ARC. 6. Peek A Boo, Darling~
SITVP ARC 6. Peek A Boo, Darling~
Prolog
"Enak dagingnya?"
Wanita yang duduk di kursi makan sedikit meringkuk. Tubuhnya sangat kurus. Rambut hitamnya dikuncir tinggi, penampilannya sangat cantik dan lembut. Ada banyak memar biru dan ungu di tubuhnya. Dia kaku beberapa detik saat mendengar suara pria yang familier, kepalanya sedikit menoleh ke kanan, mengangguk kecil.
"Mm."
Gauri Himeka. Dia tidak tahu sudah berapa lama dikurung di apartemen ini? Di kelilingi oleh 3 psikopat gila yang sudah membantai banyak orang di gedung apartemen yang mereka tinggali.
Suami Gauri terbunuh.
Putranya disandera.
Jadi, walau Gauri menanggung rasa sakit dan penderitaan setiap hari, Gauri masih bersikeras untuk menanggungnya. Gauri buta. Dia tidak bisa melihat wajah demi wajah pria-pria yang saat ini sedang memperhatikannya. Dia mendengar salah satu di antara mereka tertawa terbahak-bahak, seolah mendengar sesuatu yang lucu, tapi Gauri tidak berani bertanya.
Dia sebenarnya ... sangat pengecut.
Dia takut.
Malam demi malam dilalui Gauri seolah memijak bara api. Tubuhnya dilukai dan dinodai. Para pria ini akan menidurinya bergantian jika sedang bermurah hati. Tapi jika mereka sedang 'terlalu panas', tubuh Gauri juga akan dilukai. Dia diikat, kulitnya disayat-sayat, tubuhnya dimasukkan berbagai benda yang menakutkan.
Gauri berkali-kali ingin menyerah. Dia ingin mati. Tapi dia teringat pada putranya yang masih bayi dan di tangan mereka semua. Gauri tidak berani menantang garis batas para psikopat. Dia hanya berharap ... orang-orang ini menepatinya, setelah mereka bosan, mereka akan meninggalkan Gauri dan putranya.
Mengingat suaminya yang mati di tangan salah satu di antara mereka, Gauri hanya bisa menggigit bibir, memakan supnya lagi.
Rantai di tangan kanannya berdering. Gauri tidak bisa terlalu banyak bergerak, karena baik itu leher, tangan kanan, atau kaki kirinya diikat rantai besi panjang. Orang-orang ini bukan takut Gauri akan melarikan diri, mereka hanya senang melihat Gauri dililit rantai. Berkeliaran telanjang di depan mereka.
Ya, Gauri bahkan tidak diizinkan mengenakan selembar pakaian.
"Sayang, kamu udah lama nggak makan daging. Bener-bener enak?" pertanyaan lain lebih lembut.
Gauri sedikit bingung. Dia tidak tahu jawaban macam apa yang orang-orang ini ingin dengar? Tapi dia masih berhati-hati. "Ya, ini enak. Terima kasih."
"Dia bilang itu enak."
"Hahahaha, dia bener-bener bilang itu enak."
"Bagus, makan lebih banyak. Istri kami terlalu kurus. Kamu harus makan lebih banyak daging."
Firasat Gauri tidak enak. Dia tidak tahu apa yang salah? Tangannya kembali gemetar. Dia tahu hal-hal yang menantikannya di masa depan lebih buruk jika Gauri tidak menghabiskan seluruh supnya.
Gauri selesai makan. Dia meluruskan pandangan dan berbisik, "Habis."
"Bagus." Pria dengan nada serak bertepuk tangan. "Sayang, sekarang tebak. Daging yang kamu makan itu daging apa?"
Daging apa?
Gauri sedikit memiringkan kepala, berpikir, "Anak domba?"
Dagingnya sangat empuk. Ini jelas bukan daging sapi atau domba tua. Ini juga bukan tekstur daging unggas. Jadi Gauri hanya berpikir itu daging anak domba.
Mendengar jawaban Gauri, tiga pria langsung terbahak-bahak. Mereka tertawa keras sampai menggema. Ekspresi Gauri sedikit bingung, jantungnya berdegup kencang. Apa yang salah?
Gauri benar-benar ketakutan. Dia mencengkeram kedua tangannya. Sebenarnya apa yang sudah mereka berikan?
"Sayang ..." seorang pria datang, mengusapi pundak Gauri dan berbisik, "Itu daging anak kamu."
Ekspresi Gauri dalam sekejap rusak.
"Ya, kamu baru aja makan daging bayi kamu sendiri. HAHAHAHAHAHA!"
Gauri berdiri, kursi tempat dia duduk terjungkal. Mulutnya terbuka, dia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa. Gauri menangis histeris, dia menjambak rambutnya sendiri. dia berteriak gila. Dia bahkan tidak bisa mengutuk siapa-siapa. Dia terlalu terstimulasi saat mengetahui kalau daging yang dia makan ... adalah daging putranya sendiri.
Kenapa orang-orang ini sangat kejam?
Melihat kegilaan Gauri, ketiga pria itu bukan hanya tidak merasa bersalah, salah satu justru memeluknya erat. "Oke, oke. Apa yang kamu tangisi? Itu cuma satu anak. Kalo kamu suka anak-anak, kita masih bisa membuat beberapa anak yang lain."
"Bersaing dengan dua bajingan ini bikin aku ngerasa nggak nyaman. Kamu begitu keras kepala melindungi anak sialan itu, jadi lebih baik mati aja."
"Dia kamu lahirkan, dia berakhir di perut kamu lagi sekarang."
Satu demi satu orang mencoba menghiburnya. Seolah perilaku Gauri terlalu histeris dan tidak masuk akal. Tapi mereka tidak mengerti ... mereka tidak bisa memahami rasa sakit Gauri sama sekali.
Gauri tertawa keras.
Tawanya benar-benar pedih dan patah.
Dia bertahan hidup untuk putranya.
---
"Kenapa, ya?" Gauri bergumam pada diri sendiri. Dia berbaring di tempat tidur. Pandangannya gelap, dunianya selalu sekelam ini. "Kenapa?"
