Tomorrow Is Monday
Hari berlalu dengan cepat, matahari muncul dari ufuk timur, it's sunday morning. [Name] mengenakan sepatu olahraganya, gadis itu mengalungkan sebuah handuk kecil di lehernya, ia bersiap untuk jogging.
Matanya menelisik ke sekitar lingkungan, sepi, hanya ada beberapa orang di sekitar situ, dan nampak sedang melakukan olahraga pagi.
Ia mulai dengan melakukan pemanasan, merenggangkan kedua tangannya, berlari-lari kecil di tempat dan melompat-lompat kecil.
Setelah dirasa cukup, gadis itu langsung menggerakkan kakinya untuk jogging.
Udara pagi masih begitu sejuk, [Name] menarik nafasnya sebanyak mungkin, ia tak mau melewatkan kesempatan ini, setiap berangkat sekolah udaranya tak sesejuk ini.
Kedua kakinya begitu lancar berlari, hingga tak sadar jika dirinya sudah berada di daerah yang tak dikenalnya, matanya menampakan sorot panik saat menoleh kebelakang sana, dia ada di mana sekarang?! Merogoh saku celana yang dikenakan, mencari sebuah benda elektronik penting miliknya, dan yup! Ponsel pintarnya tak ada, gadis itu tadi sengaja tak membawa ponsel karna merasa akan repot, dan sekarang..
“Oh my Lord..” dengan lunglai ia menepi lalu mendudukkan dirinya di sebuah kursi panjang di pinggir jalan, nafasnya terengah-engah.
“Di mana ini? Masih di Gangseo kan?”
Manik abu-abunya bergulir kearah kanan, memperhatikan sebuah toko serba ada di sebrang jalan sana, ia merasa deja vu.
“Park Jong Gun! Anda ditangkap atas tuduhan kejahatan kriminal!”
“Tidak apa-apa, [Name]..”
“Kenapa mereka menangkapmu?”
“Kau bisa pulang sendiri kan?”
“Ayo ikut kami!”
“Hati-hati ya, sayang.”
“Kenapa kalian menangkapnya?!”
“Aku akan segera kembali, tenanglah.”
Gasp!
“Ah iya.. tempat itu kan-”
Guk!
Guk!
Guk!
Guk!
Woof!
Bark!
Guk!
Woof!
[Name] melototkan matanya, ia langsung menoleh kearah suara gonggongan anjing barusan, bulu kuduknya langsung berdiri mendengar suara hewan imut namun mengerikan secara bersamaan itu.
“A-anjing, ya ampun!” gadis itu langsung berdiri dari duduknya lalu berlari kearah berlawanan, menjauh dari arah suara anjing itu berasal. Sebelum dikejar, kita harus lari terlebih dahulu.
•••
Bunyi guntur bersahut-sahutan di langit malam, hujan deras turun.
“Kau gagal menjadi penerusku, Seong Yohan.”
Pemuda berambut coklat yang tergeletak mengenaskan di atas tanah basah menangis kencang, langit gelap turun hujan seolah mengejeknya, orang-orang di sekitar menatap kearahnya miris.
Baju lengan panjang putih polosnya kotor karna lumpur basah dan beberapa bercak darah, tanpa merasa bersalah seorang pemuda berjas coklat yang berdiri menjulang di depan pemuda malang itu menyalakan rokok lalu menghisapnya perlahan.
“Mau menjadi penerusku? Menyatukan sebuah crew kecil saja tak bisa, cih!” bibirnya berdecih.
Dengan sisa-sisa tenaga, pemuda malang yang tergeletak di atas tanah itu menggerakkan kepalanya untuk menggigit kaki yang terbalut sepatu pantofel di depannya.
Sambil bergumam putus asa memanggil ibunya, begitu menyedihkan.
“Mama..”
“Mama..”
Manik iblis pemuda berjas coklat itu melirik kebawah sana, “Apa yang kau lakukan, bocah bodoh!”
