13-Yeagerist
"Ini sudah diluar dugaanku. "Rutuk seorang pemuda bersurai hitam pekat. Pemuda berjalan lemah menuju ke markas Survey Corps. "Gara gara terburu-buru aku jadi lupa sarapan. "Gumamnya.
"Akame-Heichou!"
Pemuda bersurai hitam pekat itu sontak menoleh kearah suara tersebut. Terlihat seorang gadis bersurai perak pendek dengan kacamatanya yang bulat. "Rico? Apa yang sedang kau lakukan disini? "Tanya pemuda itu. "Saya baru saja kembali dari tugas dan saya berniat untuk memberi laporan kepada Komandan Pixis. Namun, saya tidak sengaja bertemu dengan Anda dan saya menghampiri Anda hanya untuk sekedar menyapa saja. Kapten Akame. "jelas Rico.
"Panggil aku Aran saja dan juga tidak perlu formal seperti itu. Kita seumuran bukan?"
Note: jujur Author gak tau umur Rico berapa dan Author udah search google juga. Dan gak ketemu juga. Jadi, ya Author buat umur Rico seumuran dengan Aran yaitu 24 tahun.
"Ya, baiklah, akan saya usahakan. "Ucap Rico. "Bagus. "Ucap Aran singkat. Aran melirik jam tangannya dan melihat waktu yang hampir menujukkan waktu untuk melakukan pertemuan dengan Hanji.
"Sial!"
"Rico, aku pergi terlebih dahulu! Aku ada laporan yang harus diberikan kepada Hanji! "Ucap Aran panik setelah melihat jamnya. Dengan segera Aran berlari menuju markas Survey Corps. Namun, langkahnya terhenti karena Rico memanggilnya kembali.
"Tunggu sebentar! A-aku ingin memberimu sesuatu."
Rico kemudian mengeluarkan 2 potong roti, sebuah kertas, dan juga sebuah kotak berwarna hitam. "I-ini untukmu. A-aku tahu kau belum makan jadi ini roti untuk mengganjal perutmu dan ini seseorang yang ingin memberikannya padamu tapi tidak berani. "Ucap Rico memalingkan wajahnya yang memerah. Aran hanya bisa menatap bingung kearah Rico yang memberikannya roti dan hadiah dari seseorang.
"Ah! Ya, terima kasih banyak atas hadiahnya dan juga rotinya, Rico! "Seru Aran yang kemudian menghilang dibalik tikungan.
'Semoga kau menyukainya, Kapten.'
_________
Derap langkah kaki terdengar di lorong-lorong markas. Seorang pemuda bersurai hitam pekat terlihat tergesa-gesa karena sepertinya ia terlambat.
Brak!
"Maaf aku terlambat."
Pintu terbuka dengan keras dan membuat seluruh prajurit yang ada di dalam ruangan tersebut mengarahkan pandangannya menuju pemuda itu.
"Tumben sekali kau terlambat, Aran. "Ucap Connie datar. "Banyak hal yang harus aku urus. "Ucap Aran menutup kembali pintu ruangan itu. "Jadi, kita bisa memulai introgasi mereka? "Ucap Jean menunjuk kearah 4 orang prajurit Survey Corps yang salah satunya terdapat Floch.
"Sebaiknya kita menunggu Hanji saja. Karena, dia harus mendengar langsung perkataan yang keluar dari mulut mereka. "Ucap Aran menatap tajam ke-4 prajurit tersebut.
Tak lama kemudian Hanji datang dengan wajah yang penuh dengan pikiran. Gadis berkacamata itu berjalan mendekati ke-4 prajurit tadi.
"Jadi kalian yang membocorkan informasi soal Eren, ya? Holger, Wim, dan Louise merupakan prajurit baru, lalu Floch. Kenapa kalian melakukannya. "Ucap Hanji langsung ke inti pembicaraan.