Kenapa dia begitu tidak berguna? Jangankan menyelamatkan putranya ... Gauri bahkan tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Gauri menatap kegelapan dengan sorot kosong. Tidak ada benda tajam di kamarnya. Bahkan setiap sudutnya dilapisi oleh busa untuk mencegah Gauri membunuh dirinya sendiri. Orang-orang itu sejak awal tahu ... diperlakukan seperti ini, Gauri akan mati. Tapi mereka tidak peduli, mereka merasa bisa mengendalikan hidup dan matinya, seolah Gauri sudah jatuh ke tangan mereka sepenuhnya.
"Neal ..." Gauri memanggil nama putranya lirih. "Neal ... Mama minta maaf."
Putranya baru berumur 6 bulan. Demi Tuhan Neal baru berumur 6 bulan. Dia dipisahkan dari Gauri sejak 3 bulan lalu. Gauri tidak tahu bagaimana kabarnya? Apakah putranya sudah makan atau belum? Dia hanya bertahan hidup dengan keyakinan cepat atau lambat pria-pria itu akan bosan. Dia dan Neal bisa melarikan diri dari gedung celaka ini dan memulai hidup baru.
Tapi Neal sudah pergi.
Gauri terkekeh.
Neal sudah masuk ke dalam perutnya lagi.
Pupil suram Gauri semakin gelap. Karena tidak ada lagi alasan baginya untuk bertahan, maka dia akan mati.
Orang-orang ini jelas tidak berpikir untuk melepaskannya.
Gauri bangkit dari tempat tidur.
Tidak ada hal yang bisa Gauri gunakan untuk bunuh diri?
Bibir Gauri membentuk lengkungan aneh.
Orang-orang itu jelas terlalu meremehkannya. Tidak ada seorang pun yang bisa mencegah seorang wanita jika mereka sudah bertekad untuk mati.
Tanpa ragu, Gauri melilitkan rantai di lengannya ke lehernya, mencekik dirinya sendiri sekuat tenaga. Mengabaikan setiap rasa sakit, sesak, dan mual. Bukan hanya tidak melonggarkan cekikannya, dia justru menarik rantai itu semakin kasar, seolah ingin memutuskan lehernya sendiri.
Samar-sama, Gauri mendengar suara pintu ditendang keras.
Namun Gauri tahu segalanya sudah berakhir.
Ya ... kali ini ... dia akan mati.
***
Prolog II
Di mana ini? Saat Hydra membuka mata, dia tidak bisa melihat apa-apa. Suasananya salah, ada sesuatu yang digenggam tangan kanannya. Kantung plastik? Belanja?
Kenapa pandangannya sangat gelap? Mati lampu?
Hydra mencoba berpikir cepat. Jantungnya berdegup keras. Ini adalah dunia ke-6, Hydra tidak tahu dia terlempar ke novel mana? Tapi ... firasatnya sangat jelek sekarang. Namun sebelum Hydra sempat mundur, dia mendengar suara pintu dibuka.
Itu adalah pintu di depannya.
Ada bau amis yang sedikit menyengat.
Darah?
Ini ...,
"Sayang?" Hydra memanggil lembut. Suaranya sangat merdu. Kedua manik gelap itu menatap ke depannya dengan sorot hampa. Dia bertaruh kalau novel ini seharusnya menjadi salah satu novel Yara yang paling suram. Ada bagian plot yang sedikit membuat Hydra tidak tahan.
"Sayang? Tolong bawain aku belanjaannya. Ini agak berat." Tangan kanan Hydra memegang tongkat. Ini bukan mati lampu, dia buta. Satu-satunya tokoh Yara yang buta hanya Gauri Himeka.
Novel dengan genre thriller dan suspense pertama Yara.
Peek A Book, Darling~
Pria di depan Hydra masih tertegun beberapa detik, memindai wajah cantik di depannya. Dia mengulurkan tangan dan menerima kantung plastik dari tangan Hydra, dia membimbing salah satu tangan Hydra agar berjalan masuk.
"Neal masih tidur?" Hydra bertanya lagi, sedikit ragu, dia mengulurkan tangan. Pria di depannya menerima uluran tangan itu, Hydra masuk ke dalam pelukannya. Dia tertawa kecil dan menggosok-gosokkan keningnya ke dada pria itu. "Aku capek. Peluk~"
Sangat manja?
Tangan si pria yang memegang kantung plastik sebenarnya juga sedang menggenggam pisau besar. Dia tahu kalau di rumah ini tinggal sebuah keluarga kecil yang bahagia. Sepasang suami istri yang tampan dan cantik, mereka memiliki seorang bayi kecil yang lucu.
Gauri.
Selama ini pria itu hanya bisa menatap dari kejauhan. Gauri sangat cantik dan lembut. Dia tampak rapuh dan mudah dipeluk. Awalnya dia hanya menatap Gauri diam-diam, lalu memiliki hasrat egois ingin memiliki Gauri sepenuhnya.
Sayangnya, Gauri sudah memiliki seorang suami. Jadi pria itu hanya bisa menahan diri. Dia pikir dia bisa bertahan lebih lama. Tapi hari ini dia semakin gila, jadi dia datang ke rumah Gauri dan tanpa ragu membunuh bajingan yang beruntung itu.
Dia baru saja bermaksud untuk membunuh bayinya Gauri juga. Lalu dia akan menangkap Gauri, memerangkap kekasihnya seumur hidup di pelukannya, mereka akan menjalani kehidupan harmonis dan bahagia. Gauri mungkin awalnya akan menolak, tapi lambat laun dia pasti akan setuju. Lagipula, tidak akan ada yang mencintai Gauri melebihi dirinya sendiri.
Pria itu sangat percaya diri.
Saat Gauri mengetuk pintu tadi, dia bermaksud langsung mengungkapkan kejahatannya dan menakuti Gauri agar patuh. Siapa yang menyangka kalau Gauri sama sekali tidak sadar kalau pria yang membuka pintu bukanlah suaminya yang asli?
Suaminya yang asli saat ini masih berbaring di dapur dengan tubuh terpotong-potong.
"Kenapa kamu nggak ngomong apa-apa? Aku bikin kamu marah?" Hydra bertanya ragu. Ekspresinya sedikit cemberut.
