01 | CODE:K Audition -part 1-

Recommended song while reading:
🎵STARISH - Mirai Chizu🎵

"kono hiroi hoshi no naka bokura wa naze deatte?"
sora wo miageterun'darou
ikusen no toki wo koete
hitotsu no melody kyou wo shitte taiyou na...
------
"Luasnya planet ini mengapa kita dipertemukan?"
kau lihatlah langit
jawaban dari ribuan detik
satu melodi kini bagaikan matahari
------------------------------------------------------

Chapter 01
CODE: K Audition
-bagian pertama-
*****

Tomochika merebahkan diri di atas kasur, setiap helaan napas menandakan ia ingin penat segera hilang. Empat hari berturut-turut tanpa istirahat selama aktifitas sebagai seorang idol, hanya tiga jam dalam sehari ia dapat beristirahat, namun hari ini ia dapat bernapas lega dan bisa pulang ke mansion sebelum jam sembilan malam.

Tubuhnya terlalu letih ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Tapi....

"Lebih tak bisa tidur kalau kamu ada di sini! HEI, YUZURU! SEJAK KAPAN KAU DI KAMARKU????"

Yuzuru mengumbar senyum jahilnya. Ia sudah mengenakan piama ungu hambar bergaris putih, memeluk bantal yang hampir menutupi tubuh mungilnya. Rambut ungu yang terjurai lurus hingga dada, tanpa hiasan apapun di wajahnya. Matanya berkedip memberi kesan menggoda, duduk manis di ujung kasur bagaikan boneka yang meminta pelukan.

Tomochika berdecak kesal, kenapa bisa ada gadis seimut junior-didikannya itu tapi nakal minta ampun!

Ingin mengusir Yuzuru, Haruka masuk ke kamarnya. Gadis yang memiliki rambut oren sebahu itu jua telah mengenakan piama dan membawa bantal dari kamarnya.

"Apa ... mengganggu, Tomo-chan?" tanya Haruka segan.

Tomochika bangkit, "Haruka?"

Malu-malu Haruka mengungkapkan keinginannya, "Karena tak biasa Tomo-chan pulang cepat, dan lagi ada Yuzuru-chan. Kita sudah lama tak mengobrol santai bersama. Jadi ... kupikir, begitulah...."

"Pesta bantal~!" Yuzuru melempar bantalnya ke atas dengan riangnya.

"Pesta bantal tak akan, aku lelah!" tolak Tomochika tegas. "Tapi kalau bicara saja," ia tersenyum dengan pandangan teduh, "tentu aku tak akan meninggalkannya! Masuklah, Haruka!"

Haruka mengangguk senang, menutup pintu, kemudian ikut duduk di kasur Tomochika, mengambil posisi. Mereka bertiga duduk di atas kasur ukuran besar itu.

"Jadi, mau bicara apa?" Tomochika melihat keduanya, antusias memulai percakapan antara gadis.

"Bagaimana kalau kegiatan akhir-akhir ini? Cerita lucu atau yang berkesan?" saran Haruka.

"Kayak cerita...," Yuzuru memulai dahulu, "Miya-sensei membawakan bento buat Ringo-sensei, eh ternyata Ringo-sensei malah buat bento buat Hyuga-sensei!" Ia tergelak sendiri mengingat kejadian kemarin, tak sengaja melihat adegan cinta segitiga itu di kantor agensi.

Kedua seniornya hanya tertawa janggal. Sudah biasa dengan jalan pikiran Yuzuru yang unik, menganggap kedekatan Ringo dan Hyuga sebagai ... yah, tahu sendiri ... pasangan? Padahal keduanya sesama jenis, sebagai teman seangkatan saat sekolah dulu tak ada salahnya berakrab ria, bukan?

Ya, memang tak bisa dipungkiri idol cantik bernama Tsukimiya Ringo itu berdandan seperti gadis. Demi karir, tidak lebih. Meski Yuzuru telah tahu semua itu, akal sehatnya sudah kalah dengan fantasi liarnya.

"Fuji-sensei suka dengan Ringo-sensei, ya?" tanya Haruka meyakinkan.

Yuzuru mengangguk. "Tapi sensei malu mengakuinya. Masa suka sama yang lebih can~tik darinya? Gitu!" ungkapnya gamblang.

Haruka tertawa kecil, lebih karena cara bicara Yuzuru yang lucu.

"Udah, udah! Jangan omongin tentang guru maupun asmara mereka yang tak jelas!" pinta Tomochika bosan. "Bagaimana kalau cerita asmara salah satu di antara kita?"

Yuzuru langsung mundur, turun dari kasur dengan ekspresi begitu terkejut. "Tak mungkin! Tomochan-senpai...," ia memeluk dirinya sendiri, "menyukaiku dan Haruka-

"Bukan itu, BEGO!" sela Tomochika gusar. "Argh! Isi kepala nih anak udah kelewat kotor!"

"Yuzuru-chan, maksud Tomo-chan itu cerita cinta yang kita alami. Misalnya Tomo-chan lagi suka sama seorang pria, lalu mengutarakannya pada kita berdua," Haruka mencoba menjelaskan agar Yuzuru tak salah paham.

Yuzuru mengepal tangan kanannya lalu memukul lunak ke telapak kiri yang terbuka. "Oh, gitu!" ungkap seakan paham.

Haruka mengangguk, menanggapi 'kepolosan' Yuzuru. "Hm! Seperti itu!"

"Gak dijelasin anak ini juga tahu, Haruka! Dia sok polos gak ngerti aja!" timpal Tomochika dilanjuti dengan menatap tajam Yuzuru yang terkekeh sembari menggaruk tengkuk. "Jadi?" Ia terus melirik juniornya yang kembali duduk di kasur. "Bagaimana denganmu, Yu-zu-ru-chan?"

Tatapan penuh selidik itu membuat Yuzuru bergidik. "E-eh?" Ditambah Haruka mengangguk antusias. "Lha, kenapa aku dulu? Yang lebih tua dulu, dong~," elaknya enggan bercerita.

