Babe?


“Kenapa dia kaget begitu..” lirih Gun melihat raut kaget [Name] dari tempatnya duduk.

Minho yang duduk tak jauh di sampingnya melirik pemuda itu diam-diam, dalam batin ia berdo'a agar kedua gadis itu lekas selesai mengobrol. Dia menahan nafas sedari tadi di sini, aura seram Jong Gun terlalu pekat, menyesakkan udara sekitar.

“Kau dulu satu kelas dengan [Name] juga?”

“H-huh? T-tidak, Kak.”

“Oh, sekolah di mana dulu?” Gun menaikkan sebelah alisnya, ia mencoba humble pada Minho. Kedepannya mungkin saja ia akan sering bertemu dengan pemuda berpotongan undercut itu. Secara pemuda itu adalah kekasih sahabat baik [Name].

“SMA 087 Gangbuk, Kak.”

“Orang Gangbuk?”

“Iya.”

Gun berdehem, otaknya terputar mengingat peristiwa lima tahun yang lalu.

“Di sana masih ada orang yang berkuasa?”

“Maksudmu?” Minho menggaruk pipinya dengan telunjuk.

“Crew.”

“Oh! Iya, ada satu. Banyak rumor kudengar mereka itu suka memalaki uang anak-anak SMA, suka mengganggu orang yang sedang berdagang, begitulah.”

“Beberapa kali polisi melakukan tindakan untuk menangkap mereka, namun selalu gagal. Mereka pandai bersembunyi dan menghindar.”

“Kau tahu mereka itu siapa?” Gun mengubah posisinya yang semula duduk bersandar menjadi duduk tegak lalu menyatukan kedua tangannya kedepan, posisi serius.

“Apa?”

“Kau tahu nama Crew mereka itu apa?”

Minho menggaruk tengkuknya, dahinya berkerut berpikir, “Aduh, aku lupa..”

Gun berdecih, Minho langsung ingat, “Ah! Iya! XYZ!”

“Huh?”

“XYZ Crew, Kak.”

Jong Gun terdiam sejenak, memainkan lidah di dalam mulutnya sambil berpikir mengingat nama crew yang terdengar familiar di telinganya itu, “Keras kepala sekali..” gumamnya tak jelas, crew lima tahun lalu yang dibubarkannya, berdiri kembali?

“Kakak bicara sesuatu?”

“Huh?” Gun menoleh lalu menggeleng, “Tidak, tidak ada.”

“Ngomong-ngomong, berhenti memanggilku kakak. Itu menggelikan.”

Minho mengerjapkan matanya lalu mengangguk kikuk, “Iya.. Jong Gun?”

“Hm, that's better.”

Jantung Minho hampir meloncat dari tempatnya saat Jong Gun secara tiba-tiba melepas kacamata yang dikenakannya lalu memasukkannya kedalam saku kemeja, manik iblis terpampang melirik tajam kearah Minho, pemuda bernetra coklat itu meneguk ludahnya susah payah.

‘Bagaimana bisa [Name] dapat pacar model begini?’ batin Minho.

“Takut?” ucap Gun melihat raut pucat pemuda di sampingnya.

Minho tertawa canggung, “Tidak.”

•••

“Aku masih tak percaya, ya ampun!”

“Sebentar lagi aku jadi Aunty, Gun!”

Jong Gun melirik sekilas [Name] yang tak henti heboh sejak turun dari mobil tadi, gadis itu terus mengoceh bahagia atas kehamilan sahabatnya, Gun sedikit kaget mendengar cerita Yerim yang hamil dari bibir [Name].

“Ya, ya. Sana pergi mandi.”

[Name] menyandarkan punggungnya kebelakang sofa, melirik jam dinding yang terpasang di tembok, “Masih sore, nanti saja.”

“Mau makan malam apa?” tawar Gun sambil mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

“Ramen-”

Tok!

Tok!

Tok!

“Permisi, Kak Jong Gun!”

Sepasang kekasih itu menolehkan kepalanya secara bersamaan kearah pintu.

[Name] menatap Gun, “Yang kemarin?”

Jong Gun menarik nafas dalam-dalam, “Nanti malam mau makan apa?” ucapnya lembut pada [Name], mengabaikan tamu yang datang tanpa diundang.