Ocean berkedip, dia mengusapi punggung Hydra dan berbisik, "Mana mungkin aku marah sama kamu?" pria ini bisa meniru suara pria lain. Jadi dia menyamar menjadi suami Gauri begitu saja.
Setelah dipikir-pikir, dibanding membuat Gauri ketakutan dan melawan sepanjang waktu, bukankah lebih baik kalau dia langsung berpura-pura menjadi suami Gauri saja? melewati beberapa tahap tidak penting dan langsung jatuh ke proses lovey dovey.
"Cium?" Hydra mengangkat wajahnya sedikit. Ocean yang awalnya masih memiliki keraguan menjadi buta. Kekasih yang dia dambakan jatuh ke pelukannya sukarela. Jadi dia langsung membungkuk dan memberikan Hydra ciuman panas.
Hydra merasa dia akan ditelan hidup-hidup. Pria ini ... berapa lama menahan hasratnya? Dia menggigit bibir dan lidahnya, terus memperdalam ciuman mereka membuat Hydra hampir tidak bisa bernapas.
Hydra mendorong dada Ocean pelan, dia tertawa, "Hubby, aku lapar. Masak. Ayo masak!"
Melihat Hydra yang kemerahan, matanya layu dengan jejak air mata yang jernih, Ocean menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya perlahan. Mengecup bibir Hydra dan menggeseknya sedikit lalu melepaskannya.
"Oke, kamu tunggu di sini. Aku masak dulu."
Ocean harus segera membersihkan dapur, membuang mayat pria sialan yang sempat memonopoli istrinya. Ya, dia memutuskan kalau mulai hari ini Gauri adalah istrinya. Neal juga putranya.
Ocean tertawa bahagia. Dia dalam suasana hati yang baik.
Lagipula, Gauri dan keluarganya baru tinggal di gedung apartemen ini 6 minggu. Belum banyak orang yang mengenalnya saat ini. Jadi mereka tidak akan ragu tentang Ocean yang mengaku sebagai suami Gauri.
Siapa namanya?
Ocean mencoba mengingat.
Vernon.
Ya, mulai hari ini namanya adalah Vernon.
***
"HYDRA!"
"Mm." mendengar suara Yara, Hydra akhirnya lega. Dia mengembuskan napas perlahan, punggungnya berkeringat dingin.
Yara akhirnya sampai di depan Hydra. Dia menjelaskan dengan panik, "Lo buta sekarang! lo buta! Ini ... Peek A Boo, Darling!"
"Gue tau." Hydra bergumam pelan. "di mana Ocean?"
"Dapur."
Yara berjalan ke dapur sebentar, melihat Ocean sedang memasukkan potongan mayat Vernon ke dalam kantung plastik hitam, pria itu dalam suasana hati yang baik. lalu Yara melihat ke arah langit lewat jendela ruang tamu, sudah ada satu retakan.
Hydra masih Hydra.
Dia berhasil membelokkan plot begitu dia sampai.
"Kali ini ... tingkat kesulitannya lebih tinggi." Yara berbisik pelan.
Hydra setuju. Hydra memiliki banyak keahlian. Dia bisa bertarung dan membunuh. Tapi dia tidak memiliki pengalaman buta. Setiap kemampuannya benar-benar tumpul sekarang.
Kehendak Dunia ... sangat-sangat marah sekarang.
Garis besar cerita Peek A Boo, Darling~
Gauri Himeka ... dia mengalami kebutaan karena demam sejak kecil. Namun dia memiliki suami yang mencintainya dan mereka memiliki seorang putra. Mereka tinggal di sebuah rumah susun atau gedung apartemen di pulau terpencil. Satu bulan pertama, segalanya baik-baik saja. Tapi Gauri dan suaminya tidak tahu ... kalau di rumah susun itu ada banyak psikopat keji yang berkeliaran.
Saat Gauri pergi berbelanja ke pasar, dia pulang dan mengetuk pintu. Begitu pintu terbuka, Gauri mencium bau amis darah, dia ketakutan dan mundur. Dia tahu suaminya mengalami kecelakaan dan kemungkinan sudah terbunuh. Pelakunya masih membukakan pintu untuknya, bukan hanya tidak membunuh Gauri, dia menyeret Gauri masuk dan menyiksa Gauri siang-malam.
Untuk menyelamatkan hidup kecil putranya, Gauri bersikap patuh. Cara psikopat itu mencintainya bukan hanya dengan memperkosanya, dia masih senang menyiksa Gauri secara fisik dan mental. Sesekali Gauri akan dipukuli, sesekali tubuhnya akan disayat-sayat. Gauri sering dibuat tidak bisa bangun dari tempat tidur, dia memiliki rantai di leher, tangan, dan kakinya.
Yang menakutkan, psikopat dari kamar lain juga ternyata jatuh cinta padanya. Saat mereka tahu Gauri ditangkap, bukan hanya orang-orang mesum itu bersaing, mereka akhirnya sepakat untuk meniduri Gauri dan menyakitinya bergantian.
Gauri terus mencoba bertahan demi hidup putranya. Dia menerima setiap siksaan neraka itu hanya dengan harapan bisa melindungi bayi kesayangannya. Tapi suatu hari Gauri tahu kalau ternyata putranya sudah dibunuh. Tidak selesai di sana, para bajingan gila itu masih memasak daging putranya untuk dimakan oleh Gauri beberapa hari lalu.
Mengetahui putranya terbunuh bahkan dagingnya dimakan oleh dirinya sendiri, Gauri menjadi gila. Saat para psikopat itu tidak mengawasinya, Gauri mencekik dirinya sendiri dengan rantai sampai mati.
Saat Gauri bunuh diri, pintu kamarnya ditendang kasar. Pintu itu terbang. 3 psikopat mencoba menyelamatkan kekasih mereka, tapi Gauri sudah mati. Mereka mulai saling berselisih dan menyalahkan satu sama lain.
Mereka menyesal.
Mereka menantang garis batas Gauri. Seharusnya mereka membiarkan anak itu tetap hidup.