Tomochika menyilang lengan di depan dada. "Membosankan~! Aku dan Haruka se~tiap hari curhat tentang laki-laki, jadi aku sudah bosan! Haruka juga sudah bosan dengan ceritaku, kan?" Ia mengedipkan sebelah mata meminta Haruka mengikuti alur percakapannya.

Haruka mengerti, sangat, dengan kode sahabatnya. Ia menyilang kedua tangan, mengikuti gaya bicara sahabatnya. "Banget! Jadi lebih baik mendengarkan cerita Yuzuru-chan, habis banyak yang penasaran sama perasaan kamu yang misterius!"

"Siapa?"

"Pembaca!" jawab Haruka begitu antusias.

"Pe-pem...baca?" Alis Yuzuru naik sebelah. "Ini masih halaman cerita atau halaman selingan sih?? Kenapa di cerita pertama udah bahas yang beginian? Apa salahku, Tuhan? Author-san??" Yuzuru bermonolog ria seorang diri.

Nice, Haruka! Home run da!, pekik Tomochika senang dalam hati.

Namun Yuzuru masih tak mau buka mulut, ia malah mengalihkan pandangan, bola matanya melirik kiri-kanan, mencari topik agar dapat membelokkan percakapan.

"Ah! Kudengar Haruka-ne buat lagu baru buat STA---

"Iya, iya! Kalau sudah siap akan kuperlihatkan padamu," sanggah Haruka cepat.

"Drama terbaru Tomochan-senpai---

"Mulai minggu depan, stasiun TBS! Udah, jangan ngelak terus!" titah Tomochika.

Peralihan topik Yuzuru gagal total, ia disudutkan oleh kedua seniornya malam ini. Mungkin baginya malam ini begitu sial, namun bagi kedua seniornya itu bagaikan kesempatan emas agar dapat menguak kemisteriusan Yuzuru yang periang pada semua orang termasuk laki-laki sekalipun. Terlihat dekat pada laki-laki pun namun tak terlihat binar suka dari kedua matanya.

Sangat aneh bagi mereka-Tomochika pribadi, melihat junior yang tiga tahun lebih muda darinya itu dapat menghindari sikap kikuk di depan laki-laki yang disukai. Tapi ia memiliki firasat siapa yang disukai junironya itu. Tapi ia lebih suka 'mencongkel' Yuzuru agar pernyataan keluar langsung dari bibir anak itu.

Yuzuru membuka mulut, meregangkan badan. "Hoam! Ngantuk~," kemudian merebahkan badan sambil memeluk bantal.

Haruka memasang wajah kecewa, Yuzuru tak mau bercerita. Tomochika berdecak kesal. Tapi ia dapat sebuah ide.

"Kalau ... kubilang satu nama ... Mikaze Ai---

Haruka menatap Tomochika, kemudian Yuzuru, memperlihatkan tanda tanya besar di atas kepala.

"---tentu ia berkeringat dingin...."

Mata yang terpejam mungkin dapat mengecoh, tapi tubuhnya yang tiba-tiba merinding itu memberi jawaban tak langsung pada Tomochika. Bibir tipis gadis berambut pink bergelombang itu tersenyum penuh kemenangan.

Yuzuru membuka mata, melirik Tomochika dengan bibir berkerut. "Kenapa Mikaze?"

Melihat ekspresi Yuzuru, menghilangkan rasa kemenangan yang baru saja diraih. "Salah?"

Tomochika pikir, setelah beradu akting dengan salah satu anggota QUARTET NIGHT itu, Yuzuru---setidaknya---mulai akrab dengan Mikaze Ai. Apalagi saat pesta ulang tahun agensi, Yuzuru berdansa dengan Ai. Yaa, meski terlihat jauh dari kata romantis.

"Kalau begitu...," Haruka mengambil alih pembicaraan, "ceritakan saja tipe Yuzuru-chan seperti apa? Hm, misalnya ... kalau seperti STARISH?"

Yuzuru tak bereaksi sesaat, kemudian menelentang, memeluk bantal di atas perut, melipat kaki hingga kedua lututnya di atas. "STARISH ... senpai-tachi udah aku anggap seperti kakak. Ah, kecuali Cecil, dia cuma anak numpang!"

Tomochika menahan tawa, "Kalo Cecil dengar dia bisa nangis karena kamu!"

Yuzuru tertawa. Ingatannya melayang pada pertama kali mengenal masing-masing STARISH, alasannya tak lain karena mencari Haruka.

"Sejak bertemu, Otoya-senpai dan Natsuki-senpai, keduanya sangat ramah padaku. Kalau aku tak bertemu Haruka-ne atau Tomochan-senpai di kelas, aku bicara dengan keduanya tentang pelajaran. Setelah itu, baru kenal akrab sama Hijirikawa-senpai."

"Ah~, kenangan masa sekolah, ya?" Ingatan Tomochika melayang. "Aku ingat kamu begitu berisik di depan kelas kalau sudah bicara piyo-chan sama Natsuki!" timpalnya.

"Aku ingat Yuzuru-chan duet bareng Ittoki-kun!" Haruka mengaitkan masing-masing jari telunjuk dan tengahnya. "Kalian sangat harmonis! Tak kusangka Yuzuru-chan bisa main gitar!"

Yuzuru tersipu dengan pujian Haruka. "Otoya-senpai juga sempat mengajariku main gitar, aku sangat senang boleh memainkan gitarnya! Aduh, jadi kangen duet bareng senpai-tachi atau sama teman-teman? Jadwal selalu saja bertolakan," sedihnya. "Tomochan-senpai selalu gak bisa diajakin duet buat rekam bentar masukin ke y*utube!"

"Ya, sudah, kalau besok?"

