Let's Meet Again.

PLAK!

BRAK!

"KAU APAKAN POWER BANK-KU?!"

BUGH!

"OH!? NGAJAK BERANTEM?!"

CTAR!

BRAK!

"Sialan kau, tua bangka!"

DOR!

GUBRAK!

"Yeong Ghie! Yeong Sun! Kalian ngapain?!" seorang wanita dengan wajah keriput berteriak keras dari ruang tengah, kegiatannya menonton televisi terusik karna bunyi berisik dari anak-anaknya, ayu di wajahnya tak pudar sedikitpun meski bertambahnya usia.

Sepasang saudara berbeda gender itu menuruni tangga dengan masing-masing wajah lebam dan sudut bibir mengeluarkan darah.

"Y-ya ampun! GUN! LIHAT ANAK-ANAKMU!" pekik wanita bermanik abu-abu itu, [Full Name].

"Ada apa sih?" seorang pria paruh baya bertubuh kekar muncul dari arah dapur, berjalan kearah sang istri sambil menggenggam sebotol air mineral.

"Mamah! Ghie merusak power bank-ku!" adu si bungsu, ia berlari kecil kearah sang ibu sambil memasang raut meminta dikasihani.

Si sulung tak mau kalah, ia mendudukkan dirinya di atas karpet lalu berakting kesakitan di bagian perutnya, "Sun memukul perutku kencang sekali, Mah.."

"YANG MELEMPAR BRAZILIAN KICK PADAKU DULUAN SIAPA?!"

"YANG MENAMPAR DULUAN SIAPA?!"

"KAU MERUSAK POWER BANK-KU!"

[Name] meringis lalu menangkup bibir anak gadisnya, "Sssh! Jangan berteriak begitu, gendang telinga Mamah bisa rusak."

Yeong Sun, seorang gadis cantik yang baru saja menginjak usia remaja, anak kedua dari pasangan suami-istri yang sah, Park Jong Gun dan [Full Name].

Gadis bermanik abu-abu keturunan dari ibunya itu mencebikan bibirnya, "Leherku mau patah loh, Mah! Marahin Ghie!"

Ghie, sang kakak tersenyum remeh lalu tertawa mengejek, "Lemah sekali!"

Sun mengangkat tangannya hendak menampar wajah kakaknya kuat-kuat namun sebuah tangan berurat menahannya terlebih dahulu, ia menoleh menatap sang empu lalu menyengir, "Hehe, Ayah!"

Jong Gun, pria itu menarik anak gadisnya menjauh dari sang kakak, kedua anaknya itu tak boleh berdekatan, bisa-bisa kalau dibiarkan salah satu dari keduanya mati.

"Kalian berdua berhenti membuat istriku berteriak."

Sun menyedekapkan kedua tangannya di depan dada, gadis berusia lima belas tahun itu melototi kakaknya, "Kupatahkan tanganmu lain kali!"

"Kenapa tidak sekarang? Kau sedang lemah?" Ghie memanas-manasi.

"KAU-"

"Kalian berdua.." tekan sang Alpha, pria itu mendudukkan dirinya di samping sang istri yang memijit pelipisnya pusing.

"Maaf." Ucap keduanya bersamaan.

[Name] menghelakan nafas kasar, melirik sang suami yang kebetulan sedang menatapnya lekat, "Lihat, copy-anmu semua."

Gun terkekeh, "Bukan, hasil kolaborasi kita."

Sun mendekati sang kakak lalu menoel bahunya, "Lihat, mereka mulai bermesraan lagi. Ayo keluar.." bisik gadis cantik itu pada kakaknya, Ghie mengangguk.

"Ayo kerumah Kak Jae..!"

"Ayo! Kita curi kunci mobil Ayah..!"

Gun menaikkan sebelah alisnya lalu melirik tajam kedua anaknya yang sedang berbisik-bisik, "Hayo, mau ngapain?"

Ghie dan Sun menyengir, "Kalian pikir aku tak dengar, huh?"

Ghie menggaruk tengkuknya lalu menyenggol bahu sang adik, merasa dikasari, Sun langsung balas menyenggol lebih keras.

Dugh!

Dugh!

Dugh!

"BER-HEN-TI!"

•••

"Mereka berdua sudah besar ya?"

Hembusan angin terasa begitu dingin di kulit, padahal matahari kini sedang bersinar terang begitu menghangatkan bumi.

Saling memeluk erat lalu berbincang ringan, sepasang takdir itu kini telah mencapai ending.

Park Jong Gun, pria yang kini berusia empat puluh tujuh tahun itu mengecup lembut kening istrinya, mengusap pelan punggung sang tercinta sambil berdehem.

"Aku tak menyangka kita akan sampai di sini.."

"Kenapa tidak?"

[Full Name], surainya yang dulu diwarnai silver itu kini telah berubah menjadi putih, ia telah beruban. Sang suami pun tak jauh berbeda dengannya, surainya yang ditata rapi kebelakang telah juga beruban.

Manik iblis yang tak hilang aura intimidasinya itu menelisik wajah sang ayu sambil mengusap pipinya lembut, "Kau tampan, Gun.." lirih [Name] sambil tersenyum menatap wajah sang lelaki.

"Ghie?"

[Name] tertawa, "Dia paling tampan..!"

Gun terkekeh ia merengkuh [Name] ke dalam pelukannya lalu tersenyum tulus, mendongak menatap langit yang begitu cerah siang ini.

"I'm still your guardian devil."

[Name] menghirup wangi di dada prianya, "Musk dan mint, kau tak pernah mengganti parfummu ya?"

"Tidak. Kau menyukainya, jadi tak pernah kuganti."

[Name] tertawa lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang Jong Gun, ia mendusel di ceruk leher suaminya itu lalu berkata lembut.

"I love you."

Jong Gun tersenyum, begitu tipis, pupilnya bergetar.

"I love you too, babe."

Nafasnya berhenti. Detak jantungnya tak terasa. Arwah telah meninggalkan raganya, miliknya telah berpulang, di pelukannya. Sang kekasih yang tercinta pergi terlebih dahulu.

Gun mengeratkan pelukannya pada [Name], tangan gadis itu yang melingkar di pinggangnya mulai mengendur bersamaan dengan suhu tubuhnya yang menurun.

"Sudah selesai, [Name]..?"

"Beristirahatlah, sayang.."

"Tidurlah dengan tenang, sayangku. Aku berjaga di sini.."

'Di kehidupan selanjutnya, ayo bertemu lagi.'

Takdir keduanya adalah bersama hingga akhir. Benang takdir antara keduanya tak pernah putus meski salah satu dari mereka berdua pergi. Cinta itu nyata. Mereka berdua buktinya.

"Aishiteru.."































































- E N D I N G -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top