Jadi ketiganya saling bertarung. Mereka ingin membunuh satu sama lain. Mereka terluka parah. Ocean menjadi pemenang terakhir. Dia masih merupakan orang yang sudah membunuh Neal.
Pada akhirnya, Ocean tidak sanggup menahan rasa sakit lagi, jadi dia membakar dirinya sendiri hidup-hidup.
"Apa keinginan kamu, Gauri?" Hydra merasa tingkat kesulitan kali ini terlalu getir. Dia bahkan tidak terlalu yakin bisa melewatinya selancar yang sudah-sudah. Kebutaannya ini menjadi momok.
Untung saja ...,
Hydra memiliki Yara. Yara bisa menjadi matanya. Setidaknya dengan petunjuk Yara, Hydra tidak akan terlalu hilang arah.
"Bunuh mereka semua."
Hydra tertegun.
Yara juga terpana.
"Aku mau membunuh mereka semua."
Permintaan Gauri bukannya tidak masuk akal. Orang-orang itu sudah membunuh suaminya. Mereka masih menjadi orang yang sudah membunuh putranya. Tidak cukup bagi mereka menyiksa Gauri, mereka masih mendorong Gauri memakan darah dagingnya sendiri.
Bukan sedih.
Bukan marah.
Ini adalah kebencian yang ekstrem.
Jari-jari Hydra melengkung. Dia mendengar suara senandung seseorang dari dapur. Rumah mereka tidak terlalu besar, Hydra bisa mendengar nyanyian riang Ocean.
Membunuh Ocean.
Membunuh 2 psikopat lainnya.
Jika itu sebelumnya ... Hydra tidak akan ragu-ragu.
Tapi masalahnya sekarang adalah ...,
Hydra mengatupkan bibir rapat. Dia menutup matanya perlahan.
Lexa.
Semua ML-nya adalah Lexa.
Sulit bagi Hydra untuk membunuh satu, bagaimana bisa Hydra membunuh 3?
***
Chapter 1
Membunuh mereka semua.
Hydra menekan langit-langit mulut dengan ujung lidahnya, dia tidak bisa berkata-kata. Yara juga cemas, dia memindai wajah pucat Hydra, ingin mengatakan sesuatu pada Gauri untuk meringankan hukuman para pria.
Tapi ... itu tidak adil.
Kesedihan, rasa sakit, kebencian, dan penderitaan Gauri terlalu dalam. Saat Yara ada di tubuh Gauri, dia benar-benar hampir kehilangan akal sehatnya. Dia pasrah dan bahkan enggan menggerakkan kedua kakinya.
Terlalu putus asa.
Dibanding novel-novelnya yang lain, novel ini hampir tidak ada peluang untuk menyelesaikan.
"Mereka harus mati, mereka akan mati." Setelah terdiam cukup lama, Hydra akhirnya membuka mata. Dia melirik ke arah suara Gauri, pandangannya sangat langsung seolah dia tidak buta. "buat mereka menderita dan mati, kan?"
"Ya." Gauri menjawab lembut, "terutama Ocean, aku mau dia yang paling menderita." Suara Gauri gemetar, dia berusaha menahan isak tangisnya, dia tertawa pilu. "anak aku ... berkali-kali, dia bunuh anak aku. Dia paksa aku makan daging Neal. Neal nggak salah, Neal nggak pernah melakukan apa pun yang menyinggung dia, kenapa dia sangat kejam?"
Rasa sakit ini mencekik Gauri sampai ke tulang. Hal yang paling dibenci dan disesali Gauri adalah kelemahan dan ketidakberdayaannya. Tidak peduli berapa kali dia mengulang, kenapa dia tidak pernah bisa menyelamatkan Neal?
Dia adalah seorang ibu.
Saat dia kehilangan suaminya, dia masih mencoba bertahan. Walau bagaimanapun Neal hanya bisa mengandalkan perlindungannya. Tapi dia terlalu tidak berguna. Dia gagal lagi dan lagi, dia memakan daging putranya lagi dan lagi.
Dia terus mengutuk nasibnya yang tidak adil. Dia membenci takdir yang mencekiknya dari awal sampai akhir. Gauri tidak memiliki kehidupan yang baik sejak lahir. Satu-satunya orang yang mencintainya adalah Vernon. Pria itu bersedia menikahinya, meninggalkan keluarga kaya hanya untuk hidup dengan Gauri saja. mereka menikah tanpa restu orangtua Vernon. Menghindari kejaran keluarganya, Vernon mengajak Gauri dan putranya tinggal di sebuah pulau terpencil.
Gauri pikir ... itu akan menjadi awal kebahagiaan keluarga kecilnya. Siapa yang mengira kalau itu adalah awal dari mimpi buruknya? Gauri bertemu dengan orang gila yang terobsesi padanya tanpa alasan yang jelas, pria itu masih membunuh Vernon dan putranya.
Saat Gauri tahu kalau hidupnya hanyalah plot sebuah novel murahan yang diatur oleh seseorang, Gauri menjadi gila. Dari awal sampai akhir, rasa sakitnya begitu nyata ... tapi kepedihannya ... bagi orang lain tidak lebih dari prosa iseng yang dibuat hanya untuk melampiaskan amarah mereka saja.
"Aku kesakitan ..." Gauri menangis sesenggukkan, suaranya begitu pedih dan pilu, "aku sangat kesakitan. Tolong, tolong. Aku nggak bisa nyelamatin Vernon, tapi tolong selamatkan Neal. Aku hanya mau hidup aman dengan Neal. Dia masih kecil, dia dibunuh, tubuhnya dipotong-potong. Ini terlalu nggak adil. Ini terlalu nggak adil."
Yara mengatupkan bibirnya, menangis sedih. Dia merasa bersalah. Setiap kali dia memasuki dunia novel yang diciptakan oleh kedua tangan bajingannya, bertemu dengan satu demi satu protagonis yang hidupnya dirusak dan diinjak-injak oleh Yara, dia menyesalinya sampai hampir tidak bisa bernapas.
Dia berharap bisa menyelamatkan semua orang tapi dia terlalu lemah.
Sebagai penulis, dia sangat dungu sampai tidak bisa mengubah plot yang dibuat olehnya sendiri.
