15


SHE WAS WRONG

CHAPTER

15



▫▫▫












Dress putih salju tergantung elok di dalam almari . Meski waktu sudah berlalu , pakaian itu masih indah. Tidak tercemar dek debu kotoran .

Jemari dilarikan sekitar bahagian lengan dress itu . Tergambar coretan hari bahagianya sewaktu disatukan dengan lelaki itu. Kekasih hati .


" kalau you nak ubah fikiran, maybe ini waktunya —— "

Tubuh Lufasz yang membelakangi diri ditatap hiba . Namun , senyuman dikoyak lebar . Sedangkan terang - terang lelaki itu tidak bisa melihat senyumannya . Malah , mungkin tidak ingin sama sekali .

Perlahan langkah diusung mendekati bakal suami lantas dipaut lengan sasa itu . Lufasz pantas menoleh saat terasa pautan di lengannya ,


" I memang sukakan you . So, pendirian I tak akan berubah —— " anak mata saling bertaut , sepasang mata hazel menatap penuh harapan , manakala sepasang mata biru menatap kosong .

Lufasz membisu , hanya anak matanya melirik wajah wanita itu . Cuba meraih sedikit harapan namun , kosong . Dia tidak nampak hala tuju kisah mereka . Hanya yang dilihat ... sebuah kehancuran ... kesilapan . Malapetaka.

Pautan Ellen dileraikan , membina jarak antara mereka .

" jangan cakap I tak beri peluang untuk you elakkan  kesilapan terbesar ni . "




" I'm happy ... my daughter is back "

Ellen pantas menoleh , senyuman diukir buat ibunya . Anak mata ibunya pantas melirik dress perkahwinan miliknya .

" dah lima tahun ... kamu dah ... Lufasz . " senyuman ibunya kecil ,

" I'm glad ... kalian mampu bertahan selama ini . I'm so happy ... too happy for my daughter ... my litle princess " pipi Ellen diusap dengan ibu jari . Penuh kasih .

" thanks mom . Thank you " lirih suara Ellen menatap sayu wajah ibunya .

Tangan ditekup ke perut anaknya bersama senyuman bahagia , hampir menitiskan air mata namun cepat diseka ,

" I will wait for this grandchild ... my precious heir "

" this child juga tak sabar jumpa nanny dia ... so , nanny dia kena sihat selalu ... tak boleh jatuh sakit . " selorohnya cuba menaikkan seri suasana antara ibu anak itu  .

Sang ibu tersenyum bahagia , kedua tangan Ellen pantas digenggam erat . Sama seperti masa dulu .

" I will make sure to be by your side ... till the end , even the world against you ... termasuklah ... my husband . Your mom will always support you no matter what . "






















Derapan tumit kasut yang bergema membuatkan Lufasz terdongak . Merenung tepat ke hadapannya .

Elise yang turut sama merenung dirinya hanya dingin . Tenungan menikam satu sama lain . Tidak terungkai maksud di sebaliknya .

Elise kembali menyambung langkahnya. Diatur terus ke hadapan meski jelas lelaki itu ada di laluan sama . Mereka pasti berselisih !

Perselisihan berlaku . Langkah mati . Butir bicara yang memenuhi pekung di dada dibuka meski tidak saling bersemuka depan-depan .


" kalau kau masih nak tunjuk berani , then ... teruskan hubungan dengan Ell —— , tapi " Ditoleh ke kirinya menatap tajam sisi wajah Lufasz .

" jangan menyesal nanti " sambungnya separuh berbisik . Sinis dan penuh dengan ugutan .

Langkah wanita itu diorak namun terkandas sejurus Lufasz buka bicara ,

" aku akan buktikan —— aku layak untuk Ellen . Mark my words Kimberlin "

Elise menoleh sepenuhnya , namun lelaki itu sudah mengorak pergi langkahnya .

Bahang amarah mendidih dalam diri . Memakan segala nilai kemanusian yang tersisa . Habis punah . Membakar diri .

Pada masa yang sama , di aras dua rumah agam itu . Jelas , Kimberlin Hans menyaksikan sendiri sketsa pendek itu . Rahang diketap bengis , mata berubah gelap . Buku lima dikepal erat , membawa pandangan ke arah susuk tubuh menantunya yang berlalu pergi .

































" you tahukan I jenis no string-attach ?  " soalan Lufasz di kala date kali ketiga mereka dibiar tanpa balasan . Jelas , ke mana hala tuju perbualan ini .

" tour you ke tokyo macam mana ? Ok ? "

Lufasz dark chuckle , mata birunya merenung terus ke dalam anak mata Ellen .

" you see ... you sendiri tak dapat terima prinsip I , so ... we are not suit each other babe —— " lembut suara lelaki itu ,

" right . Macam ni lah ... " kedua tangan disatukan di atas meja , merenung wajah Lufasz . Penuh harapan .

