PRESENT
MONDAY
SEPTEMBER 03, 2018
Aku berterima kasih pada Dave dan segera memasuki rumah. Di rumah, aku disambut pemandangan berupa Mom yang tengah duduk di sofa ruang tamu dengan segelas teh di tangannya, matanya memandangi televisi yang mati dan ia terlihat tak menyadari kehadiranku karena tubuhnya tak bergerak sedikitpun meski aku baru saja menutup pintu dengan kencang dan menaruh sepatuku ke atas rak dengan kasar.
"Mom?" aku memanggilnya.
Mom masih tak bergerak di tempatnya.
Aku mencoba sekali lagi. "Mom?" panggilku, kali ini dengan kakiku yang bergerak semakin mendekat padanya.
Mom masih diam.
"Mom!" pada titik ini, aku berteriak dengan keras, aku segera mengucapkan rasa syukur dalam hati begitu Mom akhirnya menoleh ke arahku dengan matanya yang membulat lebar. "Kau baik-baik saja?"
"Y-yeah yeah aku baik-baik saja, hanya sedikit terkejut," jawabnya, ia menaruh cangkir teh di tangannya ke atas meja dan kembali menoleh ke arahku dengan senyuman kecilnya. "Kau pulang naik apa? Stormy mengantarmu?"
Aku menggeleng. "Aku pulang bersama Dave dan Kai."
"Dave?" Mom bertanya, "apakah Star bersamanya?"
Mendengar itu, mataku membulat. "Mom!"
Mom terlihat tersadar akan apa yang ia bicarakan karena ia segera mengerjapkan matanya selama beberapa kali kemudian menggelengkan kepalanya. "A-aku minta maaf," kata Mom, suaranya begitu pelan, "semua ini ... mengetahui bahwa Star sudah tidak ada di sini lagi ... semua perubahan ini tidaklah mudah."
Aku mengangguk, pada saat ini aku ingin menangis tapi aku harus kuat di hadapan Mom. Mom nampak sudah akan menangis, aku tidak boleh ikut menangis juga. Salah satu di antara kami harus kuat.
"Aku tahu, Mom."
Mom terdiam, aku tak melihat setetes air matapun keluar dari matanya. Menghela napas syukur, aku kemudian menuju ke kamarku setelah memberikan Mom sebuah senyuman kecil.
Rumah kami bukanlah rumah terbesar yang pernah ada. Hanya ada tiga kamar tidur di rumah ini, satu untuk Mom dan Dad, satu yang paling kecil untuk Stormy, dan satu lagi untuk Star dan aku. Selama ini aku selalu mengeluh pada Mom dan Dad, menginginkan kamar sendiri yang dapat aku dekorasi sedemikian rupa seperti foto-foto yang aku temukan di Tumblr dan Pinterest.
Star sempat berkata bahwa dia akan pergi kuliah di universitas yang jauh dari rumah, tak seperti Stormy yang memilih untuk hanya kuliah di univeritas yang dekat dengan rumah membuatnya tak perlu pindah ke dorm atau menyewa apartemen sendiri--Stormy bilang itu adalah caranya menghemat uang.
Aku selalu menunggu waktu di mana Star akhirnya pergi ke kuliah dan tinggal di asrama, pergi meninggalkan rumah ini dan menjadikan kamar itu untukku sendiri. Aku bahkan sudah memiliki gambaran akan bagaimana kamarku nantinya ketika Star akhirnya pergi.
Dan sekarang, dia sudah pergi, namun bukan untuk pergi kuliah.
Rasanya begitu aneh ketika aku membuka kamar dan mendapati tempat yang dulunya menjadi tempat untuk kasur Star kini telah kosong. Lima hari setelah kematian Star yang berarti sehari sebelum hari kembali sekolah, Mom memutuskan untuk membuang kasur, pakaian, dan buku yang dimiliki Star dan memberikannya untuk donasi. Mom bilang itu adalah salah satu cara untuk melupakan Star, tapi aku masih tak kunjung melupakannya, dan sepertinya Mom pun begitu.