Hydra tersenyum kecil. Bahkan, walau dia tahu ini terlalu kejam untuk Lexa, Hydra hanya bisa melakukannya agar mereka bisa meninggalkan dunia ini segera.
"Oke." Hydra meluruskan pandangan lagi, "mereka semua akan mati, Ocean pasti menjadi orang yang paling kesakitan."
Mendengar janji Hydra, emosi keji dan rapuh di wajah Gauri mereda, lalu sosoknya menghilang di depan mereka sepenuhnya.
"Sekarang bahkan protagonisnya bisa keluar dari tubuh ini." Hydra menyentuh dirinya sendiri, "aneh."
Yara tertegun beberapa detik, lalu berseru, "Ya, gue lihat Gauri barusan. Gauri bener-bener bisa ninggalin tubuhnya sendiri, jiwa sama raganya terpisah. Kenapa?!"
"Kalo lo tanya sama gue, gue harus tanya sama siapa?" Hydra berkata tanpa daya. Lalu dia bertanya, "apa yang lo dapet dari buku ke-5?"
Setiap berhasil menyelesaikan plot sebuah novel, mereka selalu mendapatkan hadiah. Walau sebagian besar hadiah itu hanya bisa digunakan oleh Yara saja. tapi satu demi satu memang membantu.
"Gue ... dapet pisau belati." Yara agak ragu-ragu, dia menyodok saku kemejanya, lalu menunjukkan sebuah pisau belati pada Yara. "ini belati yang dipake Anelise buat bunuh diri."
Mengingat dunia ke-5, Hydra terdiam. Lalu dia mengalihkan pembicaraan, "Bisa kasih pisaunya ke gue sebentar?"
Yara menyerahkannya ragu-ragu, saat dia melihat Hydra bisa menyentuhnya, dia terpesona.
"Bener dugaan gue."
"Bener dugaan apa? Kenapa gue nggak tahu?"
Hydra hanya mencibir, dia menyerahkan kembali belati itu pada Yara.
"Guekutuklo, lo emang ngeduga apa?" Yara sangat kepo. Dia mendesak Hydra untuk menjawabnya. Hydra hanya terkekeh lalu mengalihkan pandangan saat mendengar suara langkah kaki mendekat.
Ocean.
"Sayang, makanannya udah siap. Ayo makan dulu."
"Makasih." Wajah Hydra memasang ekspresi manis dalam sedetik, dia tertawa kecil lalu mengulurkan kedua tangannya, "peluuuuk~"
Ocean tertawa gembira. dia bergegas mendekat dan memeluk Hydra tidak sabar, membaui aroma istrinya yang sangat harum dan menenangkan. Begitu lembut sampai dia tidak tahan untuk melepaskannya.
"Oke, ayo kita makan dulu. Jangan sampai kamu telat makan, nanti perut kamu sakit."
Pria ini benar-benar bertingkah seolah dia adalah suami Gauri yang sebenarnya. Dia memeluk istrinya dan mengajaknya pergi menuju meja makan. Yara mengikuti mereka, masih penasaran dengan dugaan Hydra, tapi dengan Ocean di sekitar mereka, dia tidak berani bicara.
"Hydra, akting lo makin mantep aja. Kalo lo mau main film begitu kita keluar dari dunia novel, gue siap jadi produser!" Yara mengacungkan jempol takjub, tapi Yara menggigil ketakutan saat Ocean melirik ke arahnya dengan sorot acuh tak acuh.
Tubuh Yara kaku. Pupil cokelatnya melebar ngeri.
Menemukannya?
Bisa melihatnya?
Jangan bilang Ocean benar-benar bisa melihat Yara?!
Tidak, jika Ocean benar-benar bisa melihat Yara, bisakah Hydra kali ini menyelesaikan plot novelnya?!
***
Arrow sedang jatuh cinta.
Tetangga sebelah apartemennya, adalah seorang wanita dewasa buta yang bukan hanya terlihat baik, tapi juga cantik luar biasa.
Arrow tergila-gila. Dia memimpikan si cantik siang malam, berharap bisa menggantikan posisi suami dari wanita itu yang bisa memeluk dan menciumnya. Sesekali mereka akan melakukan hubungan ranjang yang panas dan antusias. Arrow merasa sedih dan putus asa, tapi di sisi lain ... dia semakin bernafsu dan berharap bisa mencekik pria bajingan itu untuk menjadikan Gauri sebagai istrinya.
Tapi Arrow masih sedikit ragu. Walau bagaimanapun, dia berharap bisa dicintai Gauri dan tidak membuat kekasihnya ketakutan saat melihatnya. Walaupun Gauri buta, biasanya orang buta sangat peka. Jadi dia masih sedikit ragu sebelum melakukan tindakan apa-apa.
Hari ini, Arrow hampir kehilangan kesabaran. Dia berpikir, hanya bisa pergi untuk membunuh Vernon lalu pergi diam-diam. saat Gauri pulang, Gauri menemukan suaminya meninggal, bukankah dia akan sangat rapuh dan membutuhkan perlindungannya?
Di situlah Arrow dibutuhkan!
Gauri buta dan memiliki seorang anak, dia begitu cantik sampai Arrow ingin menjilatnya dari ujung kaki sampai kepala. Tanpa Arrow di sisinya, bagaimana Gauri bisa bertahan hidup?
Tentu saja, Arrow akan menggantikan Vernon!
Dia akan mencintai Gauri dan menjaganya seumur hidup.
Rencana Arrow begitu rapi dan bersih. Namun sebelum dia mengambil tindakan, tetangga sebelahnya mengalami 'kecelakaan'.
Psikopat lain masuk ke dalam rumahnya, dia bertarung dengan Vernon dan membuat keributan. Tentu saja Vernon akhirnya kalah. Dia ditikam berkali-kali di perut, dada, dan lehernya.
Arrow berpikir inilah kesempatannya!
Dia akan melindungi Gauri, menyelamatkan Gauri dari psikopat itu yang pasti juga mendambakan kecantikannya.
Tapi sebelum Arrow melakukan apa-apa, kedua matanya hampir jatuh!
