She's Mine! Only Mine!
Srek!
Tak!
Menit menjadi jam, jam menjadi hari, hari menjadi bulan, bulan menjadi tahun. Terulang lima kali, begitu lama namun tak terasa. Akhirnya setelah penantian panjang.
Mematut wajahnya di depan cermin, seutas senyuman terpatri. Jantungnya berdegup kencang, tak karuan, begitu tak sabar menemui sang kekasih setelah tiga tahun terpisah oleh jarak.
Kacamata hitam tak terlupakan, benda itu terpasang di wajahnya, menutupi dua manik iblisnya yang menyeramkan. Bekas luka samar-samar terlihat di sekitar matanya, otaknya terputar bernostalgia.
“Kim Jung Goo keparat..” kekehan keluar dari bibirnya, tangannya terulur membenarkan kerah kemeja hitam yang dikenakan.
Berjalan kearah nakas di samping ranjang lalu menyambar sebuah kunci mobil yang tergeletak di atasnya.
“Ayo kembali padaku, [Name]..”
•••
Surai silver yang kini ukurannya berubah menjadi sebahu bergerak-gerak karna terkena sepoian angin, manik abu-abunya bergulir menatap gawai di tangan kirinya yang menunjukkan sebuah room chat dengan seseorang.
Gun nomor baru : Aku sedang dalam perjalanan, tunggu sebentar ya!
[Full Name] : Ya! Jangan mengebut!
Tangan [Name] tremor parah, ia begitu gugup akan segera bertemu kekasihnya setelah sekian lama tak bertemu, tangannya merogoh isi tas selempang di bahunya mengeluarkan sebuah cermin kecil, kemudian mematut wajahnya.
“Semoga dia tak kaget dengan diriku yang sekarang..” gumamnya sambil memasukkan kembali cermin di tangannya ke dalam tas.
Netranya mengedar memperhatikan sekitar, kedua sudut bibirnya sontak tertarik keatas, tanah kelahirannya. Ia begitu merindukan tempat yang dipijaknya saat ini, Korea.
“Yerim lulus tahun ini juga tidak ya..?” ucapnya bermonolog, ia tak pernah lupa dengan satu sahabat seperjuangannya semasa SMA dulu itu.
Keduanya jarang sekali bertukar kabar semasa sibuk dengan kuliah masing-masing, namun sekalinya bertukar kabar keduanya pasti menghabiskan waktu yang sangat lama, saling bertelponan sampai pulsa habis.
“Apa dia menikah dengan Minho tanpa mengundangku?” [Name] menarik kopernya, ia menepi dari tengah-tengah jalan di koridor yang begitu luas.
Hiruk pikuk bandara menusuk gendang telinganya, gadis itu jadi mengingat kantin SMA-nya dulu.
Tubuhnya tiba-tiba mematung, maniknya terpaku pada sebuah objek di depan sana.
“G-Gun.”
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
GREP!
“I miss you!”
Park Jong Gun, pemuda itu memeluk begitu erat gadis di dekapannya. Menghirup rakus aromanya yang tak pernah berubah, “Akhirnya kau pulang.”
[Name] menangis haru, ia membenamkan wajahnya di dada sang kekasih yang terbalut kemeja hitam, rasa bahagia membuncah di dadanya. Bahunya bergetar.
“Aku merindukanmu sekali, ya ampun!!”
Gun tertawa, ia menarik pinggang [Name] lalu menggendongnya di depan, wajahnya maju lalu sedikit memiring, mengecup bertubi-tubi bibir gadisnya itu yang terbalut lipstik merah, begitu kontras dengan warna kulitnya.
“Wah, kau jadi pintar berdandan ya sekarang?”
[Name] tertawa, ia mengusap sudut matanya yang basah, “Maskaraku luntur ya..?” bisiknya.
“Iya.”
“Serius?! Ini waterproof loh!”
“Bercanda.”
[Name] memukul pelan bahu pemuda itu lalu tersenyum manis, begitu manis. Tangannya terulur mengusap rahang sang kekasih yang telah ditumbuhi bulu-bulu halus.
“Kau makin tua, Gun.”
