Kiss Me First!
“Ah, sayang sekali.”
“Untuk sementara menginaplah di sini dulu sampai dapat apartemen baru.”
[Name] menyandarkan punggungnya kebelakang sofa, lalu mengedarkan matanya, suasana tak terlalu banyak berubah, rumah Jong Gun.
Gadis itu telah mengganti pakaiannya menjadi kaos putih polos dan celana pendek seatas lutut. Sedikit tersentak ia mengingat sesuatu.
“Gun, Shiro di mana?” tangannya bergerak menyentuh pinggiran sofa.
“Di penitipan kucing.”
“Aku merindukannya sekali, dia tambah gendut?”
“Hm. Bobotnya naik dua kilo, dia suka makan.”
Menaikkan sebelah alisnya, [Name] bertanya, “Kau memberinya makan berapa kali sehari?”
“Lima.”
“HAH?!”
Jong Gun meringis kemudian mengusap telinganya yang berdengung, “Suaramu tak berubah sama sekali..”
“Itu- ya ampun! Dia bisa obesitas loh, Gun!” [Name] berkacak pinggang.
“Dokter bilang dia sehat-sehat saja tuh.”
“Tapi kan-”
Sret!
“Daripada membicarakannya lebih baik kau tidur siang, kau kelihatan mengantuk.”
Kini [Name] berada di atas pangkuannya, gadis itu menyandar di dadanya lalu menghelakan nafas panjang, “Ah, iya..”
“Kepalamu pusing?” surai silver [Name] diusap lembut, menjawab dengan gelengan pertanyaan barusan.
“Tidurlah-”
Tok!
Tok!
Tok!
“Kak Jong Gun! Rashta bawa nasi goreng untukmu untuk makan siang!”
[Name] yang baru saja hendak terjun ke alam mimpi langsung terkisap mendengar suara berisik dari luar pintu barusan. Sedikit mengeryitkan keningnya ia mendongak menatap wajah sang kekasih yang masam.
“Siapa, Gun?”
“Ck. Menganggu saja..” lirih pemuda bermanik putih itu sambil mengeratkan pelukannya di pinggang [Name].
“Temanm-”
“Tidak, biarkan saja. Tidurlah.”
“Tap-”
“Kak Jong Gun? Bisa bukakan pintunya? Rashta bawa nasi goreng spesial untukmu! Kakak belum makan siang kan?! Ayo makan siang bersama!”
[Name] menegakkan duduknya lalu melempar tatapan tajam kearah Gun, “Kau-”
“Tidak usah berpikir macam-macam,” pemuda itu menyentil dahi gadisnya yang berkerut tajam.
“Gun!” tekan [Name].
“Ah, ayo temui dia.”
Ia mengangkat dengan mudah [Name] di atas pangkuannya lalu menggendongnya sambil berjalan kearah pintu.
Klek!
“Akhirnya terbuka- eh? K-kak Jong Gun dengan siap-”
“Kau berisik. Mau apa sih?”
[Name] terperangah melihat siapa sang empu pemilik suara yang kini berdiri di depan pintu rumah kekasihnya, ‘Bocah?’ batinnya.
Rashta, gadis itu menatap kaget seorang gadis yang kini berada di gendongan sang pujaan hatinya. Terdengar bunyi sesuatu yang hancur, namun tak ada wujudnya.
[Name] menepuk bahu pemuda yang kini menggendonnya, “Turunin..” bisiknya.
“Tidak mau.”
Gyut!
“I-iya, ya ampun.”
Cubitan maut terpaksa di lancarkan, [Name] pun diturunkan, gadis itu berdiri di atas lantai dengan kaki telanjang.
“Halo, kenalkan namaku [Name]!” [Name] mengulurkan tangannya ramah pada Rashta, gadis bersurai perak itu sontak saja menerima sambil tersenyum kikuk, melirik-lirik Gun yang nampak acuh.
“A-aku Rashta.. Rashta Soveich.”
“Rashta? Nama yang bagus,” [Name] melirik Gun yang menatap kearah pekarangan.
“Aku tak tahu jika Gun punya teman cewek.”
Rashta menggenggam erat telapak tangan kanannya bekas bersalaman dengan [Name], terasa kasar, lebih lembut miliknya. Dalam batin ia bersorak senang, gadis itu menang satu poin dari [Name] soal fisik.
“I-iya.”