Gauri bukan hanya mengenali suami yang salah, dia justru menganggap psikopat itu sebagai suaminya, mereka berciuman dan bertingkah seolah mereka adalah pasangan yang sudah menikah.
Arrow tidak terima!
Gauri jelas istrinya, kenapa istrinya itu berselingkuh dengan bajingan yang entah muncul dari mana?!
Arrow sangat marah.
Dia benar-benar marah sekarang.
Itu sebabnya ... dia mulai menyusun rencana, akan menemui Gauri dan menjelaskan kalau pria yang saat ini tinggal bersama Gauri adalah psikopat gila yang sudah membunuh suaminya!
"Sayang, tunggu. Aku pasti segera menyelamatkan kamu. Aku pasti bakalan menjauhkan psikopat gila itu dari sisi kamu!" Arrow yang sedang mengintip di balik dinding menggertakkan giginya, penuh kebencian dan kecemburuan.
***
Chapter 2
Yara sangat ketakutan saat berpikir kalau Ocean bisa melihatnya. Dia membeku dan tidak berani bergerak. Tatapan Ocean masih tertuju lurus, sebelum akhirnya dia mengalihkan pandangan dan fokus kembali menatap Hydra.
Yara bingung.
Bisakah Ocean melihatnya? Atau ini hanya perasaannya saja?
Ocean sangat peka. Dia sebenarnya tidak bisa melihat Yara, hanya saja sejak tadi dia merasa ditatap dari arah di mana Yara berdiri, jadi sepasang pupil gelap itu bergulir seolah bisa melihat 'makhluk astral' yang berkeliaran di sekitarnya.
"Guekutuklo ... orang ini terlalu berbahaya." Yara merinding mengingat saat dia berada di tubuh Gauri. Pria di depannya jauh lebih keji dibanding dua psikopat yang lain. Ocean adalah sosok yang membunuh Vernon dan Neal. Dia juga yang paling menyakiti Gauri tanpa ampun.
Imajinasinya luas dan tidak terbatas. Berkali-kali dia melakukan hal yang tidak manusiawi, tapi tidak peduli bagaimana Yara gila dan ingin bunuh diri, Yara tidak bisa mati.
Pria ini mengerti titik-titik vital di dalam tubuh manusia, mana yang paling sakit tapi tidak akan menghilangkan nyawa.
Di tubuh Gauri, Yara tidak bisa melihat apa-apa. Tapi kehadiran Ocean sangat kuat, bahkan walau pandangan Yara sepenuhnya gelap, setiap kali Ocean datang ... tubuhnya akan gemetar tanpa sadar.
Dia jelas manusia.
Tapi kekejamannya melampaui beberapa psikopat yang pernah Yara baca di buku-buku sebelumnya.
Dia mengaku mencintai Gauri, tapi dia bersedia berbagi wanita yang dia cintai dengan dua pria lainnya.
Walau Yara tahu semuanya digerakan oleh plot 'tangan usil'nya, menulis dan melihatnya sendiri memberikan dua sensasi yang berbeda. Yara terkadang bertanya-tanya, kenapa dia bisa menuliskan karakter yang lebih bajingan di antara bajingan yang lain.
"Neal udah minum susu?" Hydra bertanya dengan suara sedikit ragu, dia mengunyah makanan di mulutnya perlahan.
"Ah?" Ocean seolah baru saja mengingat ada bayi yang tidur di kamar lain. Tadi dia baru sempat menghabisi Vernon, rencananya dia akan membunuh Neal sekaligus tapi 'Gauri' tiba-tiba pulang. Ocean berpikir, untuk menahan Gauri di sisinya, dia masih membutuhkan sandera untuk sementara waktu. Walau merawat bayi merepotkan, dia masih bersedia menjaga Neal hidup untuk beberapa saat.
Sekarang, Ocean adalah Vernon, Neal juga putranya. Jika putra mereka tiba-tiba mati atau hilang, Gauri pasti sangat sedih. Jadi dia akan memperlakukan bayi itu lebih baik.
"Dia masih tidur. Nanti aku kasih dia susu." Ocean menjawab sambil tersenyum, "ayo, Sayang. Kamu habiskan makanannya. Kamu terlalu kurus."
Hydra tersenyum susah payah. Matanya jelas terlihat kusam, tapi dia meluruskan wajah seolah menatap Ocean, dia berkata sedih, "Maaf ... aku nggak berguna. Aku jadi beban buat kamu. Aku bahkan nggak bisa jadi ibu yang baik buat Neal. Aku sakit-sakitan, nggak bisa kasih Neal asi. Padahal hidup kita lagi sulit, tapi kamu masih harus ngabisin uang buat beli susu."
Ekspresinya begitu sedih dan tidak berdaya. Dia menyalahkan diri dan terlihat rapuh. Air menggunung di pelupuk mata. Dia sedikit menggigit bibir bawahnya. Dia jelas kesakitan, tapi dia tidak ingin membuat suaminya khawatir.
Hanya satu ekspresi wajah, tapi Ocean seolah bisa mendengar semua yang 'istrinya' keluhkan. Jantungnya berdegup kencang, dia menekan ujung lidah di langit-langit mulut, sepasang pupil hitam itu terlihat beriak -gembira.
Ini adalah istrinya.
Miliknya.
Sosok lemah yang tidak berdaya.
Dia rapuh dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Hanya bisa menggantungkan hidup pada Ocean selamanya.
Ocean berdiri, dia menghampiri Hydra dan berlutut di sisinya, mengambil tangan kurus Hydra, meletakkan ujung telunjuk itu di bibirnya sambil berbisik, "Sayang, aku ngerasa beruntung memiliki kamu. Kamu adalah hadiah yang Tuhan kirimkan. Kamu sosok terbaik yang pernah aku temui dalam hidup ini."
Ocean memiliki latar belakang keluarga yang luar biasa. Dia tidak kekurangan uang atau kasih sayang orangtuanya. Dia dibesarkan dicintai dan dipuja oleh orang-orang di sekitarnya.
Dia memiliki kualifikasi kelas atas, wajah tampan dan kecerdasan. Semua hal yang diinginkannya pasti akan menjadi miliknya. Dunia ini terlalu monoton dan sama sekali tidak bisa menggerakkan emosinya.
