Falling In Love


Krriiing!

"Baik, penjelasan saya cukup sampai di sini, besok kita lanjut lagi sampai bab enam. Selamat pulang, sampai jumpa besok!"

Guru wanita berwajah ayu itu tersenyum manis lalu keluar kelas sambil membawa tiga buku paket dan sebuah spidol di tangannya.

"Ya ampun, aku lelah sekali!"

[Name] melirik teman sebangkunya yang merupakan sahabatnya sendiri, kemudian mendengus geli, tangannya terulur untuk menepuk bahunya, "Ayo semangat! Sebentar lagi ujian kelulusan!"

Yerim, gadis itu mengangguk dengan raut malas, "Ya-ya, harus semangat." Tangan kirinya terangkat sambil mengepal malas.

"Ayo pul-" [Name] menghentikan ucapannya, ia sedang memasukkan alat-alat tulisnya kedalam tas dan menemukan ponselnya yang tersimpan di dalam menyala, saat dicek ada dua notifikasi pesan masuk dari orang yang sama, Jong Gun.

Park Jong Gun : Hei

Park Jong Gun : Aku jemput di tempat biasa menurunkanmu

[Name] mengerjapkan matanya, lalu menggerakan jarinya untuk membalas pesan yang diterimanya lima menit yang lalu.

[Full Name] : Kenapa menjemput? Aku bisa pulang sendiri kok

Ting!

"Wow.. fast respon.."

Park Jong Gun : Kebetulan aku habis ada pekerjaan di daerah sini, jadi sekalian mampir menjemputmu

[Name] mematikan ponselnya lalu menatap Yerim yang sedang berberes alat tulisnya, "Kau pulang naik bus, Yerim?"

Yerim menghentikan gerakannya, ia terdiam sejenak lalu tersenyum misterius, "Huhuhu, sepertinya ada yang pulang dijemput nih.."

[Name] langsung gelagapan, "Eh? T-tidak kok!"

Yerim tersenyum lalu mengangkat dagunya, "Entahlah, sepertinya Minho menjemputku," Yerim menatap jam tangannya, "Kemarin kami sedikit bertengkar."

[Name] menaikan kedua alisnya, "Kalian bertengkar? Kenapa?"

"Biasa.." Yerim mengedipkan sebelah matanya, "Enakan es krim bubble gum atau vanilla."

"Huh?" [Name] mencerna sebentar lalu tertawa kecil, "Ada-ada saja!"

"Jadi, nona? Kau mau pulang dijemput kekasihmu?" Yerim menaik turunkan alisnya menggoda.

[Name] melototkan matanya lalu melirik kesekitar waspada, "Jangan keras-keras kalau bicara!"

"Memangnya kenapa? Toh hubungan kalian sudah bukan rahasia, oh iya! Lain kali kenalkan pacarmu itu padaku ya!" [Name] hanya mengangguk-angguk.

"Ayo pulang!" Yerim menarik tangan [Name] keluar kelas.

•••

Kedua gadis dengan surai yang berbeda itu berjalan keluar dari gerbang sekolah sambil mengobrol, membahas hal-hal aneh.

"Vampir kan takut bawang."

"Tapi kalau dia pakai cincin sakti, bawang tidak akan jadi pantangan lagi."

"Vampir bisa pup ya?" [Name] berpikir lalu menghendikan bahunya, "Tidak tahu, mungkin bisa."

"Makhluk seperti mereka kalau pup pasti langsung hilang harga dirinya- tuh kan, Minho menjemput."

[Name] menatap kearah sahabatnya menunjuk, "Sana pulang!"

Yerim mengangguk, "Lalu kau? Kau dijemput kan?" [Name] berdehem.

"Di mana?" Yerim mengedarkan pandangannya, "Belum datang?"

[Name] menggeleng, "Sudah kok, tapi dia tak menjemputku di sini."

"Huh? Lalu di mana?"

"Di pertigaan sana," [Name] menunjuk sebuah mobil hitam di pertigaan sana yang berjarak lima belas meter dari dirinya yang berdiri di depan gerbang sekolah.

"Kenapa tak kesini saja? Kau jadi lelah berjalan kesana," Yerim mendumel sambil menarik [Name] kearah halte.

[Name] tersenyum, "Aku pulang ya, Yerim! Bye! Minho, antar sahabatku ke rumah tanpa lecet ya! Awas kau sampai dia luka!"

Minho yang melepas helm-nya tersenyum lalu mengangguk, "Ya, tenang saja."

"Bye, Yerim!" Yerim melambaikan tangannya, "Bye, [Name]! Hati-hati!"

Gadis bersurai biru tua itu menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh dan hilang saat masuk kedalam sebuah mobil berwarna hitam di pertigaan sana.

"Ayo pulang, sayang."

Yerim melirik kekasihnya sengit, "Bubble gum lebih enak!"

"Ya-ya! Terserahmu!"

•••

[Name] memasang sabuk pengamannya, lalu menyandarkan punggungnya kebelakang, dia menghelakan nafasnya panjang.

"Lelah?" [Name] menoleh kearah suara lalu mengangguk.

Mesin mobil dinyalakan lalu pedal gas di injak dengan perlahan, musik jazz melantun pelan membuat suasana berubah menjadi santai.

Jemarinya mengetuk stir mobil, sesuai beat lagu yang sedang diputar. Kacamata hitam yang bertengger di hidungnya ia lepas lalu dilemparkan asal ke atas dashboard mobil.

"Patah loh, Gun."

"Nanti beli lagi."

Terdengar bunyi dengusan, Gun melirik singkat kearah gadis itu lalu fokus lagi kedepan, bibirnya mengulas senyum tipis.

Bibirnya terbuka sedikit, kedua kelopak matanya tertutup, rautnya tenang bak bayi polos, nafasnya naik turun teratur, ia tertidur.

Pemuda berkemeja putih yang sudah kotor karna beberapa bercak darah di bagian depan itu mengulurkan tangannya untuk mematikan musik yang sedang menyala, ia melirik singkat lagi kearah gadisnya, memastikan dia tak terganggu apalagi terbangun.

Mobil melaju, membawa dia dan jantungnya yang berdegup tak karuan. Perutnya terasa geli, bak ribuan kupu-kupu sedang berterbangan di dalamnya kesana-kemari. Sungguh, dia tak peduli apa itu cinta dalam hidupnya. Bahkan pernah berpikir kalau ia akan hidup tanpa cinta. Tapi karna gadisnya, ia menelan ludahnya sendiri.

Terdengar mustahil, dan sangat mustahil. Seseorang sepertinya jatuh cinta. Seorang Jong Gun jatuh cinta.

Entah beruntung atau sebuah kesialan bagi [Name], menjadi kekasihnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top