LDR


Tap

Tap

Tap

Tap

BYURR!!

Seutas senyuman terpatri di wajah ayu [Name], gadis itu terperangah kagum melihat pemandangan di hadapannya, rasa senang membuncah di dadanya, akhirnya setelah sekian lama ia bisa kemari, pantai.

“Jangan bermain jauh-jauh!” ucap pemuda berkaos kuning dengan beberapa corak bunga biru menghiasi, Jong Gun.

Kacamata hitam setia bertengger di hidung mancung pemuda itu, [Name] berdehem, gadis itu mengenakan bikini model imut.

“Aku berjaga di sana, bermainlah.”

Gun mengusap puncuk kepala gadisnya sebelum pergi ke pinggir pantai dan mendudukan dirinya di sebuah kursi yang disediakan.

[Name] berjongkok, menunduk menatap kakinya yang tersiram ombak, kemudian mendongak menatap langit biru yang begitu cerah hari ini.

“Besok kita ke pantai lagi ya, Ayah!”

“Tidak bisa, sayang. Besok kan kau harus sekolah..”

“Yah..” [Name] yang masih berusia delapan tahun itu melirik kakaknya yang duduk santai di kursi penumpang bagian belakang mobil bersama ibunya.

Matanya mengerjap saat melihat kakaknya melempar senyum jahil, bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu tanpa mengeluarkan suara, ‘Kalau kakak sudah besar, akan ku bawa kau ke pantai setiap hari.’

Sontak [Name] tersenyum, ia mengangguk-angguk, tangannya menunjukan jempol kearah kakaknya itu.

“Duduk yang benar, [Name].”

“Iya, Ibu!”

Byur!

[Name] tersentak dari lamunannya, ia kemudian terkekeh, kepalanya menoleh kebelakang, melihat Gun yang mengawasinya di sana.

“Pada akhirnya bukan kau yang membawaku ke sini, Kak..” gumam gadis itu, raut pias terpatri.

Ia berdiri lalu berkacak pinggang, mengangkat dagunya lalu berseru, “Ayo kita main!”

•••

“Sudah puas?”

[Name] mengangguk, gadis itu menyengir, badannya sudah basah kuyup karna air pantai, rambutnya kusut.

“Tadi aku dapat ikan loh, Gun!”

“Mana ikannya?” pemuda itu menyodorkan sebotol minuman isotonik pada [Name], sebelumnya ia membukakan segelnya terlebih dahulu agar gadisnya tak kesusahan saat membuka.

“Kulepaskan lagi, kasihan soalnya masih bayi..” [Name] mengipas-ngipaskan telapak tangannya di dekat wajah, kenapa tiba-tiba panas ya?

[Name] meneguk sebotol air yang disodorkan kekasihnya lalu mendesah lega, tenggorokannya yang terasa kering langsung basah, sangat segar.

Gadis itu mengedarkan pandangannya kesekitar, suasana pantai hari ini begitu ramai, banyak pengunjung yang datang, efek hari libur mungkin?

Dahi gadis itu tiba-tiba mengeryit tajam saat baru sadar, tatapan orang-orang di sekitar terdominasi menatap kearahnya, ah! Bukan! Kearah kekasihnya!

Gadis-gadis cantik memakai bikini dengan lekuk tubuh luar biasa menatap kearah Jong Gun dengan tatapan lapar.

Pemuda berkacamata hitam itu santai, ia tak mengiadahkan tatapan para gadis-gadis tak dikenalnya di sekitar yang dilemparkan padanya, maniknya setia menatap wajah [Name] yang memerah.

Gadis bermanik abu-abu itu tiba-tiba gerah, “Sheeesh.. resiko punya pacar seksi,” ia melepas cepolan rambutnya, surai silver-nya langsung tergerai menutupi dada.

Jong Gun terkekeh, ia mengulurkan tangannya menjitak dahi [Name] pelan, “Biarkan saja.”

“Kau pernah ke pantai sebelumnya?”

“Pernah.”

Matanya langsung menyipit, ia menggeser duduknya untuk lebih dekat Jong Gun lalu memeluk lengan pemuda itu, “Kau.. ditemani gadis cantik pasti ya?”

“Iya.”

Mulut [Name] langsung mengerucut, ia melepas tangannya dari lengan Gun lalu berdiri, “Aku mau pergi memancing, bye!”

“Hei! Kembali! Sudah cukup, [Name]!”

[Name] tak peduli, gadis itu kembali ke pantai dan bermain lagi.

Pemuda berkaos kuning itu menghelakan nafasnya lalu mengelus dadanya sendiri, ia harus ekstra sabar pada gadisnya itu, mengurusnya lebih susah daripada mengurus Four Men Crew yang didirikannya.

“Sabar, sebentar lagi, Park Jong Gun. Sebentar lagi..”

Dalam batin ia menghitung, berapa hari dalam lima tahun itu, sungguh lama sekali.

•••

Sreeet!

“Kau bisa masuk angin, [Name].”

[Name] menggeleng, gadis itu membuka jendela mobil lalu menikmati angin sore menerpa wajahnya.

“Ini seru sekali, cobalah, Gun!”

“Kau mau kita menabrak?” ucap Jong Gun yang mengendalikan stir, pedal gas, dan rem.

[Name] menyengir, ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan, suaranya begitu lembut keluar, “Park Jong Gun.”

Ckiiit!

Rem mendadak, sangking kagetnya Gun. [Name] melotot ngeri, ia menoleh kebelakang memastikan tak ada pengendara lain di belakang mereka, dan syukurlah tak ada, “Bahaya! Kau ini kenapa?!”

Pemuda itu kembali melajukan mobilnya dengan normal, “Maaf, aku kaget.”

[Name] menenangkan detak jantungnya, “Hampir melayang nyawaku.”

“Kau kenapa memanggilku begitu, bikin kaget saja.” Omel Gun.

[Name] menghendikan bahunya, “Kenapa? Iseng saja.”

Dengusan terdengar, [Name] tersenyum tipis, “Kita akan LDR.”

“Ya.”

“Sejauh apapun jarakku darimu,” [Name] memegang erat sabuk pengaman, senyum tulus terpatri di wajahnya.

“Rasaku tak akan pernah berubah.”

“Kenapa bicara begini?” Jong Gun mengambil sebuah botol air mineral di atas dashboard lalu dengan lihai tanpa melepas kontak dengan stir ia membuka tutup botolnya, lalu meneguknya sedikit, jantungnya tiba-tiba berdegup aneh, badannya merinding, rasa khawatir tiba-tiba muncul.

“Kita kan akan berjauhan,” [Name] tersenyum cerah, ia menunjuk sunset.

“Aku di sana, kau di sini.”

Nafas pemuda bermanik iblis itu tiba-tiba sesak, “Apa yang kau tunjuk itu? Matahari?”

“Aussie dong! Kok matahari?” [Name] tertawa.

Gun terkekeh, tangan kirinya terulur mengusap lembut surai [Name], “Tidurlah, perjalanannya masih jauh.”

“Oke!”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top