CCTV
[Name] mengehelakan nafasnya lalu menatap keluar jendela mobil, pagi ini adalah senin yang buruk, hujan lebat turun.
Pemuda yang duduk di kursi pengemudi melirik kearah gadis itu sekilas lalu menaikan kedua alisnya, “Payungmu tak ketinggalan kan?”
“Ada di dalam tas.”
“Jas hujan?”
“Sudah.”
Hari ini tasnya terasa lebih berat dari hari biasanya karna terisi sebuah jas hujan dan payung. Gadis itu duduk di kursinya gusar, ia merasa tak enak, entah karna apa.
“Nanti pulang mau kujemput?”
[Name] menggeleng, “Tak perlu. Kalau kau menjemputku, nanti payung dan jas hujan di dalam tasku gunanya untuk apa?”
“Tinggalkan saja di bagasi.”
“No!”
[Name] mengeratkan kunciran di rambutnya, “Akhir-akhir ini kenapa kau jadi sering menjemputku?”
Gun menarik nafasnya lalu mengetuk-ngetuk stir mobilnya, ia menambahkan kecepatan saat menyalip mobil di depannya.
“Memangnya salah?”
“Tidak, tidak kok. Hanya saja.. kau tak dimarahi bosmu? Kau kan seorang bodyguard? Bodyguard kan kerjanya menjaga seseorang hampir selama dua puluh empat jam.”
Bibirnya mengeluarkan kekehan lalu tangan kirinya terulur mengambil sebuah kacamata hitam di atas dashboard lalu mengenakannya, “Tidak tuh..”
“Jangan-jangan kau selama ini menjemputku secara diam-diam ya? Tanpa ijin ke bosmu?!” [Name] melototkan matanya lalu menunjuk kekasihnya itu.
“Ijin kok, siapa yang tak ijin?”
“Kok bisa?”
“Bisa dong~” Gun menambah kecepatan mobilnya tiga puluh kilometer perjam, sontak saja [Name] mendelik ngeri.
“Bisa tidak jangan ngebut? Ini hujan, Gun!”
“Hm.”
•••
Bunyi benturan sepatu high heels dengan lantai keramik terdengar di sepanjang koridor, seorang gadis cantik mengenakan suit berwarna biru tualah sang pelakunya, ia nampak kesulitan mengenakan jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
“Mau kubantu?” suara bariton terdengar tepat di sampingnya, gadis itu menoleh lalu menggeleng.
Klik!
“Aku bisa sendiri.”
Pemuda berjas merah itu mengangguk lalu mengedarkan pandangannya, “Sepertinya akan ramai.”
Mereka berdua berjalan beriringan, pemuda berjas merah itu membentangkan jarak setengah meter dari gadis berpakaian serba formal itu, ia berjalan di belakangnya, menjaga dari belakang.
“Ah, menyebalkan.” Gerutuan kesal keluar dari bibir gadis itu, ia melangkah dengan tegas, matanya menyorot tajam ke depan.
“Berjuanglah.”
•••
“Tak kusangka akan selebat ini hujannya..” gumam [Name] sambil memasuki apartemennya, seragam yang dikenakannya basah semua karna air hujan, meski tadi ia telah mengenakan jas hujan plus payung tapi tetap saja tembus kedalam.
Setelah gadis itu mencopot sepatunya, ia lalu berjalan kearah dapur hendak mengambil minum, tenggorokannya terasa haus, tiba-tiba langkahnya terhenti, ia mencium aroma aneh di sini, di ruang tengah, parfum pria, ini bukan parfum yang biasa dikenakan Jong Gun.
Jong Gun biasa mengenakan parfum musk dan mint, tapi ini wangi citrus.
Manik abu-abunya menangkap dua botol alkohol di atas meja ruang tamu dan sebuah bungkusan aneh.
‘Ada penyusup!’
Tak!
Tak!
Gadis itu mundur perlahan kebelakang, matanya melirik was-was kearah pintu kamarnya yang terbuka sedikit, padahal tadi pagi ia sudah menutupnya rapat.
‘Fix, ada penyusup!’
[Name] berlari kearah pintu keluar lalu memutar kenopnya dan keluar, tak lupa ia menutupnya lagi dengan tergesa-gesa, gadis itu terengah-engah, rautnya panik.
Klek!
“Loh? [Name]? Kau kenapa berdiri di situ?” pemilik apartemen nomor 506 di sebrang, kebetulan baru saja keluar dari kamarnya, dia menatap kearah tetangganya yang masih gadis itu bingung.
“Ada penyusup di dalam apartemenku..” bisik [Name].
“Apa? Serius?!” wanita bersurai coklat itu melototkan matanya kaget, “Biar kupanggil satpam, kau- kau menjauh dari situ! Bahaya jika penyusupnya tiba-tiba keluar. Ayo ikut aku memanggil satpam!”
[Name] mengangguk lalu menjauh dari pintu apartemennya dan mengikuti langkah tergesa-gesa wanita itu.
•••
“Tidak ada apapun.”
[Name] mendelik sangat kaget, “Tadi pintu kamarku terbuka, di meja sana ada dua botol alkohol dan sebuah bungkusan aneh, serius!”
Satpam berkumis tebal yang berdiri di ambang pintu kamarnya memijit pelipisnya, “Tapi tidak ada tuh, kau jangan berbohong ya!”
[Name] melirik wanita berambut coklat yang berdiri di sampingnya, wanita itu nampak ikut bingung.
“Aku serius, tadi ada-”
Klek!
Pintu terbuka, seorang pemuda berjas merah masuk dengan membawa sebuah paperbag berwarna ungu di tangan kanannya.
Tiga orang yang berada di dalam kamar itu menoleh kearahnya bersamaan.
“Ada apa ini?” ucap pemuda itu bingung saat mendapati dua orang asing di dalam kamar apartemen kekasihnya.
“Aish.. mungkin kau kelelahan ya, nak. Jadi berhalusinasi gitu-” ucap si satpam yang sudah berkepala empat itu.
“Tidak, aku tak berhalusinasi!” [Name] berlari kearah ruang tengah lalu menghirup bau di ruangan itu, “Disini ada wangi citrus! Aku tak mengenakan parfum atau sejenis wewangian itu!”
“Ada apa, [Name]?” Jong Gun, pemuda itu mengeryitkan keningnya lalu berjalan kearah kekasihnya.
“Tadi ada penyusup.”
“Huh? Penyusup?”
Wanita berambut coklat berjalan kearah [Name] lalu menepuk bahu gadis itu, “Aku percaya padamu,” kemudian ia menatap Gun, “Sepertinya gadismu ini dalam bahaya.”
Satpam berkumis tebal menggaruk perutnya yang tiba-tiba gatal, ia menghelakan nafasnya lalu melirik kesekitar, matanya terpaku pada sebuah objek, di pojok dinding atas sana, ada sesuatu yang menyala lalu mati lagi.
“Kau memasang CCTV?”
“CCTV apa?” bingung [Name], satpam itu menunjuk kearah benda yang menyala beberapa detik lalu mati lagi di pojok dinding.
“Mungkin kita bisa melihat penyusupnya lewat CCTV itu.”
[Name] terpaku, “Sejak kapan kita punya CCTV?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top