Honey
Tuk!
“Wajahmu segar banget,” cibir seorang pemuda berambut pirang pada partnernya, manik di balik kacamata minusnya menelisik serius.
“Kau banyak omong sekali.”
“Sana jaga Tuan Putri! Sekarang kan giliranmu!” dumelnya.
“Lalu kau? Mau santai-santai begitu?” sinis si kacamata hitam, tangannya menggenggam sebuah ponsel lipat jadul.
“Ya tidak dong! Aku kan mau menemani Pak Chairman pergi berburu.”
Goo, pemuda itu bangkit dari duduknya lalu menarik celananya keatas karna terasa longgar sehabis duduk setengah jam di atas kursi, “Cie.. yang semalam habis kencan di mall!” godanya lalu dengan tergesa berlari keluar ruangan, Gun yang tak sempat melemparkan bogeman terbaiknya pada laki-laki itu berdecih kesal.
Ia menggenggam kepalan tangan erat-erat, ingin sekali ia membinasakan psikopat pirang itu dari dunia ini sekarang juga.
“Oh.. jadi semalam dia pura-pura buta ya..?”
Jari telunjuknya mengelus dagu, lalu matanya mengerjap saat ponsel di tangannya tiba-tiba berbunyi.
Krystal
Sang Tuan Putri, Jong Gun langsung mengangkatnya, ia melirik jam dinding berbentuk kotak yang terpajang di tembok.
“Ya? Ada apa?”
“Halo, Kak. Bisa jemput aku?”
“Huh? Kau di mana?” ia bangkit lalu menyambar kunci mobil di atas meja, kemudian berjalan keluar ruangan tanpa cat itu.
“Di depan toserba, yang dulu aku minta diturunkan di situ itu loh.”
“Ngapain kau di situ?” bingung Gun.
“K-kepo sekali! Sudah ya, cepat!”
“Hm.”
Tut!
Panggilan terputus. Jong Gun memasukkan ponsel jadulnya ke dalam saku lalu berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi di bawah pohon rindang.
•••
“Terima kasih, Kak.”
“Hm. Pulang ke rumahmu?” Krystal berpikir sejenak sambil mengenakan sabuk pengamannya, “Rumah ayah.”
“Kau aneh-aneh saja. Rumah kok di atas gunung.”
Mobil melaju dengan kecepatan normal, matahari tertutup awan hitam, mendung.
Gadis cantik berambut panjang itu menyandarkan punggungnya kebelakang lalu menghelakan nafasnya panjang, “Hari ini ayah sibuk ya?”
“Begitulah.”
Kepalanya mengangguk-angguk, “Dia mau pergi berburu, ditemani Jung Goo.”
“Eh? Mendung-mendung begini?” matanya melotot, “Hewan mana yang akan keluar?”
Gun menghendikan bahunya, ia melirik spion mobil memperhatikan gadis yang merupakan anak bosnya itu, “Akhir-akhir ini kau suka sekali ke toserba itu.”
“A-apa? Tidak juga tuh,” tangan Krystal bergerak gelisah, wajahnya memerah.
“Oh,” Gun terkekeh, ia langsung paham, “Dasar anak muda.”
“Apa-apaan!? Dasar tua!”
“Eh??”
•••
Ctak!
“Sudah ya, aku mau pulang.”
Jong Gun meletakkan tongkat di tangannya keatas meja biliard lalu menatap datar lawannya.
“Aish! Sekali lagi! Kali ini aku pasti menang!”
Pemuda bermata hitam itu tak peduli, ia melangkahkan kakinya keluar ruangan sambil merogoh sakunya mengeluarkan sebungkus rokok sekaligus pematiknya.
“Oi! Jong Gun sialan!”
Nikotin meyala terselip di antara bibirnya mengeluarkan asap, matanya menyipit kearah depan, dahinya berkerut berpikir.
Sepatu pantofel dan lantai koridor berbenturan menimbulkan suara. Suara desah hujan terdengar jelas, di luar gedung sedang terjadi hujan.
‘Bubur atau sop bayam?’ pikirnya, wajahnya tertekuk karna sangking bingungnya ingin memilih apa.
Ponsel pintar di sakunya ia keluarkan, diotak-atik lalu tak selang lama didekatkan ke telinga, “[Name].”
