58







SHE WAS WRONG


CHAPTER

58



█████████

Its hurt to let you go , but its hurt even more to stay



█████████







Seminggu bertukar sebulan . Sebulan berubah tiga bulan —

Namun hati masih teringatkan dia sang kekasih . Kekasih yang jauh entah ke mana . Hilang dari pamdangan . Hanya yang menemani ... rakaman suaranya .

Manakala,di bahagian gelari telefon itu ...
Beratus-ratus gambarnya , dari mana ... dan bila waktunya lelaki itu mengambil gambarnya .

Sewaktu dia makan, berjalan , hanya termenung ke luar kafe ... tidur ...

Air mata sudah mengering , ditatap gambar itu sambil mendengar rakaman suara Lufasz setiap malam .
Mimpinya bertemankan kerinduan —


" —— Ell , belon-belon ni nak sangkut mana ? "

Pertanyaan bapanya menyentaknya dari lamunan siang , tersenyum lebar tatkala melihat belon-belon ditangan bapanya .

Kerana hari ini , adalah ulang tahun 100 hari buat Aiden . Sambutan kecil-kecilan , khas untuk keluarga terdekat dan mungkin — sahabat . Andai mereka datang ...



" — kat tepi tu pun tak apa pa — "  ujarnya diarahkan pada sudut dinding bersebelahan meja makan yang sudah dihiasi hidangan masakan .

Kimberlin Hans dengan sengihan lebarnya menghiaskam sudut dinding itu dengan belon-belon yang ditempah khas buat Aiden .

'Prince Aiden '
' 100 days 4 baby boy '
' hug and kiss 4 big boy '

Pelbagai kata-kata ucapan pendek yang diprintkan di belon itu . Malah , ibu bapayan juga memakai t-shirt serupa yang diprintkan gambar Aiden .

Sedikit sebanyak terubat kesedihan Ellen kepada sang kekasih ,

Melihatkan semua kru yang membantu dalam majlis ini ke hulur ke hilir menyiapkan apa yang patut membuatkan senyuman Ellen berubah kelat , sesaat  .

Entah mengapa ,
Terbit bayangan dibenak fikirannya .
Bayangan ..Lufasz turut sama bersama mereka . Bertungkus-lumus memastikan kesempurnaan majlis buat anak mereka . Terbayang susuk tubuh lelaki itu bergerak sana sini , sama ada menyusun fram gambar Aiden di sudut 'selfie' ... atau sedang bergelak tawa dengan papa ...

Bayangan ilusi itu sahaja mampu menghadirkan kebahagian dalam dirinya . Senyuman mekar dibibir , mata terbias sinar kebahagian .



Seruan daripada ibunya membuatkan matanya jatuh pada Aiden yang sudah siap dalam —

Tawa kecil Ellen terlepas jua ,

" ma — ma buat apa dekat Aiden ni —— " selorohnya sambil mendepakan kedua tangannya ingin menyambut tubuh Aiden .


" hee ...comelkan ? "

Tergeleng Ellen , matanya tak lepas melihat Aiden yang dipaksa memakai sut hitam formal dengan seluar hitam  . Bow tie comel dikemaskan dileher anak kecil itu .  Rambut lurus anaknya pula disikat kemas . Yang paling cute adalah , ibunya sempat dapatkan bingkai cermin  bulat  yang kecil  bermaterial plastik lembut yang tergantung dileher Aiden .

" cuba tengok , kalau Aiden pakai cermin bulat tu — muka dia nampak macam siapa ? "

Ellen tahu jawapannya , senyuman terbit dibibir . Jarinya diusap lembut ke wajah mulus Aiden . Terkelip-kelip mata biru anaknya merenung tepat ke wajahnya . Dengan bibir kecil itu yang sesekali terbuka dan tangan halus itu yang tergapai-gapai ingin menyentuh wajahnya —
Bahagia ...



" tanpa cermin tu pun , Aiden memang ingatkan Ell pada dia ma — "



Ibunya mengangguk , memeluk sisi tubuhnya memberi kekuatan .


" dia akan pulang Ell "



Tubir mata yang hangat dikerdip pantas , anggukan diberikan buat ibunya bersama senyuman kecil .  Pipi Aiden dicium halus sebelum dia menapak menghampiri bapanya ,


" wah ! Cucu Hans —— dah siap ! " laungan bapanya bergema disegenap rumah .
















██████████






" Ell —— "


Seruan halus namanya ,
Ellen terpaku melihat Dhia dan suaminya dimuka pintu sebelum matanya melorot ke belakag pasangan itu . Kosong . Bermakna —


Sekelip mata tubuhnya didakap oleh Dhia , disaksikan oleh Finn Qaees yang tersenyum manis padanya .



" Ell , saya minta maaf ... I'm so sorry , saya tak patut ... layan awak dengan Lufasz macam tu ... s-saya ..minta maaf Ell ... saya t-terlalu ikutkan emosi ..saya tak fikir perasaan awak dan Lufasz — " lirih ucapan Dhia menyapa telinganya , mengetuk pintu hatinya .




Ellen menghela nafas berat ,
Senyuman lebar dihadiahkan buat wanita itu . Sebagai jawapan buat permintaan wanita itu .



" Thanks sebab datang , anyway — Aiden pun dah bersiap , nak tengok dia ? " senyuman Ellen mekar apabila menyebut perihal anaknua lantas pasangan itu dibawa ke arah booth selfie . Aiden yang sedang digendong bapanya dihampiri .