"Karena Eren seharusnya dibebaskan. Dia tak melakukan tindakan yang salah. Kita menghadapi lawan yang besar dan tak terhitung jumlahnya. Dan kita berhasil meraih kemenangan. Dari kemenangan itu kita mendapatkan kekuatan Rumbling yang tak tertandingi. Sehingga kita bisa terus hidup. Eren telah menyelamatkan seluruh penduduk Kekaisaran Eldia yang baru. "Ucap Floch menjelaskan tujuannya membocorkan informasi tentang Eren yang di penjara.
"Tak ada jaminan kalau Rumblinh akan mempan sesuai harapan kita dan menyelamatkan kita. Jujur, menurutku itu hanyalah kabar angin saja. "Ucap Hanji yang sepertinya tak setuju. "Itu karena Anda terus mengurung Eren di penjara, 'kan? "Ucap Floch yang membuat Hanji terdiam beberapa saat.
"Apakah membuang-buang waktu seperti ini akan menguntungkan kita? Kalau seperti ini, kemenangan besar yang baru kita peroleh akan menjadi sia-sia. Yang memimpin negeri ini adalah Eren Jaeger. Bebaskan dia sekarang juga! "Titah Floch. "Mungkin yang kamu ucapkan itu benar. Terlebih lagi, akulah yang mengeluarkan keputusan untuk mengikuti rencananya Zeke. Semuanya adalah tanggung jawabku. "Ucap Hanji lemah.
"Karena itulah, aku tak mentolerir yang bertindak seenaknya lebih dari ini. Kalian akan dihukum karena membocorkan informasi soal Eren. Bawa keempat orang ini ke sel."
"Kalau itu demi kemenangan umat manusia di dalam tembok, dengan senang hati saya lakukan!"
Seluruh prajurit yang berada di dalan ruangan itu segera keluar dan membawa Floch dan 3 prajurit lainnya menuju ruang sel. Dan yang tersisa di dalam ruangan itu hanya Hanji seorang.
Hanji terlihat ingin sekali memukul sesuatu dan berteriak karena ia hanya akan membuat keributan di ruangan itu.
"Aku lelah."
"Istirahatlah jika kau kelelahan, Hanji. "Ucap Aran yang berada tepat dibelakang Hanji. Hanji yang mengetahui bahwa Aran belum keluar dari ruangan tersebut langsung terkejut.
"Aran?! "Pekik Hanji. "Kau seperti melihat hantu saja. "Ucap Aran datar. "Jika kau merasa lela, istirahatlah dan biarkan aku yang menyelesaikan tugasmu itu. "Sambung pemuda bersurai hitam pekat itu. "Tidak. Masih ada yang perlu kucari tahu. "Ucap Hanji berdiri dari kursinya.
"Dasar kau ini. Hei, aku sudah mendapatkan informasi yang mungkin berguna untukmu. "Ucap Aran. Hanji yang mendengar hal itu sontak berbalik dan menatap lekat Aran. Pemuda bersurai hitam pekat itu mengeluarkan sebuah dokumen dan menyerahkannya kepada Hanji. "Disana terdapat informasi tentang lokasi pasti dari Pasukan Relawan yang di tahan oleh Garrison dan itu sudah termasuk lokasi Yelena. "Jelas Aran.
Hanji membaca setiap halaman dari dokumen yang diberikan oleh Aran dengan teliti. "Jadi begitu. Seluruh Pasukan Relawan di tahan ditempat yang berbeda-beda kecuali Niccolo dan mereka yang bekerja di restoran itu. "Ucap Hanji. "Awalnya, sebelum aku kesini, aku berniat menemui Yelena tetapi, Pasukan Garrison sudah berada disana terlebih dahulu dan kakek botak itu juga ada di sana. "Ucap Aran yang diselingi oleh tawa Hanji. "Apanya yang lucu? "Ucap Aran menatap tajam Hanji.
"Tidak ada. "Ucap Hanji yang masih saja tertawa walaupun pelan.