Yuzuru tersentak. "Bener?" Saking senang, bantalnya hampir jatuh saat bangun. Kedua matanya mengeluarkan binar-binar harapan yang begitu silau-bagi Tomochika. Ia menyesal kemudian telah memberikan secercah harapan pada junior yang terlalu 'polos' itu.

Namun ekspresi kebahagiaan di wajah Yuzuru berubah seketika. Ia teringat jadwal besok, terkesiap setengah mati. "AKU LUPA! Besok pagi harus ikut audisi!!"

"Audisi apa?" tanya Haruka.

"Audisi peran film CODE:K!" jawab Yuzuru menjambak rambut sendiri. "Duh, aku harus lekas tidur!" Ia langsung masuk dalam selimut tanpa permisi.

"Oi!" geram Tomochika dengan tingkah Yuzuru sesukanya. "Eh, tunggu? Kenapa kamu tak bilang ikut audisi film tingkat internasional itu padaku??" kagetnya kemudian.

Kepala Yuzuru timbul dari selimut. "Belum aku kasih tahu, ya?"

Tomochika mencubit pipi kiri Yuzuru gemas. "Belum! Kau ini! Meski Master Course selesai, kamu masih dalam pengawasanku!"

"Maaf!" Yuzuru mengatup kedua tangannya di depan wajah. "Aku ingat, waktu mau kasih tahu lewat pesan, lupa kukirim. Mungkin."

"Mungkin?" delik Tomochika.

"Tomo-chan ikut?" tanya Haruka.

Tomochika mengibaskan telapak tangannya. "Pass. Jadwalku sudah penuh tahun ini. Terlebih, aku kurang paham film laga." Ia melirik Yuzuru. "Aku seharusnya tak sangka lagi kamu mengikuti film yang menantang. Masih belum cukup jatuh berguling ke jurang, apa?"

"Hmm, tapi yang luka parah, kan, Mikaze," jawab Yuzuru ringan.

Tomochika ingin sekali menempelengi junior yang tak 'berhati' itu. "Woi, minta maaf sama Mikaze sana!"

Yuzuru cengengesan.

"Yuzuru-chan ambil peran apa dalam audisi itu?" Haruka malah penasaran.

Dua jarinya---telunjuk dan jempol---dibentuk centang dilekatkan ke dagu, menjawab dengan suara berat. "Spy."

Tomochika menghela napas, memijit kening yang mulai berkerut. "Ya, kan? Peran berbahaya lagi?"

"Apapun itu, semangat ya, Yuzuru-chan! Aku mendukungmu!"

Yuzuru mengangguk. "Arigatou, Haruka-ne!"

Tomochika pasrah. "Tentu aku juga mendukungmu, tapi kau harus lebih berhati-hati! Kontrol emosi! Karena kamu masih belum lulus mengendalikan amarahmu."

Yuzuru mengangguk kembali, menaikkan ibu jari, "Watta yon~*. Arigatou, Tomochan-senpai!"

Haruka ikut berbaring di samping Yuzuru. "Ngantuk~."

Tomochika berada di sisi kanan Haruka, hingga gadis bermanit kuning itu berada di tengah. Ukuran kasur tak mempermasalahkan kemuatan mereka bertiga, bahkan dengan ukuran tubuh gadis belia itu masih bisa memuat satu orang. Tomochika mematikan lampu meja kemudian.

"Oyasumi~."

✴✴✴

Jam enam pagi, Yuzuru segera meluncur dari mansion Tomochika-Haruka menuju mansion-nya. Minami yang baru saja bangun tersentak begitu pintu dibuka kasar oleh sahabatnya, bahkan ia hampir meneriaki Yuzuru agar menutup pintu kembali. Tapi ia tak tega karena tahu Yuzuru pasti bersiap pergi kerja.

Yuzuru tidaklah terlambat, hanya saja jadwal berangkat yang ditetapkan manajernya, Asahina Kaoru, sedikit mencekik waktu paginya. Itu siasat Kaoru agar Yuzuru dapat bangun lebih cepat. Setelah membersihkan diri, berganti pakaian, membawa beberapa perlengkapan dalam tas jinjing, Yuzuru segera keluar dari kamar.

"Ah, Yuzuru-chan? Sarapan!" panggil Minami, ia memperlihatkan kotak bekal berharap Yuzuru membawanya.

Yuzuru berlari kecil ke area dapur, menerima kotak bekal itu. "Arigatou, Micchan! Udah jadi pengganti Kana-kasan aja!"

"Masakanku masih kalah jauh dari Kana-senpai! Dan lagi, jangan panggil aku Micchan! Kau seperti Kira saja di mataku!"

Yuzuru tergelak. "Arigatou, Minami! Aku pergi dulu ya~." Ia membalikkan badan, berlari kecil menuju pintu keluar.

"Hati-hati di jalan!"

Yuzuru turun menggunakan lift. Di dalamnya telah ada dua artis senior. Ia menyapa keduanya dengan sopan. Tak ada percakapan hingga tiba di bawah, Yuzuru tak begitu mengenal akrab keduanya, hanya di balik kaca atau sekedar tatap muka di lokasi kerja.

Setiba di bawah, Kaoru telah menunggunya, duduk di sofa yang menghadap ke lift. Wanita itu mengesap secangkir teh yang dipersilahkan padanya oleh seorang office boy.

"Pagi, Kaoru-san!" sapa Yuzuru.

"Pagi." Kaoru tersenyum, "Akhirnya kamu sudah terbiasa bangun lebih cepat. Sarapan?"

Yuzuru mengangkat kotak bekal yang diberikan Minami padanya.

"Makan selama dalam perjalanan saja, ya," saran Kaoru.

Yuzuru mengangguk, menurut.

Kaoru meletakkan gelas kembali ke meja, meninggalkannya begitu saja karena office boy yang bekerja akan segera mengambil tanpa disuruh. Di luar, mobil yang mengantar mereka telah menunggu, sang supir membukakan pintu untuk keduanya. Yuzuru berterima kasih sebelum masuk, Kaoru setelahnya. Mobil yang membawa keduanya pun berjalan meninggalkan area mansion menuju lokasi yang akan mereka tuju.

