23 - Misteri Baru

Bugh!

Brak!

"Baiklah aku kalah lagi. "Ucap Aran. Pemuda mencoba untuk berdiri dengan bersusah payah. Sebuah tangan terulur kearah Aran. Pemuda itu mendongkan kepalanya keatas dan mendapatkan Levi sedang menjulurkan tangannya. Aran tersenyum simpul dan menerima uluran tangan tersebut.

Aran berjalan menuju bajunya yang tergantung di sebuah dahan pohon. Dengan segara Aran memakai baju hitam itu. Iris hitam pekatnya menatap kearah sebuah syal hitam yang tergantung rapi di tempat bajunya tergantung tadi. "Kau masih memakai benda itu? "Ucap Levi. Sebuah senyuman tipis terlihat di bibir Aran. "Ya sepertinya begitu. "Ucap Aran.

"Wah, sepertinya ada yang bersenang-senang nih."

Dengan segera Aran dan Levi menatap tajam kearah sumber suara tersebut. Hanji tampak berdiri di hadapan Aran dan Levi bersama anggota squadnya. "Menyebalkan sekali kau ini. "Ucap Aran datar.

Seketika wajah Hanji berubah menjadi serius. "Aku ingin kita berbicara didalam. "Ucap Hanji dengan serius. Aran sempat mengira Hanji akan marah akan ucapannya. Namun ia langsung menyangkal hal itu dan mengikuti Levi yang sudah masuk terlebih dahulu.

____________

"Apa? Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Dia sudah mati..... Pendeta Nick. Dia dibunuh. "Ucap Hanji. Wajah keterkejutan terlihat di wajah Eren dan yang lainnya dengan pengecualian Aran dan Levi. "Kapan itu tepatnya? "Tanya Aran.

"Pagi ini, di Barak Distrik Trost."

Hanji mulai menjelaskan secara detail dengan apa yang ia lihat pagi itu. Luka lebam dan darah terlihat di wajah Nick. Hanji juga mengatakan bahwa kuku Nick terlihat di cungkil. Yang lebih mengejutkan lagi adalah pasukan pertama dari kepolisian pusat.

"Jika tebakan benar. Maka yang ada saat itu adalah..."

"Ya... Pasukan Pertama, Djel Sannes. "Potong Hanji. "Sudah kuduga. "Ucap Aran. "Aku sempat membaca pikiranmu melalui mata dan benar. Seorang Pasukan Pertama berada di Distrik Trost. Yang benar saja? "Ucap Aran lagi. Hanji menghela nafasnya dengan kasar.

"Aku yakin jika Nick mati disiksa oleh Polisi Militer itu. Kulit tangannya Sannes terlihat terkelupas. Dengan kata lain, dia lah yang bertanggung jawab atas kematian Nick."

"Sudah kuduga mereka tidak akan diam kalau sudah tahu Nick membantu Survey Corp. Itulah mengapa aku menyembunyikannya di Barak dan memalsukan identitasnya, tapi... Membunuhnya dengan Polisi Militer... Aku terlalu naif. Ini semua salahku. "Ucap Hanji menyalahkan dirinya.

Suasana tampak hening sesaat. Yang terdengar hanyalah suara seruputan dari Levi yang menikmati teh hitamnya. "Polisi Militer... Apa benar mereka menyiksa Pendeta Nick untuk mengorek informasi tentang kita? "Tanya Armin.

"Sepertinya begitu."

"Tapi berlebihan memakai Pasukan Pertama. Mereka mencoba menyembunyikan sesuatu. Jadi, berapa kukunya yang sudah di cungkil? "Ucap Levi. Hanji tidak mendengar ucapan Levi. Ia terlalu memikirkan tentang kematian Nick. Aran berjalan menuju Hanji dan memukul kepalanya.

Bugh!

"Eh?"

"Levi bertanya padamu. Berapa jumlah kuku Nick yang sudah di cungkil? "Ucap Aran. Hanji mengalihkan pandangannya menuju Levi yang sedang menunggu jawaban Hanji. "Kau melihatnya kan? Berapa? "Ucap Levi. "Aku cuma melihat sekilas. Tapi sepertinya semuanya... Di cungkil. "Jelas Hanji. "Orang akan berbicara setelah dicungkil satu. Tapi kalau tidak, pasti akan terus dicungkil. "Ucap Levi.

Levi tampak menjeda ucapannya. Ia mengalihkan pandangannya kearah depan. "Tapi seperti dia terus mempertahankan keyakinannya sampai akhir... "Sambung Levi. Aran menatap Hanji dari ujung matanya. Terlihat Hanji sedang meremas kuat pegangan sofa yang ia duduki.

"Jadi, dengan kata lain?"