Senyuman manis Rashta terpatri, [Name] melirik sebuah paperbag di tangan kiri gadis cantik itu, “Kudengar tadi kau mau memberi Gun nasi goreng?”
“Iya-”
Ucapannya terpotong oleh Jong Gun, “[Name], kau mengantuk. Masuklah dan pergi ke kamar lalu tidur.”
“Tidak, aku tidak mengantuk-”
“Nanti malam mau ikut tidak?” [Name] sontak berbinar, “Kemana?!”
“Ada deh~” tangan Jong Gun terulur mengusap surai silver [Name].
Rashta yang hanya diam dan menyimak sepasang kekasih itu panas, kedua tangannya terkepal di sisi badan, diam-diam ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan sesak.
“S-sepertinya Rashta harus pergi.”
“Eh?” [Name] mengerjapkan matanya, “Lalu, nasi gorengnya-”
“Bye, Kak Jong Gun!” gadis itu pergi begitu saja meninggalkan raut bingung [Name] dan Jong Gun, berlari kecil meninggalkan rumah bercat monokrom sambil menahan tangis.
“Kenapa kau saja yang dipamitin!?” kesal [Name].
Sret!
Grep!
“Ayo tidur siang..”
“Ayo!”
“..dengan sedikit bumbu.”
“Huh? Mau memasak?”
•••
“Pinggangku sakit.. gara-gara kau!” bentak [Name].
Gun terkekeh, ia mengusap pipi kekasihnya lembut, “Maklum saja, aku sudah lama tak memelukmu.”
Sudah hampir empat jam pemuda bermanik iblis itu tak melepas pelukan eratnya pada pinggang [Name], dengan alasan rindu. Kalau saja gadis itu tak merengek kesakitan pada bagian pinggangnya, pasti kegiatan berpelukan itu akan berlangsung hingga saat ini.
“Kalau syarafku putus gimana nih?”
“Sini kupijat.”
“Tidak mau, nanti malah patah.”
[Name] mengibaskan surainya, “Oh iya, aku ingin potong rambut jadi lebih pendek lagi, menurutmu akan bagus tidak, Gun?”
Gun bertopang dagu lalu membingkai wajah manis gadisnya, matanya sedikit menyipit, “Bagus..”
“Apapun hairstyle-mu pasti cantik.”
[Name] tersipu, “Bisa saja!” tangannya reflek memukul bahu pemuda itu.
“Tapi, serius! Akan cocok tidak?” tangannya menyibak-nyibakkan rambut beberapa kali, “Aku masih agak ragu.”
“Entahlah, [Name]..” desah Gun bingung.
“Aku ingin hairstyle seperti Mikasa!” ucap [Name], “Biar kelihatan dewasa dan tegas.”
“Mikasa siapa?”
“Pacarnya Eren.”
Gun mengerutkan keningnya, “Temanmu saat kuliah?”
[Name] sontak menyemburkan tawa, “Bukan!”
Sang Shiro Oni menatap gadisnya dengan raut aneh, “Lalu?”
“Tokoh anime,” mengusap sudut matanya yang basah lalu berkata, “Kau ketinggalan jaman sekali, Gun.”
“Nonton AOT tidak?”
“AOT? Apaan?” [Name] terkekeh, ia menahan tawa, “Anime.”
“Oh, kau masih suka sekali nonton anime. Masih nonton Dora The Explorer tidak?” [Name] mengangguk.
“Um..” [Name] melirik cermin yang tergantung di tembok, “Besok kau kerja?”
“Iya.”
“Ah! Kapan kau libur?” [Name] merebahkan tubuhnya keatas kasur lalu menatap langit-langit kamar.
“Dua hari lagi.”
“Selasa?” Gun berdehem.
“Bisa antar aku ke salon di Gangbuk hari Selasa nanti?”
“Hm, bisa.”
“Yeay! Aku tak sabar!”
“Cium dulu!” [Name] melototkan matanya, “Hah?!”
“Cium dulu, baru ku iyakan. Aku belum mengiyakan, aku baru bilang bisa.”
[Name] berdecak kecewa, “Tidak mau, aku malu.”
Ceplosan tanpa basa-basi dan ragu-ragu dari mulut si surai silver membuat Gun terkekeh, “Buat apa malu? Aku sering menciummu.”
“Itu kan kau!”
“Ya sudah, sini ku cium.”
“TIDAK MA-”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top