Shiro Oni~
“Beli itu, Gun!”
Jong Gun menyipitkan matanya kearah benda yang [Name] tunjuk, “Boneka? Buat apa?”
[Name] menyengir, ia menarik-narik lengan hoodie kekasihnya, alisnya ia naik-turunkan.
“Tidak. Kau sudah besar.”
“Apa masalahnya?!” ucap [Name].
“Mending beli selimut, kau suka kedinginan kan?” Jong Gun menarik lengan [Name] menjauh dari rak boneka.
“Boneka kan juga hangat!”
“Tapi tak bisa menyelimuti kakimu.”
“Ayolah, Gun..! Seratus ribu won saja.”
“Iie,” keluarlah bahasa jepang dari mulut sang Shiro Oni.
“Ayolah~!”
Jong Gun tak merespon lagi, ia mengusap puncuk kepala gadis di sampingnya lembut, matanya mengedar, “Kau lapar?”
[Name] menggeleng, ia mencebikan bibirnya sebal, kedua tangannya dilipat di depan dada, “Tadi kan sudah makan.”
“Mau beli macaroon?” tawar Jong Gun berusaha mengalihkan pikiran [Name] dari boneka beruang berwarna coklat tadi.
“Iie.”
Gun terperangah, “Kau tau artinya apa?”
“Artinya 'Tidak', iya kan?” [Name] mengibaskan rambutnya bangga.
“Kapan kau belajar bahasa Jepang?” gadis bermanik abu-abu itu tak menjawab, ia malah mengulurkan tangannya kedepan menunjuk sesuatu.
“Dia, Gun.”
“Huh?” Jong Gun mengikuti arah telunjuk [Name], lalu terpaku.
“Orang yang mengejutkanku dulu itu loh, yang pernah kuceritakan.”
‘Shit! Ngapain dia kesini?!’ batin Gun, ia menarik [Name] pergi, menjauh dari orang yang gadis itu tunjuk barusan, Kim Jung Goo, partner kerjanya.
Meski Jung Goo sudah tahu kalau Gun memiliki seorang kekasih yaitu [Name], tapi pemuda berambut pirang itu tetap tidak boleh sampai bertemu dengan gadis itu lagi, cukup untuk pertama dan terakhir kalinya dulu [Name] dan Jung Goo bisa bertemu secara kebetulan.
“Eh? Kenapa?”
“Jangan bertemu dengannya,” ucap Gun sambil menaikan tudung hoodie-nya lalu merangkul [Name] erat sambil berjalan kearah area timur, Jung Goo berada di area barat, pemuda berambut pirang itu nampak serius meneliti sebuah rak komik.
[Name] menoleh sekilas kebelakang, “Dia berbahaya ya..?” ia mendongak menatap wajah kekasihnya yang sudah seperti idol menyelinap keluar dari gedung agensi secara diam-diam untuk jalan-jalan.
“Hm, iya.”
Bisa gawat jika [Name] tahu apa sebenarnya yang ia lakukan setiap hari, gadis itu tak boleh sampai bertemu dengan Jung Goo.
•••
Brmm!!
“Aku mengantuk sekali..” ucap [Name] sambil menyandarkan punggungnya kebelakang kemudian menghelakan nafas panjang, Jong Gun melirik sekilas gadisnya itu lalu dengan perlahan ia memencet sebuah tombol di pintu agar kursi yang gadis itu duduki miring seratus dua puluh derajat kebelakang.
[Name] mengerjapkan matanya saat merasa kursi yang ia duduki miring kebelakang secara perlahan, “Eh?”
“Sudah nyaman?” ucap pemuda itu sambil membelokkan stir kearah kiri menggunakan tangan kiri, jari telunjuk tangan kanannya siap memencet tombol di pintu jika [Name] berkata tak nyaman.
“Sudah, terima kasih.”
“Tidurlah, kau mengantuk kan?”
“Hm..”
Baru saja [Name] memejamkan matanya, mata gadis itu langsung kembali terbuka segar saat mendengar suara berisik, sebuah pengendara motor sport menyalip dengan kecepatan penuh.
NGUUNG!
“Astaga..!”
Jong Gun melepas kacamata hitamnya lalu melemparkannya kasar ke atas dashboard, “Brengsek..” lirihnya, kakinya menginjak pedal gas menambah kecepatan, menyalip mobil di depan.
“Jangan mengebut!” ucap [Name] sedikit memekik, matanya melihat speedometer, sembilan puluh kilometer perjam.
“Takut sekali,” ejek Gun, ia mengelus stir di tangannya lalu mendengus geli, laki-laki itu memelankan kecepatan mobil menjadi tujuh puluh lima perjam.
“Kau pikir!” [Name] mengusak surainya kebelakang lalu memejamkan matanya, “Besok kau kerja.. kan?”
Jong Gun berdehem, maniknya melirik sekilas kaca spion mobil, jalanan begitu lenggang.
Bunyi guntur samar-samar terdengar, lalu tak selang lama rintik air hujan turun membasahi kaca mobil, jalanan menjadi basah.
Mobil berhenti, di depan lampu merah, [Name] tertidur di kursinya, Jong Gun menatap gadis itu dengan senyum tipis.
Tangan kiri pemuda itu terulur mengusap pipinya, mulutnya bergumam mengatakan sesuatu, begitu lirih.
“You're mine, only mine..”
•••
CRRRSSSSHHH!!!
“Ukh..” [Name] membuka kelopak matanya perlahan, ia meraba sekitar, kasur. Selimut hitam tebal membalut pinggang hingga ujung kaki gadis itu.
Manik abu-abunya yang begitu sayu melirik kearah jendela yang tirainya terbuka, sinar matahari leluasa masuk.
Klek!
Pintu kamar mandi terbuka, seseorang keluar dengan hanya sebuah handuk membalut di pinggangnya.
“Sudah bangun?”
[Name] berdehem, ia mendudukkan dirinya lalu menggaruk kepalanya, “Kok aku bisa di sini?” ia melirik pakaian yang dikenakannya, piyama pink.
“Kau semalam tertidur di mobil.”
“Kau yang ganti?” tunjuknya pada pakaian yang dikenakannya saat ini.
“Iya,” Gun berjalan kearah lemari pakaian, “Di bawah tudung saji ada nasi goreng.”
“Untukku?” pemuda itu berdehem.
[Name] langsung memejamkan matanya saat si Shiro Oni tiba-tiba melepaskan handuknya, “Kasih aba-aba dulu dong, bro!”
“Buat apa?” ucap pemuda itu santai sambil mengenakan celana boxer setelah celana dalam.
“Aku kan masih kecil!” bentak si piyama pink.
“Toh kau pernah liat-”
“HEH! TIDAK PERNAH!”
Jong Gun terkekeh, “Mau liat?”
“Kau kok cabul sih, Gun?!” [Name] meraba sekitar dengan mata terpejam, ia menuruni kasur dengan tergesa saat mendengar langkah kaki mendekat kearahnya.
“[Full Name]~”
“JANGAN BEGINI DONG!”
Sumpah! Itu sangat menyeramkan! Lebih menyeramkan dari banci-banci yang nongkrong di lampu merah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top