Intro
A-a-a, apakah suaraku dapat terdengar dengan baik?
Hmm … sudah baik … terdengar jelas … crystal clear! Oke, baiklah, aku sudah membaca komentar-komentar kalian, kalau begitu syukurlah, mari kita memulai ruang dengar kita, bukan begitu?
🎊Lily Chou-Chou: donasi masuk
Waw! Hei aku baru saja memulai, haha! Terima kasih Lily Chou-Chou atas donasinya, nama akun yang keren, apakah itu film favoritmu? All About Lily Chou-Chou?
Baiklah, sepertinya hujan turun hari ini, bukan begitu? Selamat datang di kanal siaran Shigure FM, kanal siaran yang hanya mengudara jika hari hujan! Bersama kalian di ruang dengar yang tenang ini, Yoru, sebagai pembawa pesan.
🎊Milk bread: donasi masuk
Terima kasih atas donasinya, Milk Bread!
Selama menunggu hari hujan ini, aku telah banyak menerima pesan yang masuk, baik melalui pesan langsung dari SNS atau dari surel. Oh, aku juga mengingatkan bahwa donasi hanya ditujukan untuk pesan singkat dengan maksimal 100 karakter, untuk pesan yang lebih panjang silakan kirim saja ke SNS: shigurewave_sns atau alamat surel: [email protected].
🎊Sang Mage Sakti Frieren: donasi masuk
Oh! Nenek Frieren terima kasih banyak atas donasinya! Wow, siapakah yang mengajarimu menggunakan ponsel pintar—ah tidak, yang lebih penting, ternyata kau beneran panjang umur.
Hei, hei, yang ada di kolom komentar harap berbicara dengan sopan pada orang tua! Apalagi kepada Frieren!
Ah, aku juga mengucapkan selamat memasuki musim panas, musim yang mungkin paling kita benci di sini karena hujannya, dan panasnya yang luar biasa setelah itu. Meski begitu, kanal siaran ini hadir di tengah kebencian kalian. Meski begitu, akan ada banyak festival seperti tanabata di musim yang kalian benci ini.
Musim panas ibaratnya sebuah koin, dia memiliki sisi buruk, kenangan buruk, dan kejadian buruk di salah satu sisi. Di sisi sebaliknya terdapat kejadian baik, kenangan baik, sisi baik.
Musim panas menyimpan banyak hal, tak selamanya ia harus hitam atau harus putih.
Bagaimana kalian mendeskripsikan musim panas? Seorang pengirim pesan mendeskripsikan musim panasnya sebagai sebuah momen yang tak terlupakan. Ia berkata bahwa musim panasnya merekah seperti warna-warni kembang api yang ada di langit malam di festival musim panas.
Harus kuakui, surat ini sedikit puitis, bagaimana jika kita mulai mendengarkannya?
–
Hai, Yoru! Ini adalah surat pertamaku untuk Shigure FM. Kanal siaran ini membuatku bernostalgia pada jaman radio analog, aku sangat menyukai jenis siaran seperti ini, apalagi musik-musiknya juga sangat cocok didengar saat musim hujan. Semangat untukmu!
Yoru, rasanya, aku yakin kalau semua orang sebenarnya hanya mengira-ngira tentang bagaimana mereka merasakan cinta.
Jika kau menanyakannya pada temanmu tentang bagaimana rasanya cinta, pasti jawabannya berbeda-beda. Ada yang merasakan kehangatan dan kenyamanan, ada yang merasakan rasa geli, aneh, dan tidak nyaman di perutnya. Ada juga yang merasakan bahwa cinta itu selalu membuatmu salah tingkah dan berdebar-debar.
Definisi tiap orang tentang cinta, kurasa tidak ada yang salah—kecuali jika definisinya tentang cinta terlalu bodoh sampai bisa membahayakan orang lain.
Bagiku, ada satu event yang membuatku menarik kesimpulan tentang bagaimana rasanya cinta. Saat aku mengatakannya, dan menempelkan bibirku pada bibirnya malam itu, aku sangat yakin kalau aku sedang merasakan cinta.
Saat itu, cinta yang kurasakan seperti berbagai warna menakjubkan dan suara dari kembang api, membuat jantungku berdegup-degup, dan terasa menghipnotis.
Kembang api malam itu terasa sangat memenuhi hatiku, setiap letusannya membuatku merasa kalau aku tidak sendirian. Di setiap percikan apinya yang penuh warna membuatku menyadari bahwa cinta, adalah salah satu dari ribuan warna yang bisa dilukis dari sebuah kanvas bernama kehidupan.
Saat kembang api meletus malam itu, bersamaan dengan mataku yang melihat warna-warna, lidahku juga merasakan berbagai macam rasa, termasuk rasa pahit.
Malam itu, aku menarik kesimpulan tentang bagaimana rasanya cinta.
Pertemuan kami dimulai saat musim semi tujuh tahun yang lalu, di depan papan pembagian kelas. Sebagai seorang murid laki-laki, tinggiku sebenarnya hanya berada di tinggi rata-rata, belum pagi itu memang pagi yang sibuk dan berdesakan.
Aku jadi harus berjinjit atau harus terus menerobos ke depan karena mataku juga minus—tidak seberapa parah, sih. Mungkin karena sedang sibuk melihat itu lah, aku tidak terlalu memerhatikan, seorang gadis yang berdiri menjulang di sebelahku.
Sampai akhirnya, kami bertabrakan. Gadis itu dengan sigap meraih tubuhku, dan menggunakan lututnya, ia menopang kami agar tidak terjatuh dan memancing banyak atensi.
Saat itu, aku mendongak dan melihat wajah seorang gadis yang sedang bersemu merah.
Saat itu aku mengucapkan maaf dan terima kasih, lalu berlari pergi. Pada akhirnya aku menunggu sampai papan pengumuman terlihat agak sepi, saat itu aku baru bisa menemukan namaku berada di kelas berapa.
Kupikir itu akan menjadi momen yang hanya terjadi satu kali dalam seumur hidupku, maksudku, aku sampai harus ditopang seorang gadis agar tidak terjatuh, daripada malu, sebenarnya aku lebih ke menyalahkan diriku sendiri kenapa begitu ceroboh sampai merepotkan orang lain.
Yah, singkat cerita, pertemuan pertama itu ternyata berlanjut di keesokan harinya, di mana ia duduk di samping bangkuku—kami berada di kelas yang sama.
Sampai sini dulu, aku tidak pandai menulis pesan yang panjang, kapan-kapan akan aku sambung kembali, terima kasih jika pesan ini dibaca.
Ah, silakan baca namaku (ini bukan nama asli).
—Hanabi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top