Dalam perjalanan Yuzuru segera menyantap sarapannya. Sandwich telur dengan irisan balcon, serta mayones cair yang hangat memenuhi ruang mulutnya. Ia tak takut makan berantakan, tapi Kaoru secepatnya mengantisipasi---melebarkan sapu tangan di atas pangkuan anak itu. Sembari Yuzuru makan, Kaoru membacakan jadwal hari ini.

"Kemungkinan audisi akan memakan waktu yang lama. Mereka akan menuntaskan hingga penentuan peserta semifinal. Jika hanya sekali babak penyisihan, aku akan menunggumu, tapi terlalu makan waktu. Aku akan menjemputmu kembali jika audisi telah selesai."

Yuzuru hanya menganguk, mulutnya masih penuh berisi.

"Setelah itu kamu kembali latihan lagu baru. Hari ini kamu bisa menuntaskan dua lagu terakhir."

Semenjak ShininGirl⭐ hiatus, Yuzuru belum sempat mengeluarkan lagu terbaru menandakan solo karirnya di dunia tarik suara. Ia masih mengikuti jadwal syuting yang telah berbaris menunggu. Karena tanggung membuat satu single, pihak dapur rekaman memintanya membuat mini album.

Ada sekitar lima lagu; dua dari lagu tersebut ditulis langsung oleh Yuzuru sendiri, dua lagi dibuat oleh Karmin---salah satunya telah ditentukan untuk tema lagu sebuah anime, dan Minami mendapat kesempatan pertama membuatkan lagu untuknya.

Setelah pihak rekaman mengaransemen lagu, Yuzuru akan berlatih agar dapat menyamakan nada lagu final. Baru rapat pembungkusan keseluruhan lagu, dan tujuan pasar. Saat itu Yuzuru juga diminta ikut untuk memberi pendapat karena album yang diproduksi kini atas namanya sendiri.

"Ah, iya. Malam ini akan diadakan rapat drama. Yuzuru, tak apa kamu menerima drama misteri itu?" Kaoru khawatir karena tahu Yuzuru tak suka hal yang mistis.

"Tak apa, kan aku hanya pemeran pembantu. Lagipula ada Natsuki-senpai di sana~! Aku belum pernah lihat Natsuki-senpai akting langsung di depan mataku!" ujar Yuzuru semangat.

Kaoru tersenyum pasrah. "Baiklah kalau begitu. Kuserahkan semua pada idol-ku. Meski kamu hanya pemeran pembantu, tapi akulah pemeran pembantu untuk kesuksesanmu, Yuzuru."

Yuzuru tertegun mendengar kalimat itu, ia terharu. "Arigatou, Kaoru-san."

Kaoru tersenyum tulus padanya, "Karena itu, semangatlah memenangkan audisi! Aku tahu kamu terbebani mengikuti audisi pertamamu."

Yuzuru tak sangka Kaoru menyadari kecemasannya. Ia kembali tersenyum, kali ini menandakan kelegaan hatinya.

Selama ini, Yuzuru mendapatkan pekerjaan karena luasnya jaringan informasi Karmin dan kepiawaian Kaoru menawarkannya pada pihak produser, mulai dari iklan, drama, acara televisi, maupun film. Bisa diartikan kenaikan namanya selama ini berkat kedua orang tersebut, terutama Karmin.

Namun tak ada kecurigaan, itu berkat Yuzuru sendiri yang tak sadar telah memberikan hasil yang memuaskan dalam setiap pekerjaannya.

Dua puluh menit kurang dalam perjalanan, mereka pun tiba di depan sebuah gedung perusahaan perfilman, InterCinema Company yang berdiri di sekitar pusat Saitama. Kaoru tetap mendampingi Yuzuru ke dalam, menemaninya menemukan lokasi audisi. Setelah Yuzuru mendaftar ulang kembali, mendapatkan nomor urut, Kaoru pun pamit. Selagi Yuzuru berusaha dengan audisinya, ia melakukan pekerjaannya yang lain di luar sana.

Tak mengulur waktu, Yuzuru segera masuk ke dalam ruangan audisi peran Ray. Setelah mendorong salah satu pintu dua daun itu, tak sangka ruang audisi sangat luas. Seluas ruang teater kecil memuat seratus hingga dua ratus orang.

Mulai di dekat pintu yang ia buka hingga ke depan, kursi lipat sudah dibariskan lima puluh kursi. Di depannya sudah diluangkan jarak sekitar lima meter dari kursi peserta dengan tempat para juri.

Kursi khusus juri ada lima, di atas meja sudah tersedia masing-masing papan nama para juri. Staf masih bekerja menempatkan botol mineral di atas meja juri.

Yuzuru melangkah ke dalam, menutup pintu perlahan. Sudah banyak peserta yang siap bersaing dengannya, duduk di kursi tanpa saling menyapa. Tak ada nomor di setiap kursi, berarti bebas duduk di mana saja.

Yuzuru ingin berkenalan dengan salah satu peserta, namun semua tampak individual, tak ada yang ingin mengenal lawan. Ia menahan keinginannya, diganti dengan mengamati saingan. Ia duduk di baris kedua, kursi yang dapat berhadapan dengan juri.

Peserta yang lain melakukan persiapan. Latihan vokal, membaca dialog Ray kembali, dan ada yang melakukan peregangan. Karena pertama kalinya mengikuti audisi, Yuzuru baru sadar hal tersebut. Meski audisi sama saja dengan pra-akting, ia harus mempersiapkan diri sebelum akting di depan para juri.

Ia bangkit dari kursi, melangkah menuju kursi paling sudut. Tas ia letakkan di atas kursi, melepas sweater yang dikenakannya, melakukan peregangan di sisi dinding ruang tak jauh dari kursinya.

