Math Or Death?
Bunyi gesekan pensil dan kertas mengisi hening kamar bernuansa abu-abu dan emas, gadis bersurai silver yang dicepol asal-asalan itu penyebabnya, ia sedang belajar, matematika.
Matanya sembab, ia habis menangis, pelipisnya ia pijit karna berdenyut nyeri. Sungguh, ia tak paham dengan deretan angka-angka yang merupakan soal matematika di hadapannya saat ini.
“Ukh..” ia mengusap wajahnya kasar, cairan bening keluar lagi dari kedua kelopak matanya.
“Ya ampun aku tak kuat..”
Besok kelasnya akan mengadakan ulangan harian matematika sebagai persiapan ujian kelulusan minggu depan, dan malam ini gadis bernetra abu-abu itu belajar, namun tak ada satupun materi yang masuk kedalam otaknya. Sungguh! Dulu saat masih SMP dia rangking dua paralel!
Tangannya menggenggam erat pensil, lalu memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
“Tidak ada waktu untuk menangis!” [Name] membuka kelopak matanya lalu tersenyum cerah, gadis itu kembali membaca dengan teliti soal nomor dua yang sudah membuatnya bingung kepalang.
Bibirnya bergetar membaca soal itu, “P-peluru ditembakkan ke atas dengan kecepatan awal vo m per detik. Ketinggian lantai setelah t detik dinyatakan oleh fungsi..”
Klek!
Pintu kamar terbuka, sontak saja ia menolehkan wajahnya kearah suara, Jong Gun muncul dengan penampilan berantakan.
“Kau kenapa?” pemuda itu mengeryitkan keningnya saat mendekat kearah gadis itu lalu menangkap wajah sembabnya.
[Name] menggigit pipi bagian dalamnya, jari telunjuknya terulur menunjuk halaman buku paket matematika di hadapannya.
“Huh?”
“Kau bisa matematika, Gun?”
“Apa?”
•••
“Dikali terlebih dahulu, sayang..”
“Eh? Iya kah?” [Name] mengerjapkan matanya lalu tangannya terulur mengambil penghapus, kemudian menghapus tulisannya yang salah.
“Setelah itu? Dijumlahkan?”
“Iya.”
Belum sempat bersih-bersih, pemuda bernetra putih itu dengan sabar mengajari [Name] matematika hingga tengah malam, bak mengajari anak TK, pemuda itu mengajari satu-persatu hingga gadis itu mengangguk paham.
“Lalu?” Gun menatap manik abu-abu itu yang nampak sayu, “Gunakan itu untuk membagi hasil dari penjumlahan yang sebelumnya.”
Dengan gesit gadis itu langsung mencoret-coret sebuah kertas kosong, membagi angka-angka hasil penjumlahan yang telah ditemukan.
“Oh! Dapat! Seratus enam!”
[Name] mendesah lega, gadis itu tersenyum senang, lima belas soal yang merupakan kisi-kisi soal ulangan besok telah diselesaikannya.
Jong Gun menarik pensil di tangan [Name] lalu memasukkannya kedalam tempat pensil, matanya melirik gadis di sampingnya itu menguap.
“Pergilah tidur, aku mau mandi.”
“Oke.”
•••
Suasana kelas 12 Fisika 2 kini sungguh sangat tegang, para murid di dalamnya duduk di bangku masing-masing dengan raut cemas, dua puluh menit yang lalu mereka telah menyelesaikan ulangan matematika sebagai persiapan ujian kelulusan minggu depan. Dan kini waktunya pengumuman hasil.
Seorang guru wanita berkacamata minus berdiri di depan papan tulis sambil menatap selembar kertas yang merupakan rekap nilai di genggamnya.
“Aish! Padahal ini materi paling mudah loh.”
Satu kelas langsung berjingkat merinding, tak terkecuali [Name] dan Yerim, sahabatnya.
“Sudah saya terangkan hampir lima belas kali,” manik setajam rubah milik guru itu menelisik kesekitar, “Bagaimana bisa ada tujuh anak yang di bawah KKM.”
Dalam batin [Name] langsung bergumam pasrah, gadis itu begitu yakin salah satu dari ketujuh orang yang gurunya maksud pasti dia.
Yerim melirik kearahnya lalu melototkan matanya seolah berkata, 'Mati aku!'
Gadis bersurai silver itu mendengus, lalu balik melempar tatapan, 'Sudahlah, aku pasrah.'
Maniknya menatap lurus kedepan, begitu kosong, otaknya berputar pada kejadian semalam, di mana kekasihnya begitu sabar mengajarinya hingga tengah malam. Hatinya berdenyut saat otaknya tiba-tiba overthinking, berpikir jika Jong Gun akan kesal padanya karna usaha pemuda itu mengajarinya sia-sia.
“Makanya, setiap saya menjelaskan itu di dengarkan,” spidol di tangan kanannya digunakan untuk mengetuk papan tulis, meminta perhatian para muridnya yang mulai tak tertuju padanya.
“Contohlah Eunhae, Dae Woong, Gaeun, dan [Name].”
[Name] tersentak saat namanya diucapkan, maniknya melotot terkejut kearah guru yang berdiri di depan papan tulis saat ini.
“Mereka mendengarkan Ibu dengan seksama, dan mendapat nilai sempurna.”
‘WHAT?!’
•••
[Name] syok berat. Gadis itu menatap tak percaya kertas yang merupakan lembar jawab matematikanya, di pojok kanan kertas itu terpampang jelas angka seratus berwarna merah dari sebuah spidol.
Yerim, gadis bersurai biru tua itu melongo, ia menatap lembar jawabannya sendiri, angka tujuh puluh lima berwarna hitam terpampang di pojok kanan kertasnya, lalu menatap kertas [Name].
“Sheeesh! Diam-diam kau pintar ya, [Name]!” ucap Yerim.
[Name] tersenyum kikuk, “T-tidak juga, aku hanya sedang beruntung.”
“Apa maksudmu beruntung! Ini keren!” Yerim tersenyum lalu merogoh saku seragamnya, mengeluarkan lima lembar uang.
“Ayo ke kantin, ku traktir!”
“Huh? Tidak usah, aku bawa uang kok.” [Name] menggeleng, ia menolak.
“Ah! Sudah ayo! Ini pertama kalinya kau dapat nilai seratus tau!” Yerim menarik tangan [Name] keluar dari kelas, kemudian kedua gadis itu berlari di koridor menuju kantin bersama.
“Yang sampai duluan yang traktir!” ucap [Name] saat gadis itu menyalip temannya.
“Hei! Curang!”
Haloo guys~ saya udah selesai PTS :) ternyata sampe Jum'at doang ;) semangat yaaa!!!
Nanti malam update lagi, karna part [Name] dan mas Gun di chapter ini kurang memuaskan :')
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top