“Itu, yang di depan-”

“Mau makan apa?” suara Gun menjadi rendah dan tajam, bulu kuduk [Name] sontak saja berdiri.

“A-ayam?”

“Mau sop ayam?” suara pemuda itu kembali normal, [Name] mengangguk, ia melirik-lirik kearah pintu.

Beranjak dari duduknya lalu berjalan kearah dapur, membuka pintu kulkas melihat bahan-bahan makanan, “Mau salmon?” ucap Gun sedikit berteriak agar [Name] yang berada di ruang tengah mendengar.

“I-iya!”

[Name] berdiri dari duduknya lalu berlari kecil kearah pintu, tangannya terulur memutar gagang agar terbuka.

Klek!

“Cari Gun, ya?”

“E-eh? Kau- maksudku.. [Name]?”

[Name] tersenyum ramah, “Halo, Rashta.”

Rashta, gadis dengan dress pendek itu menelisik penampilan orang di hadapannya dari atas sampai bawah lalu tersenyum, “Halo, [Name].”

[Name] nampak mengenakan kaos hitam polos, kebesaran. Jangan tanyakan alasan mengapa bisa kebesaran, itu milik Gun. Celana pendek yang dikenakannya sampai tak kelihatan karna kaos yang dikenakannya menutup hingga lutut.

“Mau bertemu Gun?”

Rashta mengangguk, “Iya.” Senyuman penuh arti terpatri di wajahnya.

“Um.. ayo masuk!” ajak [Name] sambil mengiring Rashta ke ruang tamu.

Gadis bersurai perak itu mengedarkan pandangannya kesekitar, untuk pertama kalinya ia bisa masuk ke dalam rumah dengan nuansa monokrom ini.

“Silahkan duduk, kubuatkan teh ya?”

Rashta mendudukkan dirinya di atas sofa lalu menggeleng, “Tidak perlu repot-repot, [Name].”

“Tidak kok, tunggu sebentar ya!”

[Name] berlari kecil kearah dapur.

Di dapur, Gun mengerutkan keningnya melihat [Name] mengambil sebuah cangkir lalu membuka almari.

“Mau ngapain?”

“Bikin teh.”

“Loh? Sekarang suka teh?”

“Bukan untukku.”

“Huh? Kau mau bikin untukku? Lebih baik kopi.”

[Name] tersenyum, “Kau pede sekali.”

Dahi si Shiro Oni berkerut, “Jangan bilang-”

“Untuk Rashta.”

‘Bocah ini..’ batin Gun greget pada [Name], “Kau membiarkannya masuk?”

Menaikkan sebelah alisnya, “Loh? Kenapa? Ruang tamunya kan di dalam.”

Gun menghelakan nafasnya lalu menggeleng, ”Tidak.”

[Name] menghendikan bahunya lalu memasukkan tiga sendok teh gula ke dalam cangkir, “Dia mau bertemu denganmu, Gun.”

“Tidak bisa, aku mau memasak.”

“Hm?”

“Bilang saja aku sedang sibuk.”

[Name] terdiam sejenak, “Kenap-”

Grep!

“Eh?”

“Kau ini polos atau munafik sih?” [Name] terkaget, ia terkabedon. Wajahnya dengan wajah Gun hanya berjarak beberapa senti.

Si surai silver terpojok di meja bar, kedua tangan kekar sang kekasih mengurungnya di masing-masing sisi hingga dirinya tak bisa bergerak leluasa.

“Terlalu dekat!”

“Kutanya sekali lagi, kau ini memang polos atau pura-pura polos?”

“Maksudmu?” bingung [Name] sambil menekan dada Gun agar sedikit menjauh, namun tak ada perbedaan jarak setelah melakukannya.

“Rashta itu cewek loh, [Name]..”

“Yang bilang dia alien siapa?”

Sudut bibir sang Shiro Oni berkedut, “Serius, sayang..”

“Aku serius kok.”

[Name] tersenyum manis, ia mengalungkan tangannya di leher Gun lalu berkata pelan, “Lima tahun tak bersama membuatmu tak tahu bagaimana cara mainku selama ini ya, sayang?”

Deg!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top