5 [5/5]

5 - She's Shy Because of Confession

--oOo--

Vania larut dalam pikirannya. Dia masih memikirkan tentang bagaimana Jitsui mengetahui namanya padahal mereka hanya bertemu beberapa kali dan saling bertegur sapa. Memang mereka sempat bercakap-cakap suatu kali tentang kesukaan, tapi semuanya dilakukan tanpa perkenalan nama.

Selama gadis itu bergelut dengan pikirannya, Jitsui tampak sudah mengerti tentang situasi yang akan ia hadapi ketika rekannya, Amari, memanggilnya mendekat.

Tidak ada lagi alasan untuk menyembunyikan kebenaran. Jitsui harus menjawab rasa penasaran seorang gadis yang ia permainkan dengan permainan detektif kecil-kecilan.

---

"Oi, Jitsui. Akhir-akhir ini kau hanya sibuk mengurus ajisai. Apa tidak ada hal lain yang bisa kau kerjakan selain hanya mengurusi bunga itu?"

Hatano yang tampak menghitung uang di meja kasir mendengkus sebal saat melihat tingkah aneh rekannya belakangan ini.

Sedangkan, Jitsui sendiri masih menyibukkan diri dengan bunga hydragea di dekatnya, mengabaikan sang rekan yang membicarakan dirinya. Jemari memotong batang demi batang untuk membuat buket yang cantik.

"Apa ini artinya sedang dimabuk cinta?" celetuk Amari yang baru saja selesai menyiram bunga di luar toko.

"Aku tidak tahu Jitsui seromantis ini sampai-sampai membuatkan buket bunga hampir setiap hari untuk gadis kesukaannya." Tazaki yang berjalan mengekori Amari ikut dalam pembicaraan bersama dengan merpati yang bertengger di tangannya.

"Jitsui bisa merasakan hal yang semacam itu? Ah, aku terkejut."

Sahutan Miyoshi yang sibuk becermin di dekat pintu yang memisahkan ruang karyawan dan ruang kerja tampaknya menyinggung pria bermahkota jelaga itu karena sekarang Jitsui berhenti sejenak dari kegiatannya.

"Jaga ucapanmu, Miyoshi-san."

Miyoshi hanya mengendikkan bahu kemudian mengunci rapat bibirnya, tidak bernafsu untuk memancing keributan lebih jauh. Akan berbahaya jika kau menyulut amarah orang yang IQnya turun karena sedang dimabuk cinta.

"Yeah, Jitsui rasanya sedang jatuh cinta. Biar kutebak ... Dengan gadis di penginapan seberang itu, bukan?" Kini Kaminaga ikut menimpali.

"Maksudmu turis yang pernah datang ke mari dan dibayarkan bunganya oleh Jitsui itu?"

Kaminaga mengangguk, membenarkan terkaan Hatano. Pria berambut caramel itu terkekeh pelan, sedangkan Hatano hanya menyunggingkan seringaian remeh.

"Kurasa gadis itu juga menyukai Jitsui. Kau lihat seberapa merah wajahnya saat Jitsui menolongnya dulu," celetuk Hatano yang membuat Kaminaga mengangguk setuju dan mengacungkan ibu jari sebagai bentuk persetujuan akan hubungan Jitsui dengan gadis incarannya.

"Tapi, bukankah kurang sopan jika kau terus mengirimkan bunga dan surat kaleng seperti itu, Jitsui?"

Fukumoto keluar dari ruang khusus karyawan kemudian meletakkan mangkuk berisi potongan apel di meja kasir. Ya, pria itu-lah yang sering mendapati Jitsui memberikan buket bunga hydragea kepada nenek pemilik penginapan untuk diantarkan kepada Vania Aileen Haynsworth secara diam-diam.

"Fukumoto benar. Dia bisa merasa terancam," sahut Odagiri yang entah bagaimana sudah berada di dekat kasir dan tampak menyantap apel hasil kupasan Fukumoto.

Jitsui mengulas senyum. Ia tidak tahu mengapa rekan-rekannya ini tampak sebegitu peduli dengan urusannya. Hal tersebut cukup menganggunya, tapi ia akan tetap acuh sampai mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Permainan ini akan berakhir ketika dia datang ke sini. Aku akan mengatakan hal yang sejujurnya. Tentang bunga dan perasaanku. Aku yakin dia cukup merasa kesulitan untuk ke sini karena terlalu malu untuk melihatku."

Ucapan Jitsui sudah didengar oleh orang-orang dalam ruangan itu. Mereka semua menjadi saksi akan sumpah pria tersebut untuk mengakui perasaannya ketika Vania datang berkunjung.

"Wah, kata-kata yang keren. Tapi, sejak kapan narsis Miyoshi menular padamu?"

Malam itu, sebelum toko ditutup, terdengar suara hantaman dan teriakan tertahan dari dalam toko bunga. Izawa Kaminaga menjadi bulan-bulanan Morishima Jitsui dan Katsuhiko Miyoshi.

---

"Mungkin saat ini Anda sedang kebingungan, Haynsworth-san ... Sebelumnya maafkan aku."

Vania menengadahkan kepalanya secara refleks tatkala Jitsui memanggil kembali bicara dan memanggil namanya. Untuk kesekian kalinya netra keduanya berserobok, menyalurkan getaran menggelikan di dada.

