Shock!


Bunyi klakson bersahut-sahutan menyapa gendang telinga, deretan mobil sejauh lima belas meter tak bergerak sama sekali, para pengemudi berteriak kesal satu sama lain karna sudah setengah jam mereka begini, macet.

“Urusai..”

[Name] tak melunturkan senyumnya sama sekali, ia sedari tadi mematut wajahnya di sebuah cermin kecil yang setia gadis itu bawa, tak mengiadahkan situasi yang sedang panas di sekitarnya.

Menyugar surainya yang telah dipotong pendek cantik seatas bahu dengan senang, “Wah.. aku cantik sekali..” gumamnya.

Jong Gun mematikan mesin mobil, buang-buang bensin jika ia menyalakannya hingga perjalanan kembali lancar, maniknya melirik sang gadis yang nampak berbinar bahagia dengan model baru rambutnya.

“Suka sekali?”

[Name] mengalihkan fokusnya dari cermin, “Huh? Iya, hehe.”

Kemudian melirik keluar jendela, “Loh? Macet?”

“Baru sadar?” ucap Gun sambil melepas kacamatanya lalu membantingnya ke atas dashboard, kebiasaan.

“Ini di mana? Masih di Gangseo?”

“Iya.”

[Name] menggangguk-angguk, “Kukira mobilnya sedari tadi jalan..”

“Kau keasikan bersua sih.”

Menyengir lalu merogoh saku rok pendek yang dikenakannya, mengeluarkan sebungkus permen rasa coklat, “Aku tadi diberi ini sama kakak-kakak salonnya.”

“Lalu?”

“Kau mau?” tawar [Name].

Gun menggeleng, “Kau makan saja.” Melirik ke depan, mobil di depannya tak melakukan pergerakan sama sekali.

“Ya sudah.”

•••

DRAK!

DRAK!

DRAK!

DRAK!

DRAK!

“Dia kembali!”

“Apa?”

Cairan alkohol membasahi lantai, beberapa puntung rokok ikut mengotori. Seseorang berdiri di tengah-tengah ruangan, menolehkan sedikit kepalanya kebelakang melirik sekilas pemuda bersurai jabrik yang masuk secara tiba-tiba kedalam ruangannya tanpa permisi.

“Gadis itu kembali, K-kak Donghae.”

Donghae Lee, pemuda bertelanjang dada itu terkekeh, ia menghisap panjang tembakau di antara jemarinya lalu membuangnya asal ke pojok ruangan.

Jari telunjuknya terulur masuk kedalam mulut menekan gigi-giginya yang merupakan hasil implan, “Brengsek..”

“K-kak Donghae, bagaimana jika kita memba-”

”Panggil Jiho, suruh dia kemari!”

Si surai jabrik yang semula menunduk langsung mendongak, “Y-ya, Kak!”

Tanpa basa-basi ia langsung berlari keluar ruangan untuk menemui Jiho, rautnya penuh dengan rasa kepuasan, senyum miring terpatri.

Secara perlahan gunung es melebur, kita tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Sesuatu yang buruk atau sesuatu yang baik.

•••

“YERIM!”

“[NAME]!”

GREP!

“OH MY! OH MY! OH MY!”

[Name] dan Yerim, kedua gadis itu saling berpelukan erat dan berjingkrak-jingkrak kecil. Untuk pertama kalinya setelah berpisah lima tahun keduanya berpelukan begitu erat.

“I miss you so bad!”

“Huhuhu!” Yerim meneteskan air mata, gadis itu menangkup wajah [Name], “Kau kok tidak cubby lagi?!”

“Tirus kan sedang trend akhir-akhir ini.”

Yerim tertawa, ia memeluk [Name] lagi, “Sial! Kenapa aku malah menangis sih!?”

[Name] ikut meneteskan air mata, hidungnya terasa ada sesuatu yang menyumbat, lembek dan basah, ingus.

“Kau tambah tinggi, Yerim! Kok bisa sih?!” ucap [Name] sambil mengusap surai sahabatnya.

“Minum susu lah!”

Keduanya saling berpandangan lalu tertawa.

“Oh God! Sumpah! Aku ingin berteriak begitu senang saat ini juga, Yerim!” ucap [Name] sambil mengusap pipinya yang basah.

“Bagaimana kabarmu?” keduanya mendudukkan diri di sebuah kursi panjang kosong tak jauh dari mereka berdiri, saat ini kedua gadis itu sedang berada di sebuah taman.

“Baik dong! Kau?”

“Seperti yang kau lihat.”

[Name] tersenyum lalu melirik kearah tak jauh dari mereka berada, “Minho dan Gun sepertinya mudah akrab ya?”

“Iya, mungkin?” Yerim tersenyum, tak tahu saja kedua gadis itu perasaan Minho saat ini bagaimana!

Gun dan Minho, kedua pemuda itu mendudukkan dirinya di bawah sebuah pohon yang lumayan lebat. Tak jauh dari [Name] dan Yerim berada. Mereka berdua tak mau mengganggu kegiatan lepas rindu sepasang sahabat sejati itu, alhasil mereka memilih mengawasi dari jauh saja.

“Mau rokok?” tawar Gun pada Minho sambil menyodorkan ciggaretes-nya.

“A-aku tidak merokok, Kak.”

“Oh, bagus.”

Kembali pada sudut pandang [Name] dan Yerim.

“Jadi, itu pacarmu yang dulu itu..?” bisik Yerim sambil melirik-lirik Jong Gun yang sedang mematik rokoknya.

“Iya.”

Yerim tersenyum kikuk, “Sedikit menyeramkan..”

[Name] mengangguk, ia maklum. Kalau dilihat begitu teliti, penampilan Gun itu lumayan membuat nyali seseorang ciut. Pemuda itu seperti preman.

“Ah! Rencananya kedepan, kau mau bagaimana?” tanya Yerim, [Name] berpikir sejenak.

“Aku ingin melamar kerja.”

“Sama! Kau mau kerja di mana?”

“Kalau kau?” tanya balik [Name].

“XOX company, dua bulan lagi mereka membuka lowongan kerja loh. Pas sekali kan!”

“What?! Sama! Aku juga berniat melamar di sana!” pekik [Name] girang.

“Serius!? Ayo kita melamar kesana bersama!”

“Boleh!”

[Name] tersenyum-senyum, “Yeay! Kita tak akan berpisah lagi!”

Yerim mengangguk, “Eh, aku mau cerita sesuatu.”

“Hm? Cerita apa?”

“Jadi..” [Name] menaikkan kedua alisnya, “Jadi..?”

“Hehe, jangan kaget ya, [Name]!” Yerim menyengir, ia mengusap tengkuknya kikuk.

[Name] mengangguk, ia berdehem untuk bersiap, “Ya. Apa?”

“Aku..”

“Iya? Kau?”

“Jangan kaget!”

“Iya, ya ampun!” gemas [Name].

Yerim merogoh saku jaket denim-nya mengeluarkan sebuah benda lalu diberikan pada  [Name], “Lihatlah.”

“Ap- WHAT?!”

[Name] melotot kaget, ia sampai membulatkan mulutnya tak percaya.

“Kau?!”

“Halo, Aunty [Name]!”

“KAU HAMIL?!”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top