5 Years


“Minggu depan? Oh God.. kau yang akan daftar kenapa aku yang gugup ya?” [Name] menggigit ujung jarinya.

“Semoga aku dan Minho keterima, Ya Tuhan!!” Yerim di sebrang sana berucap penuh harap.

“Bisa-bisanya kau ini!” [Name] menyugar surainya kebelakang lalu mendesis, “Jadi nanti kau tinggal di apartemen bersama Minho?”

Yerim berdehem, “Ah! Aku gugup sekali!”

[Name] terkekeh kemudian mendengus, “Dasar anak muda. Jangan sampai kebablasan loh!”

“Hei!”

“Bercanda!” matanya melirik sayu sebuah koper di pojok kamar, “Malam ini hasilnya keluar.”

“SERIUS? KAU SUDAH MENDAFTAR?!”

“Iya, do'akan ya agar aku lulus seleksi, hehe.”

“Huhu.. boleh egois tidak aku? Aku berharap kau tak lulus, aku tak ingin jauh-jauh darimu.”

[Name] menggigit bibir bawahnya, “Jangan begitu dong! Aku sudah siap koper tau!”

Yerim tertawa renyah di sebrang, “Ya, apapun hasilnya akan kudukung! Walau aku berharap tak lulus, hehe!”

“Yerim?!-”

Tut!

Panggilan ditutup secara sepihak oleh lawan, [Name] mendengus sebal sambil menatap layar ponselnya.

“Dasar bocah ini.”

Meong!

Gadis itu menunduk, Shiro mendusel-dusel kakinya manja, “Lapar Shiro?” ia berjongkok lalu menggendong kucingnya itu.

“Lapar, hm?”

Krrrhh~

“Tidak?”

Kucing berbulu hitam itu menguap lalu mendusel leher majikannya manja.

“Makananmu sudah mau habis ya, sepertinya..?”

Ia menggendong hewan berbulu itu sambil melangkah keluar kamar lalu berjalan ke ruang tengah dan mendudukan dirinya di sebuah sofa panjang, netranya mengedar kesekitar, “Dia tak takut ya tinggal di rumah sebesar ini sendirian?” gumamnya.

Klek!

Tap!

Tap!

Tap!

Grep!

“Ngapain?” [Name] sontak menoleh, bahunya terasa dipegang.

“Eh? Kok sudah pulang?”

Jong Gun, lelaki memakai memakai suit itu menenteng sebuah kantong plastik entah berisi apa lalu menaruhnya ke atas meja kemudian ia mendudukkan dirinya di atas sofa, samping [Name].

Helaan nafas keluar dari bibirnya, kacamata yang bertengger di hidungnya ia lepas lalu dengan sembarangan dilempar ke atas meja.

“Aku beli udon, makanlah.”

[Name] menaikan kedua alisnya, “Kau? Sudah makan?”

“Sudah.. tadi,” bohong pemuda itu, ia menopang pelipisnya dengan dua jari lalu menatap gerak-gerik gadis di sampingnya membuka kantong plastik.

[Name] terdiam sebentar, “Bisa suapi aku?” ia menatap Jong Gun, tangannya mengeluarkan sepasang sumpit dari dalam plastik.

“Ah, aku lupa..” ia melepas jas yang membalut tubuhnya lalu menyingsingkan lengan kemejanya hingga atas siku, tangannya terulur mengambil alih sumpit dari tangan [Name].

[Name] menatap lekat kekasihnya yang nampak lihai menggunakan sumpit, mulutnya sampai terbuka sedikit, “Kau beli itu di mana?” tanya gadis itu sambil menunjuk semangkuk udon di tangan Gun.

“Di rumah makan.”

“Rumah makan mana?” Jong Gun menyuapkan udon kedalam mulut [Name], “Makan saja.”

Mulut gadis itu mengunyah, dahinya berkerut, “Enakan ramen,” ucapnya tak jelas, mulutnya penuh.

“Nanti malam mau makan apa?” tanya Jong Gun, pemuda itu mengaduk kuah udon sembari menunggu [Name] menyelesaikan kunyahannya.

“Ramen!”

Suapan kedua, “Tidak ada, yang lain.”

“Apa? Entah, aku tak tahu.”

[Name] menggaruk pipinya, “Mau sop ayam?” tawar Gun, si manik abu-abu mengangguk, ia makan apa saja mau.

“Yang ada wortelnya ya!”

“Hm. Buka mulutmu.”

•••

[Name] berjalan sambil mendorong troli belanjaan, di belakangnya Jong Gun mengikuti, sepasang kekasih itu kini sedang berbelanja di sebuah supermarket, membeli bahan-bahan untuk membuat sop ayam, menu rencana nanti malam.