Gadis itu menelan ludah, dia hanya bisa memasang telinganya baik-baik untuk mendengar apa yang akan dikatakan Jitsui selanjutnya.

Sang pria menghela napas sebelum kemudian membuka mulut untuk mengutarakan apa yang mengganjal dalam hatinya selama ini. Ia tidak mencoba mengusir atau pun menyangkal perasaan tersebut sedari awal. Jika ia melakukannya, ia tidak akan segila itu sampai mengirim buket bunga layaknya teror anonim.

"Aku yang mengirim buket bunga ajisai ke penginapan."

Sejenak napas Vania tercekat ketika mendengar pengakuan tersebut. Jadi, selama ini tebakannya benar. Bukan karena dirinya yang terlalu percaya diri, melainkan memang begitulah kenyataannya.

"Sebelumnya aku bertanya kepada Obaa-san pemilik penginapan. Tentang dirimu. Kemudian aku memutuskan untuk meminta tolong kepadanya mengantarkan buket-buket tersebut kepadamu."

Pantas saja Vania tidak pernah mendapat jawaban pasti dari nenek pemilik penginapan. Begitulah alasannya.

"Maafkan aku karena aku mungkin sempat menakutimu dengan buket bunga dan surat kaleng. Namun, aku benar-benar tulus dengan apa yang kulakukan."

Mata Vania membulat ketika mendengar hal tersebut. Apa artinya hal tersebut? Vania tidak ingin berpikir macam-macam, tapi banyak sekali kilasan film romansa yang terputar di otaknya sekarang.

Gadis itu dilempar kembali ke kenyataan dengan sentuhan hangat dan lembut dari tangan Jitsui yang kini mengenggam tangannya. Wajah Vania semakin memanas.

"Mungkin ini akan terdengar klise, tapi ... Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu, Vania Aileen Haynsworth-san ..."

Sunyi. Tak ada suara apapun. Hanya hening yang menyelimuti keduanya. Amari sudah undur diri dari sisi mereka sedari tadi, membiarkan keduanya menikmati momen.

Sekilas Vania melihat binar di netra obsidian pria manis yang kini sudah bersikap jantan untuk mengungkapkan perasaannya. Gadis itu menunduk, mencoba menyembunyikan rona merah di wajahnya, tapi tetap saja nihil.

Pada akhirnya, Vania memberanikan diri untuk membuka mulut, mengumpulkan segala perasaan yang bercampur aduk dalam dadanya.

"A-ah, maafkan aku karena pernah mencoba mengusir perasaan ini. Cukup menganggu, sih ... T-tapi, aku menyukainya. Um ... A-aku juga menyukaimu, Jitsui-san ... B-Bisakah kita menyempatkan waktu lebih dulu untuk mengenal lebih dalam sebelum benar-benar memulai suatu hubungan?"

Agak terbata, tapi perasaan yang ada dalam hati Vania dapat tersampaikan dengan jelas kepada Jitsui. Ah, bukan. Jitsui tidak merasa itu adalah penolakan, tapi sebuah awal untuk membangun suatu hubungan. Pria itu tampak mengukir senyum tipis sebelum kemudian membungkuk sejenak.

"Tentu saja. Mohon bantuannya, Vania-san. Ah, apa aku boleh memanggilmu seperti itu dan berbicara dengan santai?"

Vania tidak menyangka Jitsui akan menyetujui permintaannya. Namun, di sisi lain, dia juga bahagia karena memiliki waktu untuk mengenal lebih dekat orang yang akan menjalin hubungan dengannya. Setidaknya Vania harus menyingkirkan image peneror dari Jitsui secepatnya.

Gadis itu juga berusaha menyembunyikan rasa malu yang menggebu-gebu dalam dada tatkala mendengar Jitsui mengucap nama depannya. Vania tak marah, tapi senang ketika pria itu memanggil namanya.

"Y-ya, Jitsui. Aku tidak keberatan."

Dengan segala hal yang telah terjadi, pada akhirnya pertanyaan yang selama ini menghantui Vania sudah terjawab. Begitu pun perasaan Jitsui sudah benar-benar tersampaikan.

Sekarang hanya tinggal masalah waktu di mana keduanya dapat menjalin hubungan lebih erat lagi hingga berakhir pada ikatan suci yang begitu didambakan setiap orang bersama orang yang kekasih.

--oOo--

Zu Ende.

Total words: 1104 words.

BONUS ✧







Special Book for anyagregson a.k.a Aileen_Hayns.

Notes:
Maaf untuk keterlambatan pengiriman hadiahnya--yang sangat-sangat keterlaluan. Merpati Tazaki kabur sebelum Yu beri makan. :( /ggitu. Tahu banget Yu nggak tahu diri, nunda-nunda asupan orang. /cries.


Anak onlenku yang satu ini sudah semakin dewasa, doa yang terbaik dariku menyertaimu selalu, Nak.

Jujur diriku nggak pernah inget nama hari atau tanggal berapa tiap hari, tapi berkat penandaan kalender di HP langsung ingat tanggal 2 Juni hari apaan. :(

Sudah ada planning. Namun, baru sempat terpublish dan dilanjut sekarang. Maafkan Emakmu yang ngaret dan magernya luar biasa sampai bisa satu tahun perayaan ultah. ㅠㅠ

Hadiah untukmu, Nak. Semoga kezheyenxku menyukainya~ Luv luv♡

Sincerely,

Akabane Yu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top