasnya Yuzuru-chan. Kalau tidak salah...."

Bibir aktor itu mengukir senyum, namun lebih dimiringkan ke atas sebelah, menatap Natsuki yang begitu polos menerima eksistensinya.

"Mikado Zen. Jangan lupakan nama aktor yang akan bekerjasama dengan anda, senpai."

*
*
SHINING IDOL!! part.2
Chapter 01 - CODE:K Audition
-bagian kedua-
~selesai~
*
*

Writer's Coner

Niatnya minggu kemarin chap-1 udah selesai semua, harusnya sekarang chap-2, tapi aku baru sempat edit (๑╯ﻌ╰๑) mood down ('∩`。) urusan real life (ノ'д`) trus maraton nonton Ulta Maniac (っ'ω'c). Asli beda banget sama komiknya, dan lebih seru denger versi dub jepang (っ'ω'c)

Yang meranin Hocchan sama Akemi Kanda 😍 yang cowoknya KamiyaC 😎 sama Chiba Susumu---yang ini aku kurang kenal seiyuu-nya 😅

Ada yang kaget baca di akhir cerita?? ( ͡° ͜ʖ ͡°)✧ khufufuuu....

Yosha~!!

Mulai dari sini---semoga aku bisa nulisnya---awal tarik-ulur hatinya Yuzuru-chan da!! (づ ̄ ³ ̄)づ Minggu depan siapin bantal---eh biskuit deh kalo gemes pengin gigit sesuatu daripada hapenya, kan sayang mahal :v atau tisu?

Oh iya, aku belum bilang, setiap awal cerita sekarang ini ada rekomendasi lagu, cuplikan sepenggal lirik dan terjemahan abal-abalanku (*ơ ₃ơ)ฅ. Lagu asli dari game/anime Uta no Prince-sama, atau lagu asli seiyuu UtaPri yang terkait---meski lagunya gak berhubungan sama UtaPri, bakal ada deskripsi siapa yang nyanyi. Dijamin gak nyesel donlotnya! Udah disaring oleh ahlinya! /tunjuk diri sendiri/

Aku collector lagu anisong, jpop, 😚 tapi akhir-akhir ini lagu-lagunya seiyuu 😄

Seperti biasa, aku selalu terbuka buat saran dan komentar dari minasan semua 🙇. Kalau ada kesalahan ketik, sila komen yaa 😊. Arigatou~!

Sampai jumpa di halaman selingan berikutnya~


Kagayaki idol mezashou!
Ko(k)ala(na)---nyangkut :v

🐨🐨🐨🐨

15 Agustus 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top