Satu kali, dia tanpa sengaja membunuh orang. itu adalah salah satu pekerja di rumahnya. Pengasuh Ocean. Usia Ocean saat itu baru 6 tahun. Dia merasa bosan dengan segalanya. Dia mendengar pengasuhnya tidak bisa berenang, jadi tanpa ragu saat mereka berduaan, Ocean mendorongnya jatuh ke dalam kolam.
Ocean melihat bagaimana wanita itu panik berusaha meraih apa pun di sekitarnya. Timbul dan tenggelam tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata. Riak air semakin keras dan terciprat ke mana-mana. Lambat laun rontaan pengasuhnya melemah, lalu sosok itu menghilang di dalam air di depan mata.
Ocean sangat bahagia. Dia pikir, dibanding semua mainan yang diberikan orangtuanya, dia lebih suka melihat pengasuhnya yang mati perlahan di depan mata.
Satu jam kemudian mayat mengambang di permukaan kolam. Orang-orang yang melihatnya panik. Orangtua Ocean melihat apa yang terjadi di kamera CCTV, mereka terkejut. Tapi berpikir kalau putranya sama sekali tidak mengerti apa-apa, jadi kasusnya diselesaikan secara tertutup. Rekaman CCTV dihapus dan kematian sang pengasuh disebutkan sebagai kecelakaan.
Tapi ... orangtuanya tidak tahu kalau dosa pertama Ocean itu membuat putra mereka kecanduan.
Semakin tumbuh besar, Ocean semakin merasa kalau dia berbeda dengan orang lainnya. Manusia di sekitarnya tidak lebih dari NPC yang bahkan tidak bisa dia ingat namanya.
Satu demi satu korban bermunculan. Cara mereka mati juga beraneka ragam. Dia semakin pintar menyembunyikan bukti kejahatannya, beberapa mayat dibiarkan Ocean ditemukan orang-orang, beberapa bahkan menghilang tanpa jejak seolah tidak pernah dilahirkan.
Ocean tidak pernah bahagia. satu-satunya kesenangan yang bisa dicapainya adalah saat dia melihat orang lain sekarat dalam perjuangan hidupnya.
Dia suka membunuh orang. Dia suka melihat darah mengalir dari organ tubuh manusia yang berkedut.
Ocean baru datang ke apartemen ini dua bulan lalu. Itu karena dia membunuh wanita yang ditunangkan dengannya dan kebetulan diketahui oleh ayahnya. Wanita itu memiliki latar belakang keluarga yang cukup kuat. Bahkan keluarga mereka belum tentu bisa membantu Ocean lolos dari jeratan hukum. Ayahnya merasa putranya pasti tidak bersalah. Pasti ada hal yang dilakukan wanita itu yang membuat Ocean tidak puas. Jadi sampai suasananya tenang, Ocean dikirim ke pulau ini. Biarkan dia tinggal dan merenungkan diri.
Ocean menahan diri dalam beberapa minggu pertama, tapi tidak lama kemudian dia melihat sosok yang membuat tubuhnya gemetar dipenuhi ekstasi dan histeria. Dia jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Ini pasti adalah takdir.
Gauri adalah miliknya. Gauri diciptakan untuknya.
Sayang sekali Ocean mengenalnya terlambat. Kekasihnya bukan hanya sudah menikah, dia hidup bersama suami dan putranya.
Ocean menunggu kesempatan. Sejak dia tahu Gauri memiliki suami, dia sudah yakin untuk membunuh Vernon dan menjadikan Gauri sebagai miliknya sendiri. Hanya saja Gauri dan Vernon hampir tidak pernah terpisah. Sampai akhirnya hari ini Gauri pamit pada Vernon untuk pergi ke pasar sendiri. Lagipula dia sudah mengingat jalannya.
Jadi saat Gauri pergi, Ocean bertamu ke apartemen mereka. Dia langsung menikam Vernon dengan pisau di tangannya begitu pintu terbuka.
Rupanya Vernon juga cukup waspada. Dia berhasil mengelak tepat waktu dengan goresan panjang pisau di lengannya. Mereka bertarung sengit. Tapi Vernon jelas bukan lawannya.
Sudah berapa banyak orang yang dibunuh Ocean? Dia tidak ingat. Tapi Vernon bukan yang terkuat. Hanya saja Vernon memiliki sosok yang paling disukai Ocean.
Rencana awal Ocean saat ini adalah menyekap Gauri dan menjadikan putranya sebagai sandera. Dia akan membuat Gauri takut, terus menangis dan memohon ampunannya. Menyerah tidak peduli apa pun yang Ocean lakukan padanya.
Dia ingin melihat wajah cantik yang menjadi abu-abu karena rasa sakit dan putus asa. Kehilangan cahaya dan satu-satunya harapan hidup. Berpegang teguh pada Ocean, karena hidup dan matinya tergantung suasana hatinya.
Ocean memiliki banyak cara untuk membuat Gauri patuh. Dia bahkan sudah menyiapkan hal-hal yang harus Gauri gunakan di masa depan. 'Mainan-mainan' yang akan membuat Gauri terlihat lebih cantik dan meriah.
Tapi Ocean tidak menyangka kalau dia melebih-lebihkan dirinya sendiri.
Saat dia membuka pintu dan Gauri tersenyum begitu cerah padanya, bersikap manja dan memanggilnya 'Sayang', tubuh Ocean menggigil ditenggelamkan euforia.
Untuk pertama kalinya ... Ocean tahu senyuman seseorang bisa begitu cantik dan memabukkan.
Untuk pertama kalinya ... Ocean merasa ingin melihat lebih banyak senyuman seseorang dibanding tangisannya.
Dibanding membuat Gauri gemetar dan panik saat mengetahui keberadaannya, disalahpahami sebagai Vernon dan diandalkan oleh Gauri lebih membuat Ocean terpuaskan.
Ini adalah istrinya.
Ocean mengecupi ujung jari Hydra satu per satu.
Wanita ini adalah miliknya.