Ia sudah hapal dialog Ray, semoga tak hilang seketika akting di depan juri karena canggung. Yuzuru tak begitu yakin latihan vokal dapat membantu karena akting Ray lebih banyak pada adegan laga.

Ia memutar badan ke kiri-kanan dengan kedua tangan memegang pinggang, meyakinkan sendi-sendi bekerja dengan baik, memutar kedua siku, melakukan peregangan otot-otot kaki, kemudian lutut secara bergantian.

Selama melakukan pemanasan, peserta yang lain semakin banyak yang berdatangan. Yuzuru ingin mencoba beradegan satu dialog Ray dengan pistol di tangan, namun saat itu para juri masuk lewat pintu di depan-lain dari para peserta, segera mengambil posisi masing-masing.

Para peserta langsung duduk rapi, begitu pula Yuzuru---duduk di kursi sebelah tasnya. Ia menoleh sedikit ke sekitar, peserta peran Ray tak begitu banyak, sekitar setengah dari kursi yang ada. Jika diperhatikan, sebagian besar peserta memiliki ciri fisik menyerupainya---bertubuh mungil dan tinggi sekitar 154-157 cm.

Tak diragukan, banyak yang sudah mundur karena ciri fisik yang 'terlalu' memadai, dan lagi harus menguasai ilmu bela diri. Yuzuru menerka sebagian besar peserta berusia lebih tua darinya. Ia berani jamin jika ada yang lebih muda darinya mengambil peran Ray yang begitu kompleks, mampu menunjukkan teknik bertarung dengan baik, orang itu akan menjadi saingan terberatnya.

Dari lima kursi, hanya empat juri yang hadir. Mereka produser, sutradara, sang penulis CODE:K itu sendiri, dan terakhir penanggung jawab casting. Yuzuru terkejut bukan main, produser dan sutradara---bahkan sang penulis CODE:K berada dalam satu ruangan. Ruang audisi Ray. Padahal audisi peran yang lain diadakan di waktu yang sama namun ketiga orang penting itu ada di sini, di depan matanya.

Ternyata tokoh utama itu sangat penting, tentu, dan mereka tak main-main mencari peran Ray.

Ray digambarkan sebagai sosok gadis bertubuh kecil, perawakannya menipu mata orang yang dikira 13 tahun, namun sesungguhnya telah berusia 20 tahun. Karena penelitian dan cairan misterius yang bersatu dengan sel-selnya, tubuh itu tetap 13 tahun selamanya. Masa lalu Ray yang gelap dan ingin menghancurkan kelanjutan penelitian cairan serupa tersebut, organisasi yang tak diketahui, akhirnya ia menerima tawaran seseorang untuk menjadi mata-mata.

Tak hanya tubuh yang kecil, tapi juga harus lincah dan pandai bela diri. Bukan akting main-main belaka. Jepang akan menjadi latar pusat cerita, negara lain akan terlibat namun mereka lebih memilih orang-orang Jepang mengadakan film besar tersebut.

Penanggung jawab casting bangkit dari kursinya, mengecek mic, dan mulai berbicara.

"Pertama, terima kasih sudah ikut dalam audisi pencarian peran untuk CODE:K hari ini. Perkenalkan, saya Noriaki Tadashi. Saya telah dipilih sebagai penanggung jawab casting. Saya akan memperkenalkan juri yang hadir kali ini, mulai dari penulis CODE:K, Cheevalia-san...," yang bersangkutan menganggukkan kepala pada semua peserta di hadapannya.

Sang penulis masih belia. Yuzuru mempekirakan lebih tua darinya, mungkin seusia Haruka, atau lebih sedikit. Namun ia yakin gadis itu tak lebih tinggi darinya. Perawakan asia namun memiliki mata bulat dan hidung mancung layak orang Eropa. Yuzuru berpikir ... bahwa sesungguhnya Ray sendiri cerminan sang penulis.

Perkenalan sutradara kemudian produser, Yuzuru mendengarkannya, namun perhatian matanya tak lepas dari sang penulis. Pertama kali membaca cerita yang telah disadur dalam bahasa Jepang itu, meski begitu, ia dapat merasakan gaya bahasa dan jalan cerita yang unik. Setiap gaya cerita selalu mencerminkan sang penulisnya, Yuzuru dapat menerawang kepribadian sang penulis, unik membuatnya tertarik.

Merasa terus diperhatikan, sengaja menoleh, satu-satunya gadis yang duduk di antara juri itu membalas pandangan Yuzuru, tersenyum ramah padanya. Yuzuru seketika memerah karena malu, membalas menyapa dengan menundukkan kepala sedikit, kemudian kedua matanya dialihkan kembali pada sang penanggung jawab casting yang kini menjelaskan aturan audisi Ray.

"Kami akan memanggil satu per satu peserta sesuai urutan nomor yang ada. Kami akan meminta kalian berakting sesuai dengan teks yang diberikan namun dengan adegan acak. Bisa jadi juri meminta peserta melakukan adlib atau beradu akting dengan sesama peserta."

Tak ada yang mempermasalahkan aturan dari pihak juri, semua menerimanya.

"Dan juga ... kami berhak memindahkan peserta yang tidak cocok dengan peran Ray ke audisi peran lain, sebagai kesempatan kedua. Jika tidak suka, kalian bisa mundur. Aturan ini juga berlaku pada audisi peran yang lainnya."

Barulah ada gumaman-gumaman para peserta. Ada yang tidak suka, ada yang mengira hal itu lebih baik daripada ditolak, ada yang takut tak dapat memerankan peran lain.

Yuzuru melirik sekitar, banyak keraguan. Ia memang tak mendapatkan dialog lain selain Ray, tapi ia sudah membaca semua novel dan setidaknya sebagian besar tahu seperti apa tokoh-tokoh perempuan lainnya dalam CODE:K, mulai dari teman hingga lawan.

