29 - Sang Harapan

OC's Pov

Brak!

Levi menendang pintu ruang bawah tanah itu dengan keras dan aku yakin jika engsel pintu itu sudah rusak. "Jatuhkan semua tong itu! "Pintaku. 3 tong yang berisik bubuk mesiu itu menggelinding dengan cepat dan berhenti.

"Sekarang!"

Aku, Mikasa, dan Levi bermanuver diantara musuh. Aku menoleh kearah belakang dan melihat Sasha yang sudah siap dengan panah api untuk memicu bubuk mesiu tersebut. Anak buah Kenny mencoba menembakku dari belakang. Namun, hal itu berhasil dicegah dengan tembakan peluru suar. Peluru suar dan asap dari ledakan bubuk mesiu itu sangat berguna untuk mengganggu akurasi tembakan musuh.

"Musuh berjumlah 35 orang! Mereka bersembunyi di balik pilar!"

35? Aku rasa ini tidak buruk. Aku bermanuver dengan cepat mengejar 2 orang anak buah Kenny yang tepat di depanku.

Dor!

Sebuah peluru melesat dari arah belakang dan hampir mengenaiku. Aku beruntung karena aku tidak terlalu jauh dari pilar. Aku kembali bermanuver dan mengincar anak buah Kenny yang menembakkan pelurunya kearahku dan berlanjut kedua orang anak buah Kenny tadi.

Trash!

Srash!

Zrash!

'Berhasil!'

Aku kembali bermanuver dan mencari anak buah Kenny yang tersisa. Namun, pandanganku tertuju pada Akira dan Akame yang menyerang musuh dengan kombinasi yang hebat. Aku yakin, jika mereka belum pernah melakukan kombinasi dengan alat 3DMG.

"Apa-apaan gadis ini!"

Aku melihat Mikasa yang sedang membunuh anak buah Kenny dengan brutal dan menghabisi 3 orang dalam waktu sekejap. Aku rasa dia sedang melampiaskan amarahnya pada anak buah Kenny. Dan ada yang lebih gila dari Mikasa. Sang manusia terkuat, Levi. Ia membantai 3 orang anak buah Kenny dalam satu kedipan mata.

Dor!

Krak!

Aku melihat Kenny yang menembakkan pelurunya kearahku. Dan aku berhasil menghindarinya. "Brengsek kau, Kenny! "Makiku. Aku mengalihkan pandanganku pada Hanji yang sudah tergeletak di bawah.

"Hanji!"

Seluruh anak buah Kenny yang tersisa mencoba melarikan diri. Namun, aku berhasil membunuh 3 orang yang mencoba kabur sebelum bermanuver menuju Hanji.

"Hanji! "Teriakku. Aku berlari dengan cepat menuju Hanji yang sedang tergeletak tak berdaya. "Cepat hentikan pendarahannya, Aran! "Perintah Levi. "Aku sedang mengerjakannya, brengsek! "Makiku.

Aku melepaskan syal milikku dan merobeknya sebagian. Potongan syal itu aku gunakan untuk menghentikan pendarahan pada bahu kiri Hanji. "Moblit, tekan terus luka Hanji. Jangan dilepaskan. "Perintahku. Moblit mengangguk setuju dan segera menekan pendarahan pada luka Hanji.

________

"Jalannya di tutup!"

"Sekarang bagaimana, Levi? "Tanyaku pada Levi. Levi tidak menjawab pertanyaanku. tapi dari raut wajahnya, aku yakin dia sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba saja sebuah cahaya kuning keemasan muncul. Cahaya yang sama ketika Titan berubah. Hanya saja cahayanya lebih terang.

"Apa itu Titan? "Tanya Levi.

"Eren!"

"Bertahan semuanya! "Ucapku. Gelombang yang dikirim dari perubahan Titan ith membuat kami hampir terlempar. "Kapten! Lubangnya! "Pekik Armin. Seketika aku dan Levi menoleh secara bersamaan. Armin menunjuk kearah sebuah lubang yang tidak terlalu kecil di langit-langit. "Armin! Moblit! Kalian bawa Hanji pergi dari sini! "Perintah Levi.

"Menurut ini ulah Titan Collosal? "Tanya Akame yang berada disampingku. "Ledakan dari perubahan Titan Collosal tidak sekuat ini dan ditambah lagi cahayanya yang terlalu terang. Mustahil jika itu mereka. "Jelasku.

"Kalian! Cepatlah!"

________

"Historia!"

"Itu dia!"

Dengan segera Mikasa menambah kecepatan manuvernya dan menangkap Historia yang terlempar akibat uap dari perubahan Titan.

"Berikan kuncinya!"

"Kau baik-baik saja, Historia? "Tanyaku pada Historia. Historia mengangguk pelan dan pandangannya berubah kearah Levi, Jean, dan Connie yang sedang melepaskan rantai yang mengikat Eren.

"Titan itu lebih besar dari Collosal Titan, bukan? "Ucap Sasha. "Kau benar, Sasha. Dengan tekanan uap yang sekuat ini, sudah pasti ukurannya lebih besar dari Collosal Titan. "Ucapku. "Jika itu bukan Eren ataupun Historia, lalu siapa Titan itu? "Tanya Mikasa. "Aku rasa kau pasti sudah tahu, Mikasa. "Ucapku.

