His Eyes


Bugh!

“Argh!”

“Ck! Kemana semangat bertarungmu tadi?” Jong Gun melemparkan bogeman mentah ke wajah pemuda yang mendudukinya, pemuda bermanik iblis itu itu berdecak kesal, moodnya langsung surut.

“A-apa?” si korban bogeman meringis, rautnya menunjukkan kebingungan, ia tak ingat apapun yang terjadi barusan, badannya terasa sakit semua.

“Padahal aku sedang di tengah-tengah kenikmatan, malah berhenti,” Jong Gun berdiri lalu memandangi tangan kanannya yang patah.

“A-apa yang telah terjadi?” Park Hyungseok, pemuda goodlooking itu memegangi bahu sebelah kirinya yang terasa sangat nyeri, matanya mendelik kaget melihat Jong Gun yang berdiri tepat di hadapannya shirtless dan bersimbah darah, seolah pertengkaran hebat baru saja terjadi.

“Kau mematahkan lenganku,” tangannya yang patah ia tunjukkan lalu berjongkok menghadap pemuda berwajah tampan itu, seringaian seram muncul di wajahnya.

Bulu kuduk Hyungseok langsung berdiri, ia mengerjapkan matanya saat wajah milik pemuda dengan julukan shiro oni itu mendekat ke wajahnya.

“Ah, sudah sejak lama sekali aku tak merasakan kesenangan seperti ini.”

Jong Gun merogoh saku celana kainnya, “Karna badanmu itu sudah memberikanku kesenangan, tentu aku harus membayarmu.”

Ia melempar sebuah amplop berwarna hitam ke wajah goodlooking milik Hyungseok lalu berbalik, “Itu akan membantumu untuk melenyapkan Four Men Crew.”

“Dan itu juga akan membantumu untuk mendirikan crew, milikmu sendiri.”

Jong Gun menyugar surainya kebelakang, lalu tersenyum miring.

“Aku tak akan jadi bagian dari crew.” Hyungseok meremat kuat amplop di genggamannya, ia memasang raut serius dan bertekad.

“Untuk sekarang,” Jong Gun melangkah menjauh, kearah pintu keluar, “Aku tak memaksamu.”

“Eh?” Hyungseok terbingung.

“Kuserahkan padamu, tugas memusnahkan Four Men Crew.”

Hyungseok berusaha berdiri saat Gun mulai menjauh dari pandangannya, “Berhenti!” pemuda itu menopang badannya menggunakan tangan kanan dengan susah payah, seluruh badannya lemas.

“Kau pasti mau bilang ganbatte kan?!”

Gun melambaikan tangannya tanpa menoleh kebelakang, “Ganba- ah, maksudku fighting!” kemudian pemuda itu menghilang di balik pintu, meninggalkan Hyungseok sendirian di dalam ruangan dengan raut penuh tanda tanya.

Jong Gun berjalan di koridor menuju keluar gedung sambil memasang raut datar, badannya terasa lengket karna keringat, tangan kanannya berdenyut nyeri.

“Ah.. aku telah menemukan orang yang tepat,” gumamnya tepat sekali keluar dari area gedung.

Manik iblisnya yang terpampang menatap langit, “Kerumah sakit atau pulang?”

•••

“Ya ampun.. tanganmu.”

[Name] mendelik ngeri melihat tangan sebelah kanan kekasihnya yang terbalut gips, “Sakit?” tanya gadis itu sambil mencolek perbannya.

Mulutnya yang semula sibuk mengunyah langsung berhenti, “Hm.”

“Jadi bodyguard itu sampai harus seperti ini ya, Gun?” tanya [Name], manik abu-abunya memancarkan rasa kasihan.

“Tidak juga.”

“Huh?” [Name] menyuapkan lagi sepotong apel ke dalam mulut pemuda di sebelah kanannya itu.

“Tadi kau mandi bagaimana caranya?” tanya [Name] kepo, ia memasukkan sepotong apel kedalam mulutnya sendiri.