Jika seandainya ia tak mendapatkan peran Ray ... ia sudah tahu audisi itu ada yang kalah ada yang menang, sama dengan pertandingan. Tidak, audisi ini memanglah pertandingan-bahkan pertarungan bagi para aktor seperti dirinya. Jika ia tak memenangkannya, apa ia akan menerima kesempatan kedua itu?

Ia akan memikirkan hal itu kemudian, terpenting ia harus fokus demi peran Ray.

"Baiklah, kita mulai saja audisi peran Ray, dimulai dari nomor pertama. Silahkan maju!"

Yuzuru ada diurutan ke sebelas. Meski bukan dirinya yang terpanggil, degup jantungnya berpacu kencang. Rasa cemas sekaligus semangat, penasaran dengan akting setiap orang yang ada dalam ruangan, semua tercampur aduk dalam ruang dadanya.

Para peserta yang tampil lebih dahulu darinya menampilkan sandiwara yang membuatnya terkagum-kagum. Tanpa sadar Yuzuru telah melupakan rasa persaingan dalam dirinya. Ia malah mempelajari setiap gerakan akting peserta lain, segala saran dari sutradara maupun sang penulis, menjadi catatan tak tertulis di benaknya.

Kecemasannya hilang, merasa dirinya ada di sebuah ruang bioskop dan menyaksikan adegan Ray berulang-ulang dengan orang yang berbeda. Ia malah menikmatinya. Namun kesenangannya terhenti semenjak sang penanggung jawab casting menyahut nomor urutnya.

Shimatta! Malah keasikan! Kebiasaan!, Yuzuru menimpali dirinya sendiri.

"Peserta urut sebelas?"

"I-iya! Hadir!" sahut Yuzuru berdiri tergesa. Melangkah ke depan, lututnya malah menendang kursi yang ada di depannya. "Aduh-duh-duh-duh," ia meringis pelan mengelus lutut yang berdenyut kesakitan.

Seluruh orang dalam ruangan tertawa akan sikap kikuknya. Ia justru terkekeh kecil, bergumam maaf kemudian.

Yuzuru berdiri di hadapan juri, membelakangi para saingannya. Mendadak, jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi punggung dan pelipisnya. Matanya mengerjap berkali-kali karena cemas kembali menghantui di balik punggungnya. Juga karena puluhan mata menatapnya di belakang.

"Lututmu tak apa?" tanya sang penulis.

Yuzuru mengangguk, tawa gugupnya menambah gelitikan para peserta. Mereka bergumam bermacam-macam komentar. Yang buruk, Yuzuru tak peduli, gadis itu kini terfokus kembali pada sang penulis berperawakan asing itu. Dan lagi....

Suaranya lunak sekali~ ramah lagi~ kyaaa....

Yuzuru fangirling sendiri terhadap penulis buku yang ia favoritkan itu. Ia malah senyam-senyum sendiri membuat keempat juri terheran-heran.

"Baiklah, perkenalkan dirimu terlebih dahulu," pinta Noriaki Tadashi.

Yuzuru melupakan langkah pertamanya. "Ma-maaf!" ia menundukkan kepala karena tak fokus. Kepalanya ditegakkan kembali, "Perkenalkan, nama saya Kitani Yuzuru dari Agensi Shining. Mohon kerjasamanya!"

"Agensi yang didirikan Shining Saotome?"

"Berarti lulusan Saotome Academy?"

"Aa~ dia kan yang shining-shining apa gitu? Kan udah bubar ya?"

"Karena tak laku tentu saja!"

Yuzuru menahan emosi sekuat batinnya. Ia mengingatkan diri untuk tidak menghancurkan apapun yang ada di dekatnya, mengingat pesan Tomochika agar dapat mengontrol amarahnya.

Sabar... sabar... sa~ba~r...

"Ah, aku tahu kamu," ujar sang penulis mengukir senyum, "aku suka melihat y*utube, kamu mengaransemen lagu dengan gitar akustik. Suaramu imut dan menggemaskan!"

Yuzuru tersipu. "Arigatou gozaimasu...."

"ShininGirl⭐ kalau tak salah namanya, kan?"

Yuzuru mengangguk dengan terkaan Cheevalia. "H-hmm..." Tak sangka penulis dari luar negeri itu mengenal dirinya. Ada rasa kagum terhadap diri sendiri. Kepercayaan dirinya kembali terkumpul berkat sang penulis. Dan gumaman buruk terhadapnya mereda seketika.

Cheevalia melanjutkan kalimatnya. "Awal aku mengenalmu, aku berharap kamu juga ikut audisi. Aku senang fantasiku terwujud! Melihatmu di sini bagaikan takdir. Tapi...," ada jeda lama. Menunggu lanjutan kalimat sang penulis membuat Yuzuru berdebar.

"Bukan sebagai Ray...."

Tertegun.

Yuzuru tak mengerti maksud arah pembicaraan sang penulis yang sebelumnya tak berbicara terlalu banyak pada peserta lain. Penulis itu mengenalnya, ada keinginan ia menjadi salah satu aktor yang memerankan salah satu karakter fiksinya, namun bukan sang tokoh utama.

Gadis dengan rambut coklat sebahu itu memangku dagu dengan sebelah tangan. "Hei, aku punya penawaran." Yuzuru belum memulai apa-apa namun penulis itu menatapnya dengan imingan. "Bagaimana kalau kau kuloloskan langsung sebagai peran Utau?"

Mata Yuzuru membola.

"Itu berarti ... namamu kucoret dari audisi Ray," lanjut Cheevalia.

Yuzuru masih terdiam, menerka-nerka maksud sang penulis. Apa Cheevalia sedang menguji dirinya? Atau hanya sekedar melontarkan candaan?

Baru kali ini ia mengikuti audisi dan tak menyangka akan diberi tawaran cuma-cuma. Apa hal itu ada? Ia lupa bertanya pada Tomochika tentang audisi, seharusnya ia bertanya, pada siapa saja, pada senior, pada Kaoru atau Karmin, atau Go*gle-san?