Tangan Gun terulur mengusap surai [Name], ia menyamakan langkahnya dengan gadis itu, netranya mengedar kesekitar tajam, memastikan tak ada orang dikenalinya yang mengawasi.

“Sudah kan?”

“Hm. Mau es krim?” Gun menunjuk kulkas khusus es krim.

“Tidak dulu,” ucap [Name], ia merasa tenggorokannya sakit akhir-akhir ini.

“Coklat?”

“Mau, hehe.”

•••

“Habis!” [Name] mengelus perutnya yang sedikit membesar, “Terima kasih makan malamnya!” ucap gadis itu sambil menyandarkan punggungnya kebelakang.

Jong Gun berdehem kemudian menyodorkan segelas air putih pada gadis itu, “Minumlah.”

“Jam berapa hasil seleksimu keluar?”

“Jam delapan,” ucap gadis itu setelah meneguk air yang diberikan Gun.

Gun mengangguk-angguk lalu mengambil mangkuk kosong bekas makan [Name] dan membawanya kearah wastafel, “Eh! Mau kau apakan?” ucap [Name].

“Cuci dong, apa lagi?”

“Biar aku saj-”

“Dora The Explorer movie tayang sebentar lagi loh.”

“SERIUS?” sontak [Name] berdiri dari duduknya lalu berlari ke ruang tengah.

Gun geleng-geleng kepala, ia menyalakan keran wastafel lalu mulai mencuci mangkuk bekas makan [Name] beserta sendoknya.

“REMOTNYA DI MANA, GUN?”

“Di sofa.”

“TIDAK ADA!”

“Terselip mungkin!”

Terdengar bunyi grasak-grusuk, “KETEMU!”

DORA THE EXPLORER!♪

“PAS SEKALI BARU MULAI!”

Jong Gun menghelakan nafasnya, “Jiwa bocah memang.”

“GUN! COKLAT YANG TADI KAU BELIKAN SEKALIAN BAWA KEMARI YA!”

“IYA, SAYANGKU!”

•••

Jong Gun menghelakan nafasnya panjang, ia melirik [Name] yang menutup kedua matanya rapat-rapat dengan telapak tangan, laptop menyala di hadapannya, menampakan hasil seleksi gadis itu masuk ke dalam universitas Aussie.

“Buka matamu, [Name].”

“Aku tidak siap!”

“Sampai kapan kau menutup matamu? Lihatlah hasil seleksimu-”

“JANGAN SPOILER!” pekik [Name], gadis itu menutup layar laptopnya dengan kedua tangan kemudian melototi Jong Gun yang nampak malas pada kelakuannya.

“Aduh.. bagimana ini?” [Name] kembali menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

“Aish! Kau keterima!” ucap Gun yang sudah lelah dengan perilaku [Name], sudah setengah jam gadis itu begini.

“APA?! SERIUS?!” [Name] langsung melotot kaget, matanya menelisik layar laptopnya begitu teliti, “OH MY GOD! KETERIMA!?”

“AKU DITERIMA?!” Jong Gun menarik nafas dalam-dalam, “Iya, [Full Name].”

Gadis bermanik abu-abu itu syok, wajahnya sampai pucat, “I-ini serius?” tangannya menunjuk layar laptop.

“Wah..” ia tersenyum lalu tertawa kecil, sudut matanya basah.

“Jadi ke Aussie deh.”

Jong Gun menarik [Name] masuk ke dalam pelukannya, lalu mengecup dahi gadis itu berkali-kali, “Selamat ya.”

Gadis itu menangis, ia memeluk erat pinggang kekasihnya, “Kita benar-benar jadi berjauhan.”

“It's okay,” tangannya mengusap lembut punggung [Name], “Aku akan tetap cinta padamu.”

[Name] menggigit bibir bawahnya, “Gun, nanti kalau aku sedang tidur, kau jangan tidur dengan gadis lain ya!” suaranya bergetar.

“Tidak akan.”

“Di sini aku yang tukang bohong, kau jangan ya?” ucap [Name].

“Iya, tenanglah.”

[Name] tersenyum tipis, ia membenamkan wajahnya di ceruk leher pemuda yang sedang memeluknya saat ini lalu memejamkan matanya, jantungnya berdegup kencang.

“Teruntuk Park Jong Gun..”

“Hm?”

“Tunggu aku lima tahun lagi ya.”

“Iya, akan ku tunggu.”

Lima tahun itu lama, namun hal kecil. Ia bisa menunggu hingga lima belas abad untukmu [Full Name], hanya untukmu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top