Dhia menjerit kesukaan apatah lagi dengan penampilan bayinya , riuh suasana tika itu .


" Ellen — ini ...dari kami ... " sebuah kotak bersais sederhana besar disua oleh Finn Qaees .

" dan ini —— dari Lufasz " nama lelaki itu disebut perlahan separuh berbisik . Sebuah kotak bersaiz  kecil yang dapat dimuatkan kedalam poket seluar disua pula padanya ,


Lambat-lambat Ellen menyambut hadiah dari ...Lufasz itu . Tautan keningnya bersatu , sebelum mata kembali naik menikam wajah Finn Qaees .


" dia —— dia ada dekat sini ? "



Tiada jawapan daripada lelaki itu . Hanya tatapan kosong , polos membalas pertanyaan itu .



" and he told me to tell you that —  his love is eternity , those feelings that kept curling in his heart ... the euphoria is you , the bitterness is him . His loves for you is —— homeless but for eternity . "



Ellen tunduk menatap kotak kecil itu , tangannya menggengam erat kotak baldu itu .


Hela berat Ellen lepas bersama rasa yang membebani jiwa . 


" tell him I don't care even our love is homeless . Aiden and I are his home — he should'nt be a coward and playing hide and seek like a fuckin' baby ! "


Selaran Ellen memancing semua mata , namun yang paling penting , mengundang decitan sinis oleh Finn Qaees yang sudah tersengih nakal,


" itu kau kena spit it out on his face by yourself — "


Terkesima , kepala terus terdongak mencari kebenaran diwajah lelaki itu ,

" open that damn present "


Ellen menggengam kuat kotal baldu itu , perlahan-lahan dibuka seperti yang diarahkan oleh lelaki itu .



Sebuah kunci .





























██████████













" tempat apa ni ? " soal Ellen apabila terpandangkan sebuah bangunan besar dihadapannya  .


" masuk kalau nak tahu " senada arahan Finn Qaees sebel disambut isterinya yang memaut lengan Ellen .



" kunci tu Ell "

Ellen pantas mengeluarkan kunci itu dari pursenya . Berkerutan dahinya tika ini , masih cuba memahami situasi yang sedang berlaku .





Dalam kebingungan , Ellen masih keluar dari perut kereta itu . Matanya melirik pula pada kenderaan bapanya yang membontoti kenderaan Finn Qaees dari belakang . Aiden pula ada pada ibunya .


Ellen kembali berpusing , menghadap bangunan yang tersergam indah itu .


Kaki diusung berat ke arah pintu gerbang itu . Kunci ditangan dibelek , mata dilirik ke arah lubang kunci pintu itu . Nafasnya juga ikut berat . Berdebar , sepertinya ... akan menemui seseorang ...yang didambakan ..yang dirindu sebaik sahaja pintu itu dibukanya ——


Namun ,
Masih tersisa kekhuatiran dalam dada ,
Andai , itu hanya tinggal harapan .. andai ... apa dia hanya menaruh harapan terlalu tinggi  ... yang akan musnah sejurus daun pintu ini dikuak ——
Pelbagai kemungkinan ... apa sahaja boleh berlaku .




Perlahan-lahan , kunci itu dimasukkan ke dalam lubangnya , dipulas —




Klik !



Entah mengapa , bunyi itu sahaja mampu buat hatinya berdebar hebat . Kaki diusung setapak demi setapak ke dalam . Membiarkan kakinya membawa diri .





Gelap gelita . Namun , jelas terasa kedinginan penghawa dingin menyapa tubuh .



Tap .
Tap .
Tap .






Derapan tapak kaki kedengaran bergema di seluruh ruang , dalam kegelapan . Tangan Ellen yang bergetaran digenggam erat , cuba mengawap emosi . Cuba .






Saat cahaya lampu dibuka silih berganti sehingga keseluruhan ruang besar itu diterangi cahaya lampu ,



Barulah anak mata Ellen jelas melihat disekitarnya .
Meja bulat dan kerusi-kerusi yang tersusun kemas . Dan hiasan indah , juga dirinya yang kini berdiri benar-benar dilaluam red carpet yang jelas dituju terus ke arah pentas mewah dihadapannya .




Telinganya yang mendengar alunan gemersik piano , halus menyelusuri jiwanya apabila not-not lagu itu sama , serupa dengan alunan piano yang dimainkan olehnya sewaktu disatukan dengan — Lufasz lima tahun lepas .




Tubir mata hangat , terkenangkan  kembali masa silamnya . Tidak sampai tiga saat ,

Ruangan yang tadinya kosong , dipenuhi lelaki yang bertopeng putih bersama pasangan masing - masing . Menari mengikut alunan indah piano itu .



Air matanya menyapa wajah , esakan kecilnya terlepas jua meski ditahan sejak tadi .




Pasangan bertopeng itu menari  , berpusing , memeluk erat pasangan tari mereka .



Sehinggalah , mata Ellen betul-betul menikam susuk tubuh lelaki yang bertopeng hitam dihujung sana . Bertentangan dengannya .



Biasan lampu yang menyinari wajah bertopeng itu menyaksikan sepasang mata biru merenung tepat ke wajahnya . Senyuman kecil meniti dibibir itu .





Dan , setiap saat berlalu diselangi derapan langkah lelaki itu yang menghampirinya .























███████████



I hate you I love you , I hate that I love you .


Do you love me ?





████████████









Tbc
vote
Comment

- chp 59 ending and 60 epiloque -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top