3. You must believe God
Kira-kira kami menunggu lima sampai sepuluh menit, hingga mobil polisi dan ambulan datang. Ekspresi wajah Sakura terlalu tegang ketika diinterogasi sebagai saksi, sehingga mau tidak mau aku yang banyak berbicara kepada polisi. Ambulan membawa jenazah Kitaro ke rumah sakit untuk diautopsi, sementara polisi sibuk membuat garis kuning dan mencatati sesuatu di buku saku kecil. Keadaan sekitar yang awalnya hening, tiba-tiba menjadi ramai. Banyak orang berbondong-bodong datang ke TKP (kebanyakan orang sekitar), untuk melihat mayat Kitaro.
Sementara aku dan Sakura lebih memilih untuk meneruskan perjalanan pulang.
"Akan kuantar sampai rumah."
Tubuh Sakura masih bergetar dan jalannya agak terseok-seok. Mau tidak mau aku menuntunnya pulang. Meski rumah kami hanya berjarak dua meter, aku tidak yakin Sakura tidak akan ambruk saat berjalan sendiri ke rumahnya.
"Haru-kun." Sakura membalikkan badan. Kami berdua sudah sampai di depan rumahnya. "Apa benar Shinigami yang membunuhnya?"
"Sakura-chan." Aku tertawa seraya menggeleng kecil. "Shinigami tidak sekejam itu. Itu hanya tugasnya."
"Tapi—"
"Kan benar apa yang kukatakan, orang seperti itu pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal. Kau juga setuju kan dengan itu?"
"Tapi maksudku bukan mati."
Aku mendesah panjang. "Kau terlalu tertekan, Sakura-chan. Lebih baik kau segera beristirahat. Besok ada tugas yang harus dikumpulkan, 'kan? Kau tidak boleh stress, nanti kau tidak bisa menyelesaikannya."
Dengan begitu aku pamit untuk pulang ke rumah. Kupikir semua rentetan kejadian mulai dari hinaan Kitaro hingga laki-laki itu ditemukan dalam keadaan meninggal sudah cukup untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan ganjaran yang setimpal. Sampai kapanpun aku akan percaya pada Dewa.
Namun baru lima langkah dari depan rumah Sakura, gadis itu memanggil namaku kembali, membuatku membalikkan badan. Sakura tiba-tiba sudah ada di hadapanku.
"Bagaimana kalau ternyata Kitaro-kun dibunuh?" Sakura seperti hendak menangis, tapi dia tidak menemukan alasan untuk menangis (atau tepatnya menangisi Kitaro), jadi gadis itu hanya menatap sekeliling dengan gamang sebelum berakhir padaku. "Terakhir kali ketika kau berkelahi dengannya apakah kau tidak merasakan kejanggalan? Seperti ada orang jahat di sekitar kalian begitu? Haru-kun, aku tahu Kitaro memang anak nakal, tapi ini sudah berlebihan."
Aku meletakkan kedua tanganku di pundak Sakura, menatapnya dalam. Aku bersumpah ini benar-benar kalimat terakhir yang kukatakan padanya hari ini.
"Apapun yang terjadi, kau harus percaya kepada Dewa."
Aku melihatnya, air mata Sakura yang menetes.
Atau kau bisa mewujudkannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top