15-Ketulusan

Pagi ini, di sebuah restoran milik salah satu prajurit Marley bernama Niccolo. Hanji dan Onyankopon beserta 6 prajurit Survey Corps. Mikasa, Armin, Akame, Akira, Jean, dan Connie ikut menemani Hanji bertemu pemilik restoran ini.

_____________

"Survey Corps. Kalian... Ada apa kalian datang ke sini?"

"Aku sedang sibuk dengan pelangganku. "Ucap Niccolo. "Ah, tidak apa-apa jika kau ingin kembali bekerja. Hanya saja, ada yang ingin kami bicarakan denganmu. "Ucap Hanji menjelaskan tujuannya datang ke restoran milik Niccolo.

"Bicara? Soal apa?"

"Kau tahu... Ada sesuatu yang mengganggumu bukan? "Ucap Hanji mencoba sekedar berbasa-basi dengan Niccolo. "Ini soal penahanan pasukan sukarelawan. Kami ingin bertanya beberapa hal. "Ucap Onyankopon langsung ke inti pembicaraan.

"Ya, baiklah."

Niccolo dengan segera membawa Hanji dan Onyankopon beserta prajurit Survey Corps yang ada menuju sebuah ruangan yang berada tak jauh dari tempat mereka sebelumnya.

"Bisakah kalian menunggu disini?"

"Aku tidak tahu kalau ada ruangan ini. "Ucap Hanji. "Pasti ini ruangan khusus orang penting, bukan? "Tebak Connie asal.

Jean yang juga sedang melihat sekeliling ruangan tersebut teralihkan oleh botol bir yang tersusun rapi di rak yang berada tepat disebelah pintu masuk.

"Anggur yang sering sekali kudengar. "Seru Jean mengambil sebotol bir yang berada di rak tersebut. "Sepertinya ini hanya boleh diminum prajurit. "Ucap Jean asal-asalan.

"Apa?! Bukankah kita Survey Corps juga prajurit?! "Ucap Connie bersemangat dengan ungkapan Jean barusan. "Benar, kita pantas sedikit bersenang-senang. Mari kita coba. "Ucap Jean tersenyum tipis.

"Jangan sentuh itu!"

Tiba-tiba Niccolo datang dan merebut bir yang berada di tangan Jean. Kedua prajurit tadi seketika bingung dengan tingkah Niccolo yang tiba-tiba itu.

"Ada apa, Niccolo? Kami cuma bercanda saja. Kau tida perlu bereaksi seperti itu. "Ucap Jean mencoba menenangkan Niccolo. Nafas pemuda bersurai pirang itu tak teratur. Hanji, Mikasa, dan Armin hanya diam dan menatap heran dengan tingkah Niccolo yang sangat aneh.

Niccolo menggertak giginya dengan kuat. Pemuda itu memutar badannya menghadap kearah Jean dan Connie. "Minuman ini tidak pantas dimimun orang Eldia! "Bentak Niccolo. Kedua prajurit tersebut terkejut sekaligus tak percaya dengan apa yang diucapkan pemuda tersebut.

"Niccolo, kau masih ingin membicarakan soal itu? "Ucap Jean menatap tajam Niccolo. "Minuman itu peduli dengan Ras apa yang meminumnya?! Sambung Jean menarik kerah baju koki milik Niccolo tinggi.

"Jangan sentuh aku, orang Eldia!"

"Hanya karena aku bersikap baik, bukan berarti aku teman kalian. "Ucap Niccolo sedikit bergemetar karena intimidasi dari Jean(?). Jean tertegun sesaat mendengar ucapan yang dilontarkan Niccolo. Iris coklat Jean semakin menatap tajam kepada pemuda dihadapannya.

"Kah pikir kah ith siapa?! Kau itu cuma-"

"Hanya sandera, bukan? "Ucap Niccolo tersenyum kecut. "Berarti kita impas, orang Eldia. "Ucap Niccolo lagi sebelum pergi meninggalkan pasukan sayap kebebasan tersebut. Jean hanya menatap tak percaya dengan ucapan Niccolo yang berubah secara tiba-tiba.