“Ya mandi.”

“Tanganmu? Gipsnya?”

“Kulepas.”

“What?!” kaget [Name], “Kau lepas sendiri?!” pekik gadis itu, Gun meringis lalu sedikit memiringkan kepalanya, kuping sebelah kanannya berdengung.

“Iya, ya ampun! Jangan berteriak di dekat telinga!”

[Name] sedikit menunduk, melototi tangan sebelah kanan Gun, “Itu kau pasang lagi sendiri?! Sendiri?! Yang benar saja!”

Jong Gun menghendikan bahunya, ia menatap lurus kearah televisi di depan yang menyala, menayangkan sebuah berita, “Jangan-jangan kau ini masokis, Gun?” todong [Name].

“Aku meringis kesakitan jika kau cubit.”

[Name] mengelus dagunya berpikir, “Tapi kupikir-pikir kau ini memang sepertinya masokis.”

“Apa-apaan?” maniknya melirik malas gadis itu, dengusan keluar dari hidungnya.

“Kau selalu terluka tapi tak pernah mengadu.”

“Aku kan laki-laki.”

“Apa hubungannya?” [Name] menyuapkan sepotong apel kedalam mulut pemuda itu saat bibirnya terbuka mengkode.

Iseng, jari telunjuk [Name] terulur mengelus kelopak mata Gun, pemuda itu memejamkan matanya, “Kau seperti burung hantu.”

Sontak saja Jong Gun menjauhkan wajahnya dari jemari [Name] saat mendengar ucapannya, “Maksudmu?” maniknya menyipit tajam.

“Eh? Kenapa?”

“Kenapa disamakan dengan burung hantu?”

“Huh?” [Name] memproses, “Ya, karna.. keren.”

“Keren darimananya burung hantu itu?”

[Name] bersungut, “Kau tak pernah lihat mereka ya?”

“Memangnya kau pernah?” timpal balik Gun.

“Pernah!”

“Di mana?” selidik pemuda itu.

“Di newtube!”

Kekehan langsung keluar dari bibir tipisnya, ia memalingkan wajahnya kearah lain melihat pipi gadisnya yang memerah karna menahan emosi.

Berdehem lalu melontarkan sebuah ucapan, “Tidak langsung kan?”

[Name] menggeleng, gadis itu memilin jemarinya sambil menunduk, “Kau pernah lihat mereka secara langsung, Gun?”

“Hm? Pernah.”

“Serius? Kapan?!” binar antusias keluar dari kedua manik abu-abu [Name].

“Setiap aku berkaca.”

“Eh?”

Seutas senyuman terpatri di wajahnya yang pucat, “Kau bilang aku mirip burung hantu kan?”

[Name] mengerjapkan matanya lalu tertawa renyah, ia mengusap sudut matanya yang terasa basah. Tangan kanannya digunakan untuk menutup bibirnya, menahan tawa yang ingin keluar lagi.

“Kalau begitu aku juga lihat setiap hari dong!”

Gun geleng-geleng kepala, ia menghelakan nafasnya lalu menyandarkan punggungnya kebelakang.

“Humormu rendah sekali.”

[Name] memakan potongan apel terakhir, ia memelankan tempo kunyahannya saat mengingat sesuatu, peristiwa tadi siang di sekolah saat jam istirahat, waktu bercanda-canda dengan teman-teman sekelasnya.

“Gun.”

“Hm?”

“Kau dicari Candis.”

“Candis siapa?”

[Name] terkekeh, “Candis dick fit-” ucapannya terhenti, sebuah tatapan maut dari sepasang manik iblis dilemparkan padanya, sontak saja ia meneguk ludahnya susah payah.

“[Full Name].” Oke, [Name] kira responnya akan sama seperti teman-teman sekelasnya tadi siang saat bercanda.

“Ehehe, tidak kok.. bercand- NO! GUN AKU BERCANDA!”

“PARK JONG GUN!!!”

To be continued.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top