"Dengan kata lain, mereka masih belum tahu jika kita mengincar keluarga Reiss. "Jelas Levi. Pandangan pria itu tertuju pada Historia yang sedang duduk di hadapannya.

"Berarti kita masih ada peluang. "Ucap Aran. "Mungkin, meski begitu, tetap ada orang dalam yang tetap kita curigai. "Ucap Levi. Tiba tiba pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis berambut orange kemerahan.

"Levi-Heicho, pesan dari Erwin-Dancho. Aku menyampaikan padanya tentang Pendeta Nick, tapi Komandan malah memberiku ini. "Jelas gadis itu. "Kau melihat semuanya, Nifa? "Tanya Aran. Nifa menganggukkan pelan kepalanya. Levi tampak serius membaca surat dari Erwin. Hingga pria itu mengangkat wajahnya dengan ekspresi serius.

"Semuanya! Kita pergi sekarang. Kosongkan tempat ini! Jangan tinggalkan jejak di sini! "Perintah Levi. Seluruh anggota Squad Levi tampak terkejut mendengar ucapan Levi kecuali Aran yang sudah membaca situasi terlebih dahulu.

Eren hendak mengeluarkan suaranya namun hal itu terhenti ketika Aran membuka suaranya. "Tidak perlu bertanya apapun saat ini. Kita kosongkan tempat ini dengan cepat, sebelum 'mereka' datang. "Ucap Aran.

__________

Matahari mulai terbenam dan menampakkan cahaya jingga dilangit. Mereka semua berhasil mengosongkan markas kecil mereka. Dari kejauhan mereka melihat Polisi Militer mulai menyerbu tempat tersebut.

"Hampir saja... Kalau kita terlambat sedikit saja, apa yang terjadi ya..."

"Tapi kenapa? Komandan Erwin mengetahui hal ini? "Tanya Armin. "Perintah dari atas. Segala aktifitas Survey Corp telah di larang. "Jelas Levi. Eren dan yang lain terkejut mendengar ucapan Levi. "Mereka meminta kita menyerahkan Eren dan Historia. "Sambung Levi.

"Tapi setelah Dancho memberikan pesan itu... Polisi Militer datang ke tempat Komandan... "Ucap Nifa. "Tch! Mereka mulai menyadari pergerakan dari kita. "Rutuk Aran. "Dia diperlakukan seperti kriminal kalau seperi itu! "Ucap Hanji geram.

"Semua sudah bergerak terang-terangan. Mata mereka sudah di mana-mana."

"Sejauh itu cuma untuk melindungi rahasia dinding. Lalu, mengapa mereka menginginkan Eren dan Historia? Bukan untuk dibunuh, tapi dibawa. "Ucap Hanji. "Entah... Pastinya sudah jelas, kalau musuh mengincar mereka berdua. Berkeliaran di sekitar sini berbahaya. Kita akan pergi ke Trost untuk membawa mereka berdua. "Ucap Levi.

Semuanya tersentak mendengar ucapan Levi. "Kenapa? Padahal itu tempat Pendeta Nick dibunuh? "Ucap Moblit. "Berbahaya untuk pergi ke tempat lain. Selain itu, di sana situasinya sedang panik. Jadi memudahkan untuk menyusup masuk. Dan apabila terjadi sesuatu, kita bisa mengambil alih kota dengan ini... "Ucap Levi menujukkan peralatan 3DMG.

"Memang benar."

"Terlebih kita tidak mengetahui dari mana musuh mengincar. Kita harus mencari sosok dari balik semua ini. "Untuk kesekian kalinya, Levi kembali membuat orang-orang terkejut dengan perkataanya.

"Hanji, pinjamkan beberapa orangmu."

"Tentu."

Hanji tampak sedang berpikir sesuatu hingga terbesit di pikirannya untuk menemui Erwin. "Yosh, aku akan pergi ke tempat Erwin. Moblit denganku. Yang lain pergilah dengan Levi. "Ucap Hanji.

"Baik."

Sesaat sebelum pergi, Eren memberikan sebuah kertas pada Hanji. "Aku sudah ingat percakapan Ymir dan Berthold waktu itu. Aku tidak punya waktu menjelaskan, jadi ada di sini. "Ucap Eren.

"Baiklah. Aku akan membacanya nanti."

Hanji memacu kudanya dengan cepat dan disusul oleh Moblit. "Huft... Teka-teki kembali bertambah. "Ucap Aran. "Aran, kau membawa pedangmu? "Tanya Levi. Aran sedikit tersenyum dan menunjukkan dua buah pedang bergantung indah pada pada pinggang Aran. Lebih tepatnya, di atas 3DMG.

"Baiklah, waktunya kita pergi dari sini dan mulai membuat rencana."

____________

.

.

.

.

.

.

Tbc

.

.

.

Jangan lupa vote and comment

See you

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top