" Maybe sekarang I tak boleh ... but I' ll try ok ? Cuma... boleh you kurangkan sikit ... percentage... prinsip you tu ? Please ... seriously , I tak boleh tengoklah perempuan lain rapat dengan you ... I jujur ni " bersungguh wanita itu mencuit hati lelaki bermulut manis bak madu itu .

Lufasz menyengetkan kepalanya , bibir melengkung senyuman sinis

" I dengan you sekarang... bila masa pulak I layan perempuan lain hum ? " soalnya cuba menguji Ellen .

Bibir Ellen juihkan pada pelayan wanita yang sibuk bergosip dengan mata tak lepas mencuri pandang pada kekasihnya .

Lufasz toleh , senyuman melebar apabila mendapati kebenaran itu . Wajah Ellen ditatap semula .

" you're quite possesive hum babe —— totally shocking but I like it . " bersahaja bicara indah itu meluncur dari bibir .

Ellen pantas gigit bibirnya , malu ! Sedang asyik melayan rasa malunya , tidak sedar bahawa lelaki itu sudah berdiri disisi , dengan tangan disua padanya . 

Mengira mungkin lelaki itu sudah membayar bil dan waktunya untuk pulang segera diraih tangan itu tanpa ragu .

Namun, sangkaannya melest apabila tangan yang disua tadi melingkar di pinggang sekali gus tubuh ditarik ke dalam separuh dakapan Lufasz .

" to tell them , that I'm off limit tonight " bisikan halus Lufasz menggelikan telinganya namun lebih penting lagi seluruh tubuh kaku . Darah menyerbu naik terus ke wajah . Panas !

Tertawa halus Lufasz apabila melihat perubahan wajah Ellen . Pelukan dieratkan lantas mengorak langkah keluar dari restaurant itu . Disaksikan beberapa pelayan wanita yang sudah terlopong kerana terkejut . PAtah hati sahaja .


























Comforter ditarik ke atas , membaluti tubuh sang suami yang keletihan . Ellen duduk berteleku disamping Lufasz yang sudah terlelap . Bibir tersenyum secara semulajadi saat melirik wajah suaminya .



Polos . Tidak seperti sikap sebenarnya yang dingin . Melihat sahaja wajah itu mampu membuatkan dirinya tenang . Rasa tenang seakan perasaan apabila menikmati keindahan alam . Berada di puncak gunung yang dihiasi kepulan awan yang memutih . Dinginnya menggigit hingga ke tulang namun rasa teruja itu tidak akan pernah lenyap  .

Lantas , dirinya bangun mengusung langkah ke arah pintu . Tekak terasa kering mungkin kerana hujan yang lebat menimpa bumi malam ini ditambah pula dengan aircond .


Langkahnya sekata , lancar mengorak ke arah tangga namun saat terdengar sayup-sayup perbalahan antara ibunya dan Elise pantas membuat langkah tadi mati .

Daun pintu teater room yang sering digunakan oleh Elise ditolak sedikit , mengintai dari celahan pintu itu .



" — tak nak dengar dah Lise cakap bukan-bukan pada papa " arahan dari ibunya sayup-sayup ditangkap .


" ma , Lise cuma nak selamatkan Ell je ! Kenapa ma selalu buruk sangka pada Lise, huh  ?! "

" Lise , I know you very well . I'm your mom ! Just stop, stop masuk campur hal rumah tangga diorang . "

" ma , kalau bukan Lise yang ambil tahu pasal Ell ... siapa lagi . Ma pleaselah , I told you many times —— lelaki tu tak sesuai untuk Ell . "

Ibu mereka mengelug berat , sesekali tangan naik memicit kepala yang mulai berdenyut .



" leave your sister alone Lise . Sampai bila kamu nak cemburu terus dengan adik kamu ! Selama ni , kamu yang paling kami titik beratkan tapi kamu —— apa yang kamu balas ? Lari dari rumah ... malukan kami dengan perangai liar kamu ! Apa lagi yang kamu tak puas hati Lise ! Apa ?! "


Ellen tekup mulutnya , perlahan-lahan berundur . Kembali semula ke biliknya dengan pelbagai persoalan dan rasa . Bercelaru .




Ellen terus memasuki biliknya . Daun pintu ditutup rapat . Berdiri pegun disitu sementara anak matanya melirik Lufasz yang masih nyenyak tidur .




Sementara perbalahan Elise dan ibunya masih berterusan .

" —— jangan ingat papa back up Lise , then ma akan diam . Buat tak tahu . Ma tahu Lise , ma tahu !"

" ma tahu pasal anak kamu Lise ! Ma tahu ... mana kamu sembunyikan dia ... siapa ayah dia ... ma tahu . Jangan ingat ma tak tahu rancangan kamu —— mungkin papa tak tahu ... but like I said , I know you very well Elise Sophia Kimberlin —— "















Tbc
Vote comment

| dh reveal sikit ... 😂😂😈
Still , sy rsa smacam suka pulak cerita psl Lufasz waktu dia player tuh .. typical crush ! 😏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top