'Itulah yang ingin aku lihat darimu, Hanji.'
__________
OC's Pov
Saat ini aku sedang berada di markas cabang polisi militer. Aku berniat untuk memberikan laporan dari dokumen-dokumen yang diberikan oleh Komandan Darius.
"Menjadi Wakil Komandan itu menyebalkan sekali. "Rutukku.
Aku berjalan menuju ruangan Komandan Darius. Aku sesaat menoleh kearah jendela dan melihat prajurit baru dari Survey Corps. "Kenapa mereka terlihat mencurigakan? "Gumamku.
Aku mengetuk pintu ruangan Komandan Darius dan meminta izin untuk masuk kedalam ruangannya. "Masuklah! "Sahut Komandan Darius dari dalam ruangannya.
Dengan segera aku memasuki ruangan tersebut dan didalam sana terdapat Armin dan Mikasa yang aku yakin ingin meminta izin untuk berbicara dengan Eren.
"Tolong rahasiakan informasi ini dengan baik."
"Ini laporan yang Anda minta. "Ucapku menyerahkan dokumen yang diminta oleh Komandan Darius. "Arigatou, Fuku-dancho. "Ucap Komandan Darius. Armin langsung terkejut mendengar ucapan Komandan Darius barusan.
"Aran-"
"Diam!"
'Kakek jenggotan ini menjahiliku? Yang benar saja!!!'
"Eren dimana? "Tanya Mikasa yang sepertinya tidak peduli dengan lelucon dari Komandan Darius. Komandan tertinggi militer itu tidak menjawab pertanyaan Mikasa dan lebih memilih untuk fokus dengan dokumen yang diberikan oleh Aran.
"Itu apa? "Ucap Mikasa yang menatap sebuah kursi yang terlihat sedikit aneh. "Hmm~ bukan apa-apa. Karena tak ada tempat untuk menyimpannya, tadi aku menyuruh prajurit baru untuk membawanya ke sini. "Jelas Komandan Darius.
"Tapi Panglima, kalau Eren tak mau bicara, bukannya kami yang temannya sejak kecil, bisa lebih membantu? Saya tak busa menjamin kalau kami bisa menguak tujuannya yang sebenarnya, tapi seharusnya tak ada salahnya dicoba! "Ucap Armin berusaha meyakinkan Komandan Darius. "Kondisi saat ini memaksa kita untuk berhati-hati. Pembicaraan kita cukup sampai di sini dan Wakil Komandan Aran, Anda bisa pergi dari sini serta bawa prajurit anda. "Ucap Komandan Darius.
"Baiklah."
'Kenapa nadanya seperti mengusirku juga?!'
Aku langsung membawa Armin dan Mikasa keluar dari ruangan tersebut. "Kalian cepatlah keluar. "Titahku mendorong pelan mereka berdua.
"Kenapa? Padahal saranmu itu tak ada salahnya dicoba, tapi kenapa tidak boleh? "Ucap Mikasa setelah keluar dari ruangan Komandan Darius. "Situasi kita saat ini tidak menguntungkan. Kita telah kehilangan kepercayaan dari rakyat karena penahanan Eren dan kehilangan kepercayaan dari militer karena tindakan kita di Marley beberapa waktu lalu. "Jelasku.
"Kalau dipikirkan baik-baik, ada kemungkinan kalau para petinggi militer sudah membuang Eren. "Ucap Armin. Armin langsung menghentikan pembicaraannya setelah melewati 3 orang prajurit Polisi Militer yang menuju ruangan Komandan Darius. Aku, Armin, dan Mikasa langsung menatap tajam kearah prajurit Polisi Militer.
"Misal itu yang terjadi, mereka pasti sudah mulai memilih pewaris Founding Titan. "Duga Armin. "Aku akan menguping pembicaraan mereka. "Tunggu, Mikasa! "Tahan Armin berniat menghentikan Mikasa. "Tenang saja! Aku takkan ketahuan! "Ucap Mikasa. "Saat ini kita tak boleh melanggar aturan militer. "Larangku.