"Ada apa dengannya?"

"Sial! Aku tidak mengerti! "Umpat Jean. Pemuda itu langsung duduk pada kursi yang terdapat di ruangan tersebut.

Suasana diruangan itu cukup hening. Tak ada seorangpun dari mereka yang membuka pembicaraan. "Ngomong-ngomong, dimana kak Aran? "Tanya Akame yang sedaritadi diam.

"Dia sedang menemui Levi yang sedang menjaga Zeke bersama 30 prajurit tambahan yang diutus beberapa waktu yang lalu. "Jelas Hanji pada Akame. "Tapi, Anda tidak mengatakan hal itu ketika rapat tadi. "Ucap Akira. Hanji menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara.

"Ini keputusan dari Aran sendiri."

Sontak ke-enam prajurit tersebut langsung terkejut dengan tindakan Aran. Wajar saja, Aran biasa tidak pernah bertindak sendiri yang berhubungan dengan militer. Walaupun ada beberapa hal dimana ia melakukan tindakan sendiri namun ia tetap meminta pendapat dari Erwin, Levi, ataupun Mike. Dan semenjak kembali dari Liberio, pemuda bersurai hitam pekat itu bertindak sesuka hatinya tanpa meminta pendapat seseorang.

"Dasar manusia bodoh! "Ucap Connie yang langsung mendapatkan tatapan datar dari teman-temannya. "Aku ingin ke toilet sebentar. "Ucap Armin beranjak keluar dari ruangan tersebut.

Pemuda bersurai pirang tersebut segera menghilang dari balik pintu dan segera menuju toilet. Ketika hendak menuju toilet, Armin melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Sontak ia memanggil Hanji beserta teman-teman untuk melihat apa yang sedang terjadi dihadapannya.

Niccolo terlihat berdiri dengan tangan kanannya yang sedang menggenggam pisau dan di tangan kirinya terdapat seorang anak yang sedang tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari belakang kepalanya.

"Apa yang coba kau lakukan?! Hei! "Teriak Jean. "Jangan mendekat! Pergi! "Ucap Niccolo mengarahkan pisau yang berada di tangannya menuju leher anak yang berada ditangan kirinya yang tak lain adalah Falco.

"Aku hanya ingin membalaskan dendam atas kematian Sasha! "Seru Niccolo. "Hentikan... "Ucap Gabi lirih.

"Falco tidak bersalah!"

"Siapa bocah ini bagimu?! Apa djja orang yang penting bagimu?! "Ucap Niccolo semakin meninggikan suaranya. "Kalau kau punya orang yang spesial, aku juga punya! Orang Eldia! Keturunan iblis! Tapi dia yang paling menikmati makananku daripada siapapun! "Ucap Niccolo penuh emosional. Hanji beserta Armin dan yang lainnya bersiaga jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Dia telah menyelamatkanku dari perang bodoh ini. Dia menunjukkan kalau aku dapat memberikan kebahagiaan lewat makanank! Dia adalah Sasha Blouse! Wanita yang telah kau bunuh!!!"

"Aku juga kehilangan orang yang kusayangi karena dia terbunuh! Sasha Blouse-lah yang membunuhnya! Karena itulah aku membalas dendam, karena dia yang membunuh duluan! "Balas Gabi. "Aku tidak peduli siapa yang mati duluan! "Bentak Niccolo. Pemuda itu semakin mendekatkan pisau yang berada di tangannya pada leher Falco. Gabi berusaha menyadari Niccolo bahwa dia adalah orang Marley dan mengatakan bahwa ia telah dihasut oleh para Eldia di paradis.

"Niccolo, beri aku pisaunya. "Ucap Tuan Blouse pada Niccolo. Badan Gabi seketika menegang karena yang membuka suara tadi bukanlah Niccolo melainkan ayah Sasha.

"Cepat."

Niccolo dengan segera memberikan pisau yang berada di tangannya pada Tuan Blouse. Dengan tatapan yang kosong, Tuan Blouse berjalan dan berdiri tepat disamping Gabi. Pasukan Survey Corps hanya bisa menatap tak percaya dengan apa yang akan dilakukan oleh Tuan Blouse terhadap Gabi.

