Carry you
Diruang tengah apartemen, [Name] dan Jong Gun saling bertatapan, sepasang kekasih itu saling melemparkan tatapan datar, mereka berdua duduk berdampingan di sebuah sofa berukuran panjang.
Gadis bermanik abu-abu itu memutuskan kontak mata terlebih dahulu, ia mengehelakan nafasnya lalu mengusap keringat yang mengalir di dahinya, hari ini begitu panas, padahal sudah sore.
Gun menyandarkan punggungnya kebelakang sofa lalu menyingkap sedikit kaos yang dikenakannya ke atas hingga menunjukkan perutnya yang terbentuk.
“Gerah.”
[Name] berdecak kesal, “Kapan listriknya nyala?”
Ponsel milik gadis itu tergeletak di atas meja, tiba-tiba menyala, menunjukan peringatan bahwa baterai telah sekarat, tersisa dua persen.
Gadis itu menunduk lalu tersentak kaget mengingat sesuatu.
“Ya ampun, sayangku..” [Name] langsung berdiri dari duduknya lalu berlari kearah kulkas di dapur, membukanya lalu mengecek freezer.
“OH MY GOD! MY SWEETIE!”
Lima bungkus es krimnya meleleh mengenaskan di dalam freezer yang sekarang tak bisa dibilang freezer lagi, gadis itu mencebikan bibirnya sedih, dengan tak rela ia mengeluarkan lima es krim itu keluar kulkas lalu menaruhnya ke dalam sebuah wadah.
“Kenapa teriak-teriak?” Gun datang dengan wajah heran, kemudian matanya mengeryit kearah wadah di tangan [Name].
“Apa itu?”
“Es krim.”
“Kenapa cair begini?” Gun mengambil sebungkus dari dalam wadah itu lalu menggenggamnya pelan, sudah tak padat lagi.
[Name] mendengus, “Listriknya mati, jadi freezer-nya tak menyala, es krimnya cair deh.” [Name] menatap miris es krim di wadahnya, bukan es krim lagi.
Gun, pemuda itu menggigit bibir bawahnya menahan tawa, ia kembali menaruh benda di tangannya ke dalam wadah yang [Name] bawa, entah kenapa hal kecil begini terasa begitu lucu baginya.
“Ayo keluar.”
“Ngapain?”
“Beli es krim.”
[Name] hendak mengangguk antusias namun langsung tersadar sesuatu, “Yang benar saja?! Menuruni seratus anak tangga?! Lift-nya kan mati!”
Gadis itu membayangkan bagaimana lelahnya menuruni anak tangga yang jumlahnya kurang lebih dari seratus, perutnya melilit, bagaimana jika tiba-tiba darah rendahnya kumat di tengah jalan? Bahaya!
“Kugendong, ayo,” ucap Gun sambil berjalan keluar dari area dapur.
Sontak saja binar keluar dari mata [Name], “SERIUS? KAU MAU MENGGENDONGKU?!”
“Ya, ayo cepat!”
•••
“Kau tak lelah, Gun?” [Name] yang berada di gendongan kekasihnya tersenyum senang, sesekali ia meringis ngeri melihat ke bawah sana.
Gun menolehkan kepalanya sedikit kebelakang lalu menggeleng, bak tenaganya belum terkuras sama sekali dengan santai ia menuruni anak tangga ke tujuh puluh enam sambil menggendong gadisnya di punggung.
Pemuda itu sesekali membenarkan posisi [Name] dalam gendongannya, kedua kaki gadis itu yang melilit pinggangnya tak mau diam.
“Jangan banyak bergerak, kau mau jatuh?”
[Name] menggeleng, gadis itu mengeratkan pegangannya di leher Gun, “Hati-hati, Gun! Jangan meleng! Kau membawa nyawaku!”
“Hm.”
Tak sampai lima menit, akhirnya mereka sampai di lobi apartemen. Gun menurunkan gadis di gendongannya perlahan, “Jangan loncat!” ucapnya merasa [Name] berancang-ancang akan melompat dari gendongannya.
“Siapa juga yang mau melompat!” kesal gadis itu, dalam batin ia berpikir, bagaimana pemuda itu tahu jika ia akan meloncat. Gadis itu turun dari gendongan Gun dengan tak ikhlas, part serunya tak ada.
Gun menarik pergelangan tangan kekasihnya dengan lembut keluar dari gedung apartemen menuju parkiran, [Name] hanya ikut bak anak itik, ia sesekali meloncat kecil dalam langkahnya, hatinya senang.
Sementara itu, Gun berjalan sambil menelisik sekitar tajam. Ia merasa sedang di awasi, insting pemuda itu kuat, tak salah karna dia termasuk sepuluh jenius.
“Kau bawa dompet kan, Gun?” pemuda berkacamata hitam itu menoleh, ia sedikit tersentak, “Huh? Iya.”
[Name] mengangguk-angguk sambil ber-oh ria.
“Kau keliatan tak nyaman, ada apa?” tanya [Name] sambil menarik ujung kaos pemuda itu.
Gun menggeleng, ia melepas pergelangan tangan [Name] dari genggamannya lalu merangkul gadis itu mendekat padanya dan mengelus surai silver-nya lembut. Mereka berjalan ke arah parkiran sambil berdempetan.
“Mau es krim rasa apa?”
•••
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top