"Karena situasi sudah seperti ini, kita harus segera bertindak sebelum keputusannya diambil! Apa pun yang terjadi, aku akan membuat Eren-"
Duar!
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan bom dari ruangan Komandan Darius. Ledakan besar itu cukup besar hingga melemparku yang tak siap dengan ledakan itu.
"Armin, apa kamu terluka?"
"A-aku baik-baik saja. "Ucap Armin. "Kalian baik-baik saja?! "Ucapku menghampiri Armin dan Mikasa. "Kami baik-baik saja. "Jawab Mikasa. "Kita harus segera keluar dari sini! "Seruku berlari keluar dari Markas diikuti Armin dan Mikasa.
_________
"Ledakannya besar juga."
Diluar markas terjadi keributan besar karena potongan tubuh Komandan Darius yang sudah hangus terlempar dari ruangannya ketika ledakkan terjadi.
"Kalian baik-baik saja? "Teriak seorang gadis bersurai coklat muda datang menghampiri kami. "Hitch, apa yang terjadi? "Ucap Mikasa menanyai kondisi diluar. "Tiba-tiba saja dari ruangannya Panglima-"
"Panglima bagaimana?"
"Lihatlah kedepan. "Ucapku. Terlihat seorang prajurit melepaskan jas seragamnya dan menutupi tubuh Komandan Darius yang sudah hangus.
"Persembahkan jantung kalian! Amarah kita didengar! Saat ini kita harus bertarung!"
Seluruh penduduk yang berdemo di markas militer kembali ricuh dengan semangat yang membara bukan dengan suara kepanikan atas kematian Komandan tertinggi militer.
"Demi kemenangan Kekaisaran Eldia yang baru! Shinzou Sasageyo!"
"Shinzou Sasageyo! Shinzou Sasageyo!"
"Shinzou Sasageyo! Shinzou Sasageyo!"
'Oi! Oi! Kalian semua sudah menyalahgunakan kalimat itu!'
'Sebaiknya kalian mati saja, Iblis Eldia!"
____________
Tbc
Yo!!!
Hai guys Author balik dari hiatus!!!
Author kira hiatusnya bakal nyampe 2 minggu atau lebih. Ternyata diluar dugaan Author, jadi Author langsung buat chapter ini dari jam 12 malam sampe jam 3 pagi.
Dan mungkin bakal Author publis pagi hari, sekitar jam 9 atau jam 10.
Reader: kenapa gak langsung publis?
Gak! Author baru sembuh dari sakit dan harus butuh istirahat yang cukup karena belum sepenuhnya sembuh. Walaupun status masih aja tetap begadang. Tapi, setidaknya author butuh tidur beberapa jam aja.
Sebenarnya Author belum diizinkan buat main hp dalam waktu yang lama karena masih harus istirahat. Dan Author juga buat ni chapter juga sekitar 2 atau 3 hari lagi. Tapi Author rada keras kepala, jadi tetap buat ni chapter.
And seperti janji Author di chapter sebelumnya kalau balik dari hiatus bakal ngadain Q&A. Dan mulai dari hari ini tanggal 5 april. Author buka Q&A dan kalian boleh nanya apa saja kepada Author, OC Author, dan karakter SnK.
Batas waktunya sampe 11 April jadi kalian bisa nanya apa saja dalam waktu 7 hari (hari ini Author hitung) kepada Author, OC Author, dan Karakter SnK.
Kayaknya segitu aja dulu di chapter kali ini.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya!!!
See you guys!!!
Edit: author tambah seminggu lagi ya guys, karena author lagi gak di rumah dan sinyal disini jelek jadi kayaknya rabu depan baru bisa update
Sorry:(
Edit date: 14 April 2021, Wednesday
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top