Aishiteru
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!NSFW!!!!!!!!!!!!!!
Bruk!
Srak!
“Aduh! Maaf-maaf!”
“E-eh, harusnya saya yang minta maaf.”
[Name] berjongkok lalu memunguti isi belanjaan orang yang tak sengaja ia tabrak, berserakan di atas aspal, satu-persatu gadis itu masukkan lagi ke dalam plastik, dalam batin ia merutuki dirinya.
“Maaf! Saya tidak sengaja, saya sedang buru-buru,” [Name] berdiri tegak lalu menyodorkan plastik di tangannya pada orang di hadapannya, “Itu.. mau saya ganti saja?” ucap [Name] tak enak, ia merogoh saku roknya hendak mengeluarkan sejumlah uang untuk ganti rugi.
“Tidak perlu,” sang korban tersenyum, lalu mengecek isi plastik di tangannya, “Toh tidak ada yang rusak kok.”
Manik abu-abu [Name] mengerjap, “Serius? Ah, tak perlu merasa tak enak, saya ingin bertanggung jawab.”
“Tidak apa-apa, santai saja.”
Pemuda di hadapan gadis itu tertawa ringan sambil mengibaskan tangannya, “Kau bilang sedang buru-buru kan?”
[Name] langsung ingat tujuannya sebelumnya, “Ah iya! Aku harus segera pergi..!” [Name] menatap si pemilik surai hitam di hadapannya, “Maafkan saya sekali lagi, saya duluan!”
“Iya, berhati-hatilah!”
[Name] mengangguk lalu melanjutkan lari sprintnya, gadis itu berlari kencang hingga surainya bergerak lucu ke kanan dan ke kiri.
Pemilik manik hitam menatap punggungnya yang kian mengecil sambil tersenyum tipis, pupilnya membesar, ia merasa tertarik.
“Bisakah kita bertemu lagi..?”
“Hyungseok!”
Ia menoleh kaget kearah suara, lalu menaikan sebelah alisnya, “Haneul? Kau.. kok bisa di sini?”
Gadis cantik berjalan kearahnya dengan senyum semanis gula, “Bisa dong! Aku sedang jalan-jalan di sekitar sini.”
“Oh, sendirian?”
“Iya. Ngomong-ngomong..” Haneul mengedarkan matanya, “Kau tak bersama si babi?”
“Huh?”
•••
Bunyi hentakan sandal jepit dengan lantai koridor menggema di lorong apartemen. Seorang gadis cantik bersama kekasihnya nampak berjalan beriringan menuju sebuah kamar, nomor 505.
“Entah kenapa semenjak kutinggal.. suasananya jadi berbeda, Gun.”
“Berbeda apanya? Sama saja.”
Ucap keduanya sambil memasuki kamar itu. Sebelumnya laki-laki berkaos biru tua lengan panjang itu memencet sandi password kamar terlebih dahulu di gagang pintu.
“Syukurlah penguntitnya telah tertangkap,” [Name] mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tengah yang sudah lama sekali tak gadis itu duduki, ia mendesah lega.
Gun berjalan masuk ke dalam kamar, mengecek sesuatu, kemudian tak sampai lima menit pemuda itu keluar lalu berjalan mendekati kekasihnya yang asik memainkan ponselnya sambil selonjoran di atas sofa.
“Bajumu mau kau bawa semuanya?”
[Name] bergumam tak jelas, Gun mendudukkan dirinya di samping gadis itu lalu menepuk pahanya pelan, “[Name].”
“Apa, sayangku?”
“Bajumu mau kau bawa semua?” ucap pemuda itu sekali lagi, suaranya rendah.
[Name] mendudukkan dirinya dengan posisi benar lalu menghendikan bahunya, “Tak tahu.” Ponsel di tangannya ia taruh ke atas meja.
“Menurutmu bagaimana?”
“Bawa sebagian saja,” ucap Gun sambil mengangkat gadis itu enteng dari posisinya lalu mendudukannya di atas pahanya, “Nanti beli baju baru di sana.”
[Name] menyandarkannya kepalanya, ia mengelus dagunya berpikir, “Di sana ada yang jual baju ya?”