Sampai di depan mobil, ia memencet sebuah tombol di kunci mobil yang ia genggam dan klik! Pintu mobil yang semula terkunci langsung terbuka, kemudian ia masuk dan mengenakan sabuk pengaman.
“Ya, [Name] di sini. Ada apa, Gun?”
“Bubur atau sop bayam?”
“Huh? Apa?”
Jong Gun menarik nafasnya dalam-dalam, “Bubur atau sop ayam, sayang..”
“Oh! Bubur atau sop bayam?”
“Hm.”
“Maksudnya? Kau suruh aku memilih?”
“Iya, ya ampun.”
Pemuda berkacamata hitam itu menyandarkan punggungnya kebelakang, kunci mobil belum ia colokkan karna menunggu gadis itu menjawab.
“Um.. ramen?”
“Tidak ada pilihan untuk ramen.”
“Bubur kalau begitu. Kenapa? Kau mau membelikanku itu?”
“Kau sudah lapar?” tanyanya sambil mencolokkan kunci lalu menyalakan mesin mobil.
“Tidak, aku sedang makan keripik kentang nih.”
“Apa? Kau dapat dari mana?” dahi Gun berkerut tajam.
“Di dalam kulkasmu, hehe. Kumakan ya, Gun.”
“What the hell?! Itu sudah expired [Name]!” jantung Jong Gun langsung berdegup kencang, perut [Name] sangat sensitif dengan makanan, gadis itu tak boleh makan makanan yang tak diperbolehkan, ini malah makan keripik expired!
“APA?!-” lalu terdengar bunyi grasak-grusuk dan seseorang muntah.
Huweekk!!
“Ya Tuhan..” Jong Gun langsung menginjak pedal gasnya, dengan kecepatan di atas rata-rata ia membawa mobil hitamnya.
•••
“Kalau makan sesuatu itu dicek dulu, [Name]..”
“Kau juga ngapain naruh keripik expired di dalam kulkas-” [Name] kembali memuntahkan isi perutnya.
Gun mengurut tengkuknya pelan, “Lupa.”
“Ya ampun, lambungku kayaknya mau ikut keluar deh, Gun..” ucap [Name] dengan wajah pucatnya, perutnya tiba-tiba melilit, secepat inikah efek kripik kadaluwarsa?
“Ke rumah sakit yuk,” [Name] menggeleng sambil membasuh wajahnya dengan air mengalir dari wastafel.
Sreet-
Grep!
Tubuh [Name] tiba-tiba oleng, refleks saja Jong Gun menangkapnya.
“Shit!” pemuda itu menggendong kekasihnya yang ternyata pingsan keluar dari kamar mandi lalu menaruhnya perlahan keatas kasur.
”Hei, [Name].” Telapak tangannya menepuk-nepuk pipi gadisnya lembut, suaranya bergetar cemas mencoba membangunkan gadis itu.
“Sayang, hei, bangun.”
“[Name].”
Ia menarik nafas dalam-dalam mencoba tenang, “Sayang, hei.”
“[Full Name].”
Tiba-tiba teringat sesuatu, pemuda itu dengan tergesa-gesa merogoh saku, mengeluarkan sebuah ponsel pintarnya lalu mengotak-atiknya cepat mencari nomor seorang dokter yang biasa menanganinya.
“Halo, halo!”
“Ya, Tuan Park-”
“Gadisku tiba-tiba pingsan setelah muntah-muntah, dia habis makan kripik expired, dia tak bangun.” Jelasnya dengan cepat dan jelas, tanpa basa-basi.
“Cek denyut nadinya, Tuan Park.”
Langsung saja Gun mengecek denyut nadi [Name], masih berdenyut.
“Masih.”
“Anda coba bangunkan dia, selama itu saya dalam perjalanan ke rumah anda.”
“Ya, kumohon cepatlah!”
Dia memohon, seorang Jong Gun memohon, sesuatu yang bisa dibilang sangat langka.
Keringat dingin bercucuran di dahinya, rasa cemas, khawatir dan kesal bercampur menjadi satu, tangannya tak henti mengusap surai [Name].
“Honey, ayolah bangun, jangan begini..”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top