"Langit-langitnya runtuh! awas!"

Beruntung saja Levi dan yang lainnya berhasil menarik Eren menjauh dari reruntuhan itu. Dan sekarang disinilah kami, terjebak di dalam ruang bawah tanah ini. "Gawat! Kita tidak bisa keluar! "Ucap Jean.

Aku dan yang lainnya sedang berusaha memikirkan cara untuk keluar dari sini sementara si bocah Titan itu malah menangis. "Gomen, minna! "Ucap Eren terduduk.

"Aku ini tidak berguna... Dari awal aku ini memang bukanlah harapan umat manusia. "Ucap Eren terisak-isak. Aku rasa percuma saja aku ikut dalam misi ini. Yang aku dapatkan hanyalah seorang Eren yang sudah berputus asa.

"Apa? Kau pikir kau ini pahlawan?Memangnya kau pernah menyelesaikan sesuatu sendirian? "Ucap Jean. "Kau memang lemah, ya? "Ucap Connie dengan raut wajah yang rasanya inginku pukul. "Kalau segini saja, yang lebih buruk pernah kita lalui. "Ucap Connie.

Connie benar. Hal yang jauh lebih buruk pernah kami lalui. Tapi aku sudah lupa dengan kejadian itu. "Aku yang akan membawa Eren. "Ucap Mikasa. Gadis ini memang gila, dasar Ackerman.

"Mustahil. Kita tidak akan bisa keluar. "Ucap Eren pasrah. Baiklah, aku sudah mulai muak dengan Eren yang seperti ini. "Kau tahu, aku selalu membenci ini, tapi... Eren. Kau putuskan sendiri. "Ucap Levi datar.

"Tapi-"

"Eren! Sudah cukup dengan dirimu yang berputus asa! Kami berusaha payah menyelamatkanmu dan kau hanya menangis! "Bentakku pada Eren. Eren sedikit tertegun mendengar ucapanku yang cukup kasar padanya. "Eren. Jika kau yakin, gunakanlah kekuatanmu itu. "Ucapku dingin. Eren terdiam beberapa saat sebelum ia berlari dan mengambil sesuatu.

"Eren!"

Eren berlari dengan kencang menebus uap yang kuat ini. Eren berubah menjadi Titan dan segera menjadi perisai bagi kami. Tubuh Titan Eren mengeras dan melindungi kami semua dari dampak perubahan Titan yang ada di hadapan kami.

_________

"Eren!"

"Eren!"

Mikasa berteriak memanggil Eren sambil menghancurkan bagian tengkuk Titan milik Eren. "Kalian minggir! "Ucapku. Aku mengepalkan tanganku dengan erat dan memukul tengkuk Titan Eren.

Krak!

"Eren!"

Tengkuk Titan Eren yang sudah mengeras retak dan menunjukkan sedikit tubuh manusia Eren. Dengan sigap aku kembali menghancurkan tengkuk Titan Eren sekali lagi dan segera menarik Eren keluar.

"Eren!"

"Tenang, Mikasa! Dia hanya kelelahan. Biarkan dia beristirahat sebentar."

_______

"Ini pasti yang dimaksud dengan pengerasan. Bahkan ketika tubuhmu diambil, tubuh Titan itu tidak akan menghilang. Lumayan juga, bukan?"

"Kau baik-baik saja, Aran?"

Pandanganku tertuju pada Akame yang berjalan dihadapanku. "Aku mengangguk pelan dan mengalihkan pandanganku pada tangan kiriku.

Sekumpulan uap muncul dari tangan kiriku dan juga terlihat juga kristal yang mengkilat disekitarnya. "Kau hebat juga, bisa menggunakan kekuatan semua Titan spesial. "Ucap Akame. Aku terkekeh pelan mendengar perkataan dari Akame.

"Tapi, pemilik kekuatan itu tidak spesial. "Ucapku. Akame tertawa pelan dan menatapku dengan wajah mengejek. "Apa-apaan wajah itu?! Inginku hancur wajahmu itu?! "Ancamku. Akame tersenyum geli mendengar ucapanku dan meremehkan ancamanku.

'Sialan!'

"Orang-orang memang tidak menganggapmu spesial, tapi kau itu adalah laki-laki yang spesial bagiku. "Ucap Akira dan memelukku dengan erat. "Akira benar, kau itu adalah kakak yang spesial bagi kami berdua. "Ucap Akame tersenyum lebar.

"Arigato, Akame! Akira!"

_________________



Tbc

Ye!!!

Btw author mau ngucapin terimakasih banyak buat kalian semua para readers yang udah dukung author dalam membuat cerita ini. Cerita ini udah nyampe 4,79k dan sebentar lagi menyentuh angka 5k.

Sebenarnya author udah pesimis duluan sebelum buat cerita ini. Tapi, setelah liat jumlah pembacanya yang membaca cerita ini.

Is awesome, bro!

Author ucapan terimakasih banyak bagi para readers yang membaca cerita ini. Tetap dukung author ya. Dengan cara di vote dan kommen cerita aku ini.

See you all

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top