“Aussie bukan mars, sayang.”
•••
“Lihat deh bocah itu!”
“Hm? Mana?”
[Name] mengulurkan telunjuknya kearah yang ia pandang, manik putih Gun mengikuti arah gadisnya itu, “Kenapa?”
“Imut! Seperti aku dulu!” [Name] tertawa, Gun terkekeh, “Dia tak ompong, kau dulu kan ompong.”
“Tapi pipinya chubby seperti aku dulu.”
Gun geleng-geleng kepala, ia mengedarkan pandangannya kesekitar. Sepasang kekasih itu kini sedang berada di sebuah kafe, sepiring cheesecake dinikmati [Name], Gun menyeruput kopinya.
Di balik kacamata hitamnya itu, manik putihnya tak henti memperhatikan [Name], begitu lekat, seolah tak ada niatan ingin mengalihkan pandangannya barang hanya sedetik saja.
Dahinya mengernyit saat menangkap raut bingung [Name], “Kenapa? Hm?”
Gadis itu menggeleng lalu melanjutkan kunyahannya yang sempat terhenti sejenak, netranya bergulir kearah luar jendela kafe, jalan raya.
Begitu ramai. Langit saat ini mendung, terdengar bunyi guntur beberapa kali, namun tak terlihat kilat.
“Pelan-pelan, [Name]!” peringat Gun melihat gadisnya itu tergesa-gesa dalam melahap makanannya.
“Mau hujan.”
“Apa hubungannya?”
Gadis itu melirik ice lemon tea yang tersaji di samping piringnya, “Nanti kau tak mengijinkanku minum es..”
Pemuda itu melongo, kemudian mengigit bibir bawahnya menahan tawa.
“Dasar.”
Jong Gun mengangkat tangannya memanggil seorang pelayan, [Name] menatap gerak-gerik pemuda itu.
“Ya, ada yang bisa saya bantu, Tuan?”
“Saya pesan satu minuman cokelat panas.”
•••
“Kebiasaan.”
Gerutu Gun sambil menggendong [Name] memasuki kamarnya, ia menidurkan gadis itu dengan hati-hati ke atas kasur, menarik selimut kemudian menyelimuti pinggang hingga ujung kakinya.
[Name] melenguh, matanya terbuka sedikit, ia terganggu. Sontak saja Gun mengerahkan usapan lembutnya pada surai gadis itu, mulutnya bergumam menyanyikan lullaby.
Tik!
Tik!
Tik!
Tik!
Crasss!!!
Hujan turun. Jong Gun melirik kearah jendela kamar yang tirainya terbuka, di luar angin berhembus begitu kencang. Pemuda itu menghelakan nafasnya panjang.
“Ssshh..” desisnya mendengar decakan keluar dari bibir [Name], kebiasaan gadis itu saat kesal ketika tidur nikmatnya terganggu.
“Tidurlah..”
Si surai silver kembali tertidur. Pemuda berkacamata hitam itu sontak mendesal lega, ia mengusap wajahnya kasar.
“Akhirnya tertidur juga.”
Jong Gun sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya pada wajah [Name], kemudian bibirnya mengecup lembut kedua sisi pipi gadis itu.
Masih dengan posisi yang sama, Gun memandangi wajah gadis itu dari jarak dua senti, dengan tatapan tulus.
Dalam batin ia berucap begitu beruntung bisa memiliki seseorang seperti [Name]. Sifatnya yang tak munafik, lemot, dan suka to the point membuat pemuda itu begitu sayang padanya.
Sedikit demi sedikit jarak wajah keduanya mulai terkikis kembali, bibir keduanya bertemu, dengan lembut Jong Gun menyelipkan lidahnya masuk kedalam bibir [Name], mengabsen rongga mulut gadis itu dengan lihai, tak lama, hanya sepuluh detik.
“Ukh..” [Name] berdecak, gadis itu mengecapkan bibirnya dengan mata terpejam, dahinya berkerut.
Gun membentangkan jarak lalu terkekeh, tangannya terulur mengusap dagu gadis itu yang basah karna air liur.
“Aishiteru.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top