"Sayang, aku bahagia setiap kamu ngandelin aku. Jadi jangan terlalu banyak berpikir. Selama kita bersama, itu udah cukup." Suara Ocean sangat lembut dan hampir tidak ada bedanya dengan suara Vernon. Bahkan dialek dan kalimatnya pas.
Hydra tersenyum malu-malu lalu membungkuk dan memeluknya.
"Aku bahagia." Hydra tertawa kecil. "Vernon ... aku bahagia karena kamu pilih aku. Karena dicintai oleh laki-laki sebaik kamu."
Ocean sama sekali tidak tersinggung karena Hydra memanggil nama yang salah. Lagipula sejak dia memutuskan untuk menggantikan suami Gauri, dia sudah menganggap dirinya sendiri sebagai Vernon. Jadi dia balas memeluknya.
Ocean terkekeh, dia mengecup pelipis Hydra dan berbisik, "Aku yang beruntung karena kamu bersedia menerima aku."
Yara yang melihat interaksi keduanya menggigil.
Ocean jelas seorang psikopat.
Tapi Hydra yang bisa bergaul bebas dengan Ocean juga tidak kalah menakutkannya.
***
Chapter 3
Ocean mencari tutorial membuat susu untuk si kecil. Sesekali dia akan menoleh ke arah Hydra yang sedang memeluk Neal sambil menonton tv. Disebut menonton tv, istrinya sama sekali tidak bisa melihat, dia hanya mendengar percakapan di layar kaca, sesekali bibirnya akan membentuk lengkungan atau terkekeh pelan.
Suasananya sangat hangat dan harmonis. Ocean mendekati Hydra, mengambil alih Neal ke pelukannya dan kemudian meletakkan dot di bibir bayi 'mereka'. Neal menyesap susunya bersemangat. Dia sama sekali tidak menyadari kalau sosok yang sedang memeluknya saat ini adalah sosok yang sudah membunuh ayah kandungnya.
Hydra bergeser ke pelukan Ocean, bersandar di dadanya sambil berbisik, "Aku berharap ... suatu hari nanti aku bisa melihat."
Gauri tidak buta sejak lahir. Dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan sejak kecil. Dia adalah seorang yatim piatu. Pihak panti tidak mampu mengoperasi kedua matanya, jadi dia tumbuh dewasa dalam kegelapan tanpa ujung.
Pertemuannya dengan Vernon tidak lebih dari kebetulan yang klise. Gauri tidak pernah menyerah karena kekurangannya. Dia mungkin tidak bisa melihat, tapi tangannya sangat pandai merangkai bunga dan membuat kerajinan.
Seperti kebanyakan protagonis utama, tidak peduli sesulit apa pun hidupnya, dia masih memiliki kecantikan nomor satu. Kulitnya tetap halus dan putih, matahari tidak bisa memberikan jejak pada wajahnya, rambut panjangnya hanya menggunakan sampo murahan, tapi sehalus dan secantik rambut-rambut yang menghabiskan perawatan belasan juta setiap bulan.
Gauri adalah tipikal lebih terang dibanding bulan walau hanya mencuci wajah dengan sabun mandi batangan.
Singkatnya, dia adalah wanita yang bisa membuat semua wanita iri dan gila. Tidak masuk akal, tapi mengingat dia adalah tokoh yang dibuat oleh kedua tangan jahat Yara, dia masih didorong ke garis terdepan dan harus menghadapi berbagai rasa sakit dan penderitaan.
Gambaran kisah masa lalu Gauri pilu. Dia berkali-kali hampir mengalami pelecehan tapi selalu terselamatkan. Entah karena ditolong orang lewat atau berlari tanpa arah dan tersandung masuk ke dalam bak sampah sehingga para penjahatnya kehilangan jejak. Singkatnya, keberuntungan dan kesialan dalam hidup Gauri hampir searah.
Dia menjadi gadis penjual bunga ditemani beberapa anak panti. Vernon yang sedang dalam perjalanan ke perusahaan melihat gadis buta super cantik yang sedang menjual bunga di lampu merah. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu terjadilah hubungan 'aku mencintaimu tapi aku terlalu tidak pantas untukmu' dan 'aku mungkin kehilangan dunia tapi aku tidak bisa kehilanganmu'.
Plotnya sangat klise dan membuat mual. Tapi semua pembaca Yara menyukainya. Hydra berkomentar kalau novel ini menjijikkan tapi dia masih mengirimkan rangkaian bunga 'selamat untuk novel barunya' ke penerbit yang menerbitkan novel Peek A Boo, Darling~.
Hanya saja, kisah cinta Vernon dan Gauri diceritakan sekilas karena walau bagaimanapun, Yara bukanlah tipikal penulis yang senang membuat tokoh-tokohnya bahagia, apalagi para pembacanya.
Singkatnya, seperti kebanyakan pembaca yang menjalin hubungan cinta dan benci dengan Yara, di mata mereka Yara adalah 'penulis anjeeeng', tapi mereka masih akan bertanya kapan rilis novel terbarunya?
Sayangnya, Yara adalah bajingan sejati. Dia sering berganti nama pena dan membuat ranjau yang baru lagi.
Ocean mendengarnyaa. Dia menoleh dan mengusapi bawah kelopak mata Hydra hati-hati. Dia tersenyum, "Oke ... nanti kamu bisa dioperasi. Aku bakalan coba cari donor mata yang cocok untuk kamu. Jangan takut."
"Mm," Hydra menggeleng pelan. "nggak usah. Biaya transplantasi mata sangat mahal. Aku nggak mau serakah, bisa hidup sama kamu dan Neal udah cukup."
Hydra menggigit bibir bawahnya lambat, suaranya hampir tidak terdengar saat berbisik, "Mereka yang serakah sering kehilangan segalanya."
Hydra menarik napas dalam-dalam, dia mengembuskan perlahan, meraih tangan Ocean dan menggenggamnya erat. Dia berkata lembut, "Vernon ... bertemu kamu adalah hal terbaik yang aku alami dalam hidup ini. Selama aku hidup di panti, bukannya aku diperlakukan dengan buruk, tapi ... karena aku buta ... sesekali aku ditipu. Aku juga beberapa kali hampir dilecehkan orang lain."
Hydra menