26 - Mengungkap Kebenaran

"Apa kau yakin dengan rencana ini, Levi?"

"Ya. Aran, jika kau ada urusan yang harus diselesaikan, pergilah. "Ucap Levi. Aran berfikir sejenak kemudian mengangguk pelan. "Baiklah, aku harap ini tidak jadi masalah bagi kalian. "Ucap Aran. "Sekarang pergilah. "Ucap Levi datar.

Aran dengan segera pergi menuju tempat yang berbeda dengan Levi menggunakan 3DMG. Ketika sampai di sebuah gang sempit, Aran menggunakan jubah hitamnya untuk menutupi 3DMG miliknya.

Aran kembali melanjutkan perjalanannya hingga berhenti disebuah rumah yang tidak begitu besar dan tidak begitu kecil. Aran mencoba untuk mengetuk pintu rumah itu namun niatannya berhenti ketika mendengar suara dari dalam rumah itu.

"Kenapa kau sangat bodoh sekali kak?! Itu satu-satunya kesempatan kita untuk bersama Onii-chan."

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja mengatakannya, aku tidak bermaksud untuk melukai hatinya."

Aran terdiam didepan pintu rumah itu tanpa ada niat untuk mengetuk pintunya. "Ternyata mereka masih menyayangiku?! Tidak, aku tidak yakin. "Gumam Aran.

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan seorang pemuda bersurai putih. "Aniki?! "Pekik pemuda itu. Aran juga terkejut dengan kemunculan pemuda itu.

"Kenapa kau berte-"

"Onii-chan."

Seorang gadis bersurai hitam pekat muncul dari belakang pemuda bersurai putih itu dan langsung memeluk Aran. "Aku merindukanmu. "Ucap perempuan itu dengan suara yang kecil namun masih bisa didengar oleh Aran.

"Tadaima, Akira, Akame."

___________

"Maafkan aku."

"Sudahlah, aku paham akan hal itu. Aku ini kakakmu, jadi aku sudah tahu sifat darimu. "Ucap Aran. "Ya. "Ucap Akame lemah. Aran tersenyum kecil dan mengacak-acak surai putih Akame.

"Padahal aku sempat bertemu dengan Onii-chan tapi kenapa aku tidak mengajaknya langsung? "Gumam Akira. "Jika kau mengingatnya pun percuma saja. Saat itu aku kehilangan ingatanku. "Jelas Aran. Aran berjalan mendekati Akira yang tak jauh darinya. Ia mengacak rambut Akira dan tersenyum tipis. "Setidaknya rantai kebencian itu sudah putus. "Ucap Aran.

"Kau benar, rantai yang sudah membelenggu kebebasan klan horikita sudah putus sejak kau pergi. "Ucap Akame. Aran terkekeh kecil mendengar ucapan Akame. "Ya, setidaknya itu lebih baik. "Ucap Aran.

"Aku rasa waktunya aku pergi."

"Kau ingin kemana lagi? "Tanya Akame menahan tangan Aran. "Aku ada misi dan harus segera diselesaikan. "Ucap Aran. "Jangan! "Ucap Akira lalu memeluk Aran. "Kakak jangan pergi lagi, aku tidak ingin kehilangan dirimu lagi. "Ucap Akira mengerat pelukannya.

"Jika perlu, aku akan ikut."

"Aku juga."

"Kalian ini."

___________

"Maaf aku terlambat."

"Kau darimana saja, Aran? "Tanya Connie. "Aku ada urusan sebentar. "Ucap Aran melepas jubahnya dan 3DMG miliknya. "Siapa mereka berdua? "Tanya Jean yang terlihat asing dengan kedua sosok yang berada dibelakang Aran. "Hm? Mereka adik-adikku. Akira dan Akame. "Ucap Aran.

Kedua sosok yang berada dibelakang Aran membuka jubah mereka. Seorang pemuda bersurai putih dan seorang gadis bersurai hitam pekat. "Mereka mirip sekali?! "Pekik Jean. "Ya, kami hanya berjarak dua tahun. Jadi, pasti ada kemungkinan besar kemiripan di antara kami. "Ucap Aran.

"Ngomong-ngomong dimana Levi?"

"Dia sedang mengintrogasi anggota polisi Militer. "Jelas Armin. "Aku akan menyusulnya. "Ucap Aran. Sebelum Aran menuju tempat Levi. Langkahnya terhenti oleh Hanji yang barusaja datang bersama Moblit. "Aku juga akan ikut. "Ucap Hanji dengan mata membara.

"Cih! Baiklah. Kalian berdua berbicaralah kepada mereka, agar kalian mendapatkan teman. "Ucap Aran kemudian menghilang dibalik pintu.

Brak!

"Pelan-pelan bodoh! "Umpat Aran. Telinga Aran sedikit berdengung karena Hanji membanting pintu dengan keras ketika Aran barusaja masuk. Hanji langsung bergegas menuju ruangan Levi berada dengan tergesa-gesa dan meninggalkan Aran.

"Sialan kau mata empat!"

Brak!

Lagi-lagi Hanji membanting pintu dengan keras lagi. Terlihat disana terdapat Levi dan seorang anggota Polisi Militer yang terikat pada sebuah kursi.

____________

OC's Pov

"Maaf terlambat! Kau masih bisa teruskan?"

"Ya, aku juga mulai terbiasa. "Ucap Levi membenarkan sarung tangannya?! Hei yang benar saja?! Menyiksa seseorang dengan menggunakan sarung tangan dan celmek?! Aku rasa itu tidak aneh jika Levi yang melakukannya. Seorang pria yang sangat maniak kebersihan.

"Sannes! Kau harus tahu aku juga masih pemula kalau menyiksa orang, jadi mohon bantuannya! "Ucap Hanji mengambil sebuah tang. "Tunggu! Apa dulu yang ingin kau ketahui! Orang macam apa yang menyiksa tanpa bertanya? "Ucap Sannes panik dengan tindakan Hanji. "Benar juga ya, kita harusnya bertanya dahulu. "Ucap Levi.

"Jadi daritadi dia tidak bertanya ketika menyiksa Sannes tadi?! "Gumamku. "Ini akan menjadi hari yang berat ya, Heichou. "Ucap Moblit yang berdiri disampingku. Aku mengangguk pelan dan menatap dari kejauhan penyiksaan itu.

"Dimana Eren dan Historia? Mengapa kalian mengincar Historia? Apa itu keluarga Reiss? "Tanya Levi kepada Sannes. "Lambat! Kau juga harus tau kalau kami juga buru-buru. "Ucap Hanji dan langsung mencabut kuku tangan Sannes.

Sannes berteriak dengan kencang ketika kukunya ditarik secara paksa oleh Hanji. "Hanji, jangan terlalu terburu-buru. Yang ada dia akan mati sebelum kau mendapatkan jawabannya. "Ucapku.

"Aku tau kita sedang terburu-buru tapi usahakan untuk tenangkan dirimu ketika menyiksa seseorang. "Jelasku. Aku berjalan mendekati Sannes dan menatapnya secara tajam. Aku mengambil tang yang berada ditangan Hanji dan kembali menatap Sannes. "Dimana Eren dan Historia? Apa yang akan kalian lakukan dengan Historia? Dan siapa saja keluarga Reiss itu. "Ucapku.

Sannes menatapku dengan sayu. Wajahnya sudah hancur oleh Levi. Hidungnya bengkok, mata kanannya lebam, dan darah segera mengalir dari hidungnya. "Jawab pertanyaanku?! "Ucapku dengan nada mengancam. Sannes masih bungkam dan belum mengeluarkan sepatah katapun. "Baiklah. "Aku menarik kuku Sannes secara paksa dan membuat dia berteriak sekuat mungkin.

________

Author's Pov

"Maaf, aku tidak bisa mencungkil kuku sebaik yang bisa kau lakukan. Berapa banyak orang yang sudah kau sisa hingga saat ini?"

"Tidak terhitung. "Ucap Sannes. Seluruh kuku tangan Sannes sudah terlepas semua. Namun mereka belum mendapatkan informasi apapun. "Di dalam tembok yang sempit ini, kalian tahu mengapa tidak pernah terjadi perang? Karena kami Pasukan Pertama rela mengotori tangan kami untuk melindungi perdamaian yang ada! "Ucap Sannes dengan sorot mata yang menjadi tajam.

"Guru bodoh yang terlalu cerdas, pasangan bodoh yang mencoba terbang ke langit, bahkan seorang pelacur dari peternakan desa! Umat manusia dapat bersenang-senang sejauh ini karena kami rela mengotori tangan kami! Kalian harusnya berterima kasih! Aku tidak pernah menemui orang yang menikmati menyiksa orang lain seperti kalian! Kalian itu monster! "Ucap Sannes panjang lebar.

Sorot mata Sannes kini menjadi kosong. Tidak terlihat cahaya apapun dari matanya. "Tutup mulutmu itu bajingan! "Ucap Aran hendak meninju Sannes namun ditahan oleh Hanji. "Dasar monster! Terutama kau, Akame! Kau sangat menikmati siksaan ini! Kau itu monster! Kalian monster! "Ucap Sannes. Aran mengepalkan tangannya dengan erat untung meredakan amarahnya yang tersulut.

"Tapi aku sama sekali tidak takut... Aku... Aku punya... Aku punya seorang Raja... Aku percaya pada perdamaian yang abadi dalam dinding ini. Apa yang telah kami lakukan tidak salah. Tapi... Karena sudah sejauh ini... Siksa saja aku sampai mati. Karena hidupku memang sudah berlumuran darah. "Ucap Sannes. Suasana mendadak hening untuk beberapa saat sampai Levi membuka suara.

"Waktunya istirahat."

Levi, Hanji, dan Moblit pergi meninggalkan ruangan itu dan menyisakan Aran dan Sannes. "Maafkan aku, Paman. "Ucap Aran. "Aku juga minta maaf, Akame. "Ucap Sannes lemah. Aran mengangguk pelan dan segera menyusul Levi dan yang lainnya.

___________

"Ayo Sannes, kita mulai lagi... Ini terlalu berat buatku, tapi aku akan berusaha sebaik mungkin..."

"Reiss adalah keluarga kerajaan yang sebenarnya."

____________






Tbc

Author:akhirnya update lagi. Sorry ya readers kalo chapter kali ini rada absurd. Author lagi sakit soalnya dan juga author lagi sibuk sama tugas yang numpuk banget.

Akame:buat tugas atau cari pacar?

Author:anda mau saya kurung diluar lagi?!

Aran:dek, mending lu tidur deh. Daripada lu tewas karena author yang lagi pms.

Author:matamu pms. *muka datar. okelah mending gue akhirin dulu ni chapter baru gue bakar kalian berdua hidup-hidup. *evil smile.

Aran & Akame:bro. *fake smile.

See you next time

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top