"Sudah cukup, Tuan Blouse! "Ucap Hanji berusaha menghentikan tindakan Ayah Sasha. "Turunkan.... Pisaunya. "Ucap Hanji lagi. "Sasha dulunya adalah pemburu. "Ucap Tuan Blouse. "Apa? "Ucap Hanji tak mengerti maksud ucapan Tuan Blouse.

"Aku mengajarinya cara menggunakan busur dan anak panah, lalu kami berburu makanan di hutan sejak dia masih kecil. Seperti itulah cara kami hidup. Tapi-"

"Kami tahu akan tiba hari dimana kami tak bisa hidup seperti itu lagi, jadi aku membuat Sasha pergi meninggalkan hutan. Lalu, dunia menjadi semakin besar. Sasha menjadi prajurit, pergi ke negara lain dan menembak masyarakat di sana. Lalu dia tewas ditembak orang lain. Sepertinya, saat kupikir dia akan meninggalkan hutan, seluruh dunia adalah satu hutan yang besar dengan aturan membunuh atau dibunuh. Menurutku, Sasha terbunuh karena dia menjelajah terlalu jauh di hutan itu. Setidaknya, kita harus membiarkan anak-anak ini keluar dari hutan. Kalau tidak, hal yang sama akan terus-terusan terjadi. Karena itu-"

"Tanggung jawab kami sebagai orang desa adalah menanggung dosa dan kebencian dari masa lalu. "Ucap Tuan Blouse panjang lebar. "Niccolo, tolong lepaskan Ben. "Ucap Nyonya Blouse menyebut nama samaran Falco yang ia gunakan untuk bertemu dengan Niccolo yang berujung dalam tragedi seperti ini.

Dengan segera Niccolo menyerahkan Falco kepada Tuan Blouse dan Nyonya Blouser untuk memberikan penolongan pertama. Jean dan Connie segera menenangkan Niccolo yang sedang dalam keadaan tidak stabil. Sementara Mikasa memeriksa kondisi Gabi yang masih syok dengan apa yang barusan ia alami.

"Mia, kau tidak apa-apa? "Tanya Tuan Blouse menyebut nama samaran Gabi. "Apa kalian benar-benar tidak membenciku? "Ucap Gabi tak percaya.

"Arghh!!!!"

Tiba-tiba dari arah belakang muncul Kaya, gadis yang sempat diselamatkan Sasha. Gadis bersurai pirang panjang itu mencoba menusuk Gabi namun dengan sigap Mikasa menahan tangan Kaya yang hendak menusuk Gabi.

Nyonya Blouse dan Tuan Blouse dengan cepat menarik Kaya menjauh dari Gabi. Sementara Kaya terus memberontak dan meneriaki Gabi.

"Ayo kita bawa dia dari sini. "Ucap Armin membawa Gabi keluar dari ruangan tadi ditemani Mikasa bersamanya.

_____________



Tbc

Yo!!!

I'm back again!!!

Sorry baru bisa update soalnya lagi suasana lebaran dan banyak yang berkunjung kerumah. Walaupun Author sering update malam seperti jam 3 dini hari. Tapi, rasanya capek banget pas malam karena rame yang berkunjung dan juga Author sibuk ngurusin tamu karena gak ada anak perempuan dirumah Author. Sekarang Author juga udah jarang begadang rasa kantuk cepat banget datang. Biasanya sanggup sampe jam 3 sore gak tidur, sekarang cuma sampe jam 12 malam dan pengen tidur cepat terus.

Dan kebetulan Author saat ini lagi free, lagi bebas juga dan mumpung sanggup begadang lagi. Author update lagi.

And buat pertanyaan di chapter sebelum, hasilnya seri. Author udah tanya juga ke teman-teman Author dan hasilnya juga seri. Jadi Author ambil jalur tengah.

Author bakal buat keduanya tapi belum tau juga Aran bakal berada dimana. Jadi, liat aja di next chapter.

Author mau tidur~

Jangan lupa vote and comment

See you!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top