Jong Gun membenarkan posisi [Name] di gendongannya lalu berjalan kearah koper birunya yang tertinggal di pinggir koridor lalu menjinjingnya dengan mudah, enam kilogram merupakan hal yang sangat kecil baginya.
“Kan umurku bertambah.”
[Name] menyengir, “Cie yang kemarin ulang tahun!”
“Hm..”
“Selamat ulang tahun, semoga sehat selalu ya! Maaf mengucapkannya terlambat.”
Gun terkekeh lalu mengangguk, ia menurunkan [Name] dari gendongannya saat gadis itu menepuk bahunya mengkode minta untuk diturunkan, keduanya akhirnya berjalan beriringan keluar dari area bandara menuju tempat parkiran.
“Aku pulang, Gun.”
“Selamat datang kembali, sayang.”
•••
[Name] menelisik kesekitar, ia merasa deja vu dengan keadaan saat ini.
“Silahkan dinikmati.”
Sepiring cheesecake diletakkan dengan hati-hati ke atas meja, sebuah sendok, garpu, dan pisau pemotong tak lupa menemani, ditaruh di atas nampan yang menjadi alas piring.
“Terima kasih,” ucap sepasang kekasih itu bersamaan.
“Iya, sama-sama. Saya permisi.”
[Name] tersenyum melirik Gun yang menatapnya, “Dompetmu akan mulai kukuras lagi.”
“Kuras saja.”
Tawa kecil keluar dari bibir gadis itu, ia menopang dagunya lalu memasang raut serius, “Aku baru sadar kalau dulu pengeluaranku begitu boros.”
“Hm.. lalu?” Gun menyeruput tehnya.
“Mulai sekarang kita harus berhemat.”
Sedikit kaget, Gun menaikkan sebelah alisnya, “Buat apa berhemat? Uangku banyak.”
Sudut bibir [Name] berkedut, “Kita tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, Gun!”
“Jadi mulai sekarang kita harus pintar-pintar mengatur uang, kau ini! Lebih tua dariku kok malah-”
Gun menggigit bibir bawahnya menahan gemas, telunjuknya terulur menyentuh dahi mulus [Name] yang berkerut serius, “Iya, iya. Jiwa keibuanmu mulai muncul ya.”
“Huh? Apa-apaan?!” menyambar sendok lalu menggunakannya untuk memotong kue dan menyuapkannya kedalam mulut, pipinya tiba-tiba memanas.
“[Name].”
“Hm?” gumam [Name], pipinya menggembung karna mengunyah kue, maniknya tak melirik sang pemanggil sama sekali karna asik menyantap makanan favoritnya.
“[Full Name].”
“Apa?” [Name] menggerakkan netranya menatap sang kekasih.
“Aku ingin menjadi milikmu.”
[Name] terdiam, ia sedang memproses ucapan Gun barusan, “Huh? Maksud..mu?”
“Aku ingin kau menjadi milikku, benar-benar milikku.”
“K-kau-”
“I want to be your husband,” jujur, jantung Gun saat ini berkerja tak normal, pemuda itu mati-matian menjaga nada suaranya agar tak bergetar.
“Would you to be mine? Be my wife? Be my only one?”
[Name] terpaku, tubuhnya merinding, Jong Gun duduk menghadap kearahnya penuh dengan tatapan serius, kacamata yang dikenakannya bahkan dilepas.
“Kau.. serius kan, Gun..?”
Manik iblisnya mengerjap, “Iya.”
[Name] menunduk, “Kalau kujawab iya, kita menikah besok?”
Jong Gun menegakkan duduknya, “Jadi, kau mau?”
[Name] menggaruk tengkuknya, wajahnya merah padam, “Kau tahu jawabannya, tak perlu tanya!”
Pupil putihnya melebar, jantungnya bertalu-talu, perutnya terasa geli bak ribuan kupu-kupu sedang berterbangan di dalamnya.
“Ah, kau milikku, [Name].”
‘She's mine! Only mine!’
Akhirnya ending cerita mereka hampir sampai, sebentar lagi, tinggal sedikit lagi, Park Jong Gun! [Full Name] akan sepenuhnya menjadi milikmu! Hanya milikmu!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top