Yuzuru menjernihkan pikiran. Bagaimana jika ia menerima tawaran tersebut? Apa yang akan terjadi padanya? Jika tawaran itu bukanlah kebohongan, ia berada dalam posisi aman. Tapi ia tak akan mendapatkan kesempatan mencoba berperan sebagai Ray meski hanya audisi.

Kenapa sang penulis memberinya kesempatan dengan mudah? Apa hanya karena menyukai video yang ia unggah di y*utube? Utau adalah seorang karakter pendukung, juga teman senasib Ray. Tubuh Utau tetap kecil, memiliki kekuatan pada suaranya, namun gadis itu buta. Yuzuru tak pernah berencana mengambil peran Utau yang baginya tak menantang.

Yang ia inginkan ialah peran Ray. Bukan karena tokoh utama, melainkan agedan dan sikap Ray yang menurutnya sangat keren. Yuzuru ingin memerankan tokoh fiksi favoritnya.

Jika dipikir lagi, menerima tawaran dan mundur dari audisi sama saja dengan mengalah, bukan? Itu sama saja dengan keraguannya memertahankan tujuan awal mengikuti audisi hari ini. Dan lagi ... tidak adil bagi yang telah berusaha demi peran yang diinginkan, baik mereka yang menginginkan peran Ray maupun peran yang lain.

"Bagaimana, Kitani Yuzuru-san?" Cheevalia meminta keputusan.

Yuzuru mengumbar senyum kemudian. "Terima kasih atas tawaran yang diberikan kepada saya, saya sangat terkesan akan pujian yang Cheevalia-san berikan. Bahkan pernah melihat video tak jelas itu, heheee," ia terkekeh sebentar, "tapi ... mohon maaf, saya ingin berusaha mendapatkan peran Ray dengan kekuatan saya sendiri."

Yuzuru membungkukkan badan dengan sempurna.

Sayang, ia melewatkan senyum lebar sang penulis menolak tawarannya. "Sayang sekali."

Yuzuru menegakkan badannya kembali. "Mohon berikan saya perintah sesuai dengan peserta lainnya."

Keempat juri saling menatap, mereka memutuskan Cheevalia yang memberikan ujian.

"Baiklah, Kitani-san. Coba perankan adegan Ray yang menyusup ke dalam sekolah di malam hari. Di sana ada satu pelaku, ada satu saksi, dan ada satu sandera yang harus diselamatkan. Perankan sesuai dengan teks, silahkan!"

Yuzuru mengangguk paham. Ia pun mengambil posisi. Saat ia melangkah ke sudut ruangan membuat semua orang tak sangka ia meninggalkan panggung-area kosong yang berada di antara tempat duduk juri dan tempat duduk peserta. Ditambah, ia mengikat keseluruhan rambutnya ke samping. Tak ada yang menyadari kecuali sang penulis.

"Tak ada dalam teks," gumam Cheevalia, "dia ... membaca novelku?"

Gumaman sang penulis hanya didengar oleh ketiga juri. Mereka ikut terperangah, menyangkal mengikat rambut itu hanyalah sikap tambahan buatan Yuzuru saja. Memang, dalam cerita Ray tak sempat melepas ikat rambutnya karena baru dari pengecohan seorang pria agar dapat mendapatkan info sandera.

Yuzuru memulai aktingnya. Meraba udara bagaikan ada dinding di hadapannya, bagaikan berada di sudut ruangan sesungguhnya, menyembunyikan keberadaan, melirik kiri-kanan. Pandangan mata polosnya kini begitu serius dan tajam menatap sekeliling.

Ia terlihat tengah berada di lokasi sesuai dalam cerita. Di sebuah sekolah, menyelinap masuk tanpa diketahui oleh siapapun. Meraba jendela yang dapat dibuka, dapat satu, segera tangannya membuka jendela 'bayangan' itu, menggesernya perlahan. Sepatu ia buka, dijinjing, ia pun melompat masuk. Dengan cepat memasang sepatu, dan ia pun berlari dengan kaki menjinjit agar tak mengeluarkan bunyi di setiap langkah.

Setiap belokan maupun pintu yang akan dilewati, diintip terlebih dahulu, merasa aman, ia kembali melanjutkan langkah. Cepat. Semakin cepat melangkah. Tangan kirinya seakan mengambil sesuatu dari balik rok. Tak ada yang melihat namun mereka semua yakin Yuzuru menyiapkan pisau kecil di balik telapak kirinya itu.

Kepalanya kembali melirik salah satu pintu 'bayangan'. Kedua matanya menyipit, ada sesuatu di balik pintu itu. Tangan kanannya perlahan menggeser pintu 'bayangan', mengintip, bola matanya bergerak cepat ke kiri-kanan. Akhirnya ia menggeser pintu lebih lebar agar tubuhnya muat masuk, kemudian menutupnya cepat namun halus.

Tangan kirinya sudah siap melepas pisau. Yuzuru melangkah perlahan seakan mendekati sesuatu. "Tokida Maiharu?"

Ya. Di sini Ray meyakinkan apa gadis yang terikat di kursi dalam ruang fisika itu bernama Tokida Maiharu. Yuzuru melangkah seakan memutari kursi tersebut, raut wajahnya berubah, terlihat terkejut, langsung bersimpuh. "Tidak, apa aku terlambat?"

Ia seakan memegang dahi seseorang di udara, kemudian dua jari direkatkan seakan memeriksa denyut jantung di leher. "Syukurlah, masih hidup."

Yuzuru melupakan sweater yang ia kenakan dari mansion kini berada di atas kursi penonton, terpaksa ia berpura-pura melepas jaket yang seakan ada ia kenakan lalu memasangkannya pada orang bayangan tersebut.