Aku tidak tahu bagaimana dengan Stormy dan Dad. Keduanya memiliki ekspresi wajah yang tak mudah dibaca, dan sejak dulu aku tak pernah dekat dengan Stormy, membuatku semakin kesusahan untuk membaca pikirannya.
Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur dan kembali mengulang kejadian di sekolah hari ini.
Aku menghindari Hannah dan Kate.
Semua senior yang menyampaikan bela sungkawanya.
Dave dan Kai yang bersikap biasa-biasa saja, tapi meski demikian, aku tahu bahwa Star masih di antara kami. Bagaimanapun juga, aku adalah adik Star, Dave adalah kekasih--atau mantan kekasih--Star, dan Kai adalah orang yang acap kali Star panggil sebagaik adik ipar.
Aku menghembuskan napasku dengan kasar, dalam hati aku mulai bertanya-tanya, kapankah semuanya akan kembali normal? Atau, akankah semuanya kembali normal?
Aku bahkan tak tahu jawabannya.
---
"Bagaimana hari pertamamu kembali sekolah, Sunny?" Dad bertanya, ia memberikanku senyuman sebelum memakan pastanya, sebuah pasta yang ia beli dari restoran yang tak jauh dari rumah. Semenjak kematian Star, Mom tidak bisa berkonsentrasi memasak, ia sempat mencobanya dan semua itu berujung dengan jemarinya yang terluka, dan ia kemudian menangis untuk sebuah alasan yang aku sendiri tak tahu apa, dan akhirnya Dad membawanya ke kamar, sedangkan Stormy mengajakku pergi ke sebuah restoran makanan cepat saji.
Sebelum ini, Mom adalah orang yang paling anti makanan yang dibeli di restoran. Hal ini semakin menunjukkan bahwa kematian Star sangatlah berdampak besar bagi kami semua.
"Semuanya baik-baik saja," jawabku. Semuanya tidak baik-baik saja kecuali ketika aku bersama Dave dan Kai.
"Bagaimana denganmu Stormy?" Dad bertanya pada Stormy.
Seperti biasa, Stormy hanya tersenyum dan mengangguk.
Semuanya kemudian terdiam. Dad tidak terlihat akan mengangkat topik pembicaraan lainnya, Mom bahkan tidak memakan pastanya, Stormy memang pendiam, dan aku, seperti Stormy, tidak suka berbicara terlalu banyak. Biasanya yang akan mewarnai meja makan dengan pembicaraan adalah Star kemudian Mom akan menimpali semua pembicaraannya dan meja makan akan menjadi sangat ramai. Tapi, kini, dalang di balik keramaian meja makan sudah tidak ada.
Menyadari betapa gelapnya suasana di ruang makan ini, napsu makanku menghilang, tapi aku tetap memakan pastanya karena tak ingin mensia-siakan uang yang sudah Dad sisihkan untuk makanan ini.
Uang adalah masalah besar di keluarga ini. Uang bukanlah hal yang dapat dengan mudah kami dapatkan. Karena itulah aku berusaha untuk menghargai tiap hal yang didapatkan dari uang, terutama uang dari Dad yang hanyalah seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan swasta.
Setelah selesai makan, aku mencuci semua piring dan menaruh pasta milik Mom yang masih utuh ke sebuah wadah untuk dimakan esok hari. Setelahnya, aku kembali menuju ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas malamku kemudian mengganti pakaianku dengan baju tidur, aku kemudian masuk ke dalam kamar dan berbaring di atas kasur. Mataku menatap ke arah bagian kosong dari kamar, membayangkan semua perabotan masih di sana dan Star berbaring di atas kasurnya.
"Selamat malam, Star," bisikku, aku kemudian menutup mataku.
Malam itu aku bermimpi bahwa kejadian itu tak pernah terjadi, Star masih di sini, semuanya baik-baik saja, dan makan malam begitu berwarna dengan cerita-ceritanya.
Tapi keesokan harinya ketika aku bangun dari mati sementaraku, aku menyadari bahwa mimpi bukanlah bagian dari kenyataan.
[-][-][-]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top