“Itu sepatu kesayanganku, mau kupatahkan gigimu?” ia berjongkok lalu mengulurkan tangannya hendak meraih wajah pemuda malang itu, sambil tersenyum menyeramkan.
Tap!
“Minggir dong.”
Sebuah tangan muncul dari belakang pemuda bermanik iblis itu, mendorong bahunya ke samping hingga tubuhnya terhuyung sedikit, refleks saja ia menyeimbangkan tubuhnya.
“Apa-apaan?!”
“Kau tak apa-apa, Yohan?” pemuda berjaket biru tua itu menunduk menatap laki-laki yang dia panggil Yohan.
“Siapa kau? Temannya?” si jas coklat berdiri lalu menghisap nikotin yang setia terselip di antara jemarinya dengan perlahan, matanya ia sipitkan kearah pemuda yang baru saja mendorong bahunya itu.
“Siapa om-om ini?”
Dahinya mengernyit tak senang, hei! Dia belum terlalu tua untuk di panggil paman.
“Dia mengganggumu, Yohan?”
“Menyingkirlah, aku masih ada urusan dengan bocah itu,” ucapnya sambil menghisap panjang rokoknya sekali lalu membuangnya ke sembarang arah.
“Huh? Dari penglihatanku, kau ini orang jahat. Ada urusan apa kau dengan Yohan?”
“Banyak tanya sekali, menyingkirlah!”
“Nggak mau lah, bangsat!” sebuah jari telunjuk dilemparkan ke arahnya.
Sontak saja giginya bergemelatuk geram, “Ah.. aku kesal sekali..”
•••
[Name] menyipitkan matanya kearah seorang pemuda yang baru saja memasuki kamarnya. Gadis itu kini sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap, memainkan ponselnya.
“Kau habis hujan-hujanan tanpaku?” ucap [Name] sengit, ia melirik keluar jendela, langit telah selesai menumpahkan semua bebannya.
Jong Gun, pemuda itu berjalan masuk kedalam kamar mandi, sebelumnya ia berkata, “Aku menginap ya malam ini?”
“Hm.”
[Name] beranjak dari tempatnya lalu berlari kecil kearah balkon, ia membuka pintu lalu hendak keluar namun terhenti saat melihat lantai balkon basah, alhasil ia hanya berdiri di ambang sambil menatapi langit yang gelap tiada bintang.
Surai silver-nya yang sengaja ia gerai bergerak-gerak karna terkena hembusan angin dingin malam.
Sudah lebih dari sepuluh menit gadis berpiyama kuning itu berdiri di ambang pintu balkon sambil melamun menatap lurus kearah langit, hingga tak sadar jika seseorang kini sedang berjalan kearahnya dari belakang.
Grep!
“Kau mau sakit?” sebuah tangan melingkar secara tiba-tiba di pinggangnya, [Name] tersentak, namun saat mencium aroma menguar sabun miliknya dari sosok yang memeluknya dari belakang saat ini, ia langsung menghelakan nafasnya.
“Aku kaget!” kesal [Name], ia memukul lengan bertato itu.
“Tebak, tadi aku bertemu siapa?” suara bariton terdengar.
“Siapa? Wanita cantik?” langsung terdengar bunyi decakan, [Name] terkekeh.
“Um.. siapa? Artis?”
“Bukan.”
“Hantu?”
“Bukan.”
“Vampir?”
“Bukan.”
“Werewolf-”
“Mereka tak nyata, sayang..”
[Name] mendengus, “Kau bertemu dengan siapa dong?”
“Idolaku.”
[Name] menyipitkan matanya lalu menolehkan sedikit kepalanya kebelakang lalu mendongak untuk melihat wajah kekasihnya, “Siapa?”
“Praktak.”
“Oh! Yang jago Muay Thai itu?! Serius?! Bukankah dia sudah tidak..”
Gun mengangguk lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher [Name], “Ayo tidur, ini sudah malam.”
“Ah iya! Besok senin!”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top