Menyandarkan tubuh orang itu, kemudian menampar udara. "Bangun, Tokida Maiharu!" Suara perintahnya terdengar lunak namun tegas. "Jawab aku. Apa kamu mengenali dirimu sendiri? Namamu? Bagus. Dengar, aku akan mengeluarkanmu, tapi kamu harus mengenakan kedua kakimu untuk berlari."

Pisau bayangan yang sedari tadi di tangan kirinya itu digunakan melepaskan ikatan. Ia menarik lengan sandera, namun tangan itu tertarik ke bawah kembali. "Kakimu kram?" Ia menunduk lalu mencubit udara, kemudian tersenyum. "Bereaksi berarti sarafmu masih bekerja. Berdiri dan tetaplah di belakangku!"

Yuzuru mengendap membuka pintu keluar, berharap tak ada siapapun. Tangan kirinya menarik udara seakan menarik tangan sandera agar berlari bersamanya keluar. Namun langkahnya terhenti. Ada sesuatu---seseorang di hadapannya. Ia menyembunyikan eksistensi seseorang di balik punggung kecilnya, menatap tajam ke depan. Ia terdiam sesaat, bukan karena tak tahu harus bagaimana, tapi ia sedang mendengar lawannya bicara.

Yuzuru pun berdengus. "Voila, terkaanku juga benar. Kau di sini seorang diri dan melakukan percobaan pada siswi yang memiliki catatan lahir premature. Sayang kita di sekolah, tak boleh ada darah di fasilitas umum. Kau beruntung tak mati hari ini."

Setiap tekanan suara, berat, meremehkan lawan, dan berdiri dengan siaga untuk menyerang kapan saja, semua orang terkagum akan aktingnya. Padahal hanya audisi tapi Yuzuru telah mengerahkan seluruh kemampuan aktingnya.

"Hebat, ia bagaikan bersatu dengan peran Ray."

"Lebih dari itu, ia membuktikan pada kita bahwa ia sendirilah Ray itu."

"Sensei, apa Anda sudah menetapkan pilihan?"

"Baru peserta kesebelas, Kondo-san, masih ada empat belas yang belum menunjukkan 'Ray' mereka."

Namun tak dipungkiri, sang penulis terkagum akan akting Yuzuru yang hampir mengikuti alur cerita, bukan teks sederhana yang dibuatnya khusus untuk para peserta audisi peran Ray.

Yuzuru melepaskan pegangannya di udara. "Tokida-san, bersembunyilah kembali ke dalam."

Seakan sandera itu telah bersembunyi, Yuzuru menghindari serangan mendadak hingga ia memiringkan tubuh ke kanan, menundukkan tubuh, menaikkan lutut kiri untuk menendang mundur lawan. Tubuhnya berputar sedikit dengan tumpuan kaki kanan, kemudian melesatkan pukulan dengan telapak tangan kiri ke tengkuk lawan.

Jari telunjuk menekan lunak lubang telinga, "Hidupkan mesin. Kuserahkan sandera padamu, Tanaka-san." Ia pun menghela napas. "Tokida-san, keluarlah---

Cheevalia langsung menepuk tangan dengan keras, kemudian bertepuk tangan sesungguhnya, diikuti ketiga juri lainnya.

Yuzuru tersadar dari aktingnya. Semua imajinasinya, latar sekolah di malam hari, sosok sandera bahkan lawan menghilang dalam sekejap. Tak sangka napasnya terengah. Tak hanya para juri, peserta lainnya ikut bertepuk tangan. Yuzuru menundukkan badan pada keempat juri lalu pada peserta yang lain.

"Te-terima kasih...."

"Keren...."

"Aktingnya lebih hebat dari yang lain."

"Sial, aku setelahnya, tambah canggung!"

Kini Yuzuru menerima pujian. Setelah berakting, ia kembali canggung menatap para juri. Ia menunggu keputusan juri selanjutnya.

"Terima kasih atas aktingnya, Kitani Yuzuru-san. Silahkan kembali ke tempat duduk," ujar penanggung jawab casting yang tersentak hampir saja melupakan peserta selanjutnya.

Yuzuru menundukkan badan kembali sebelum melangkah kembali ke tempat duduk.

"Baiklah, peserta berikutnya, nomor urut dua belas!"

*
*
SHINING IDOL!! part.2
Chapter 01 - CODE:K Audition
-bagian pertama-
~bersambung~
*

*

[*catatan]

watta yon = sebenarnya dari wakatta, mengerti😅, di anime pernah dengar singkat begini 😅 yon cuma tambahan kata dari yo, yon itu biar kedengaran imut 😆

arigatou = terima kasih; arigatou gozaimasu = terima kasih banyak

oyasumi = selamat tidur

❇❇❇

Writer's Conerse📝

Chapter pertama kok panjang begini amet ya?? Aku sendiri yang nulis kaget luar binasa!

Waktu buat kerangka cerita setiap chapter, aku emang mengira bakal panjang, diperkirakan satu chapter ada 4k kata, tapi nyatanya chapter pertama saja.......... dua kali lipat dari perkiraanku! Apalagi chapter selanjutnya 😅 /ngakak sendiri/

Jadi... aku bagi dua aja satu chapter, ya? Untuk ke depannya mungkin akan sama, mungkin bisa lebih, atau pas satu terbit satu chapter saja. Di setiap judul akan aku beritahu. Apdet masih asal, jadi potongan ceritanya bisa jadi beberapa hari kemudian, gak bisa ditentuin satu chapter dalam minggu yang sama 😫🙇

Maap yaaaa.... (_ _)

Kalau ada salah ketik, saran dsb, jangan segan untuk berkomentar, ya! Komen sekedar ketawa aja juga boleh 😊 atau sedih, kesal, seterah, asal jangan bawa nama peliharaan atau ternak 😇 kecuali kucing, soalnya aku suka kucing 😘😽

Sampai jumpa di chap1 bag.2~😄

kapan? :'v

Kagayaki idol mezashou!
Koala-KOibumi ALAna :v
8 Agustus 2017

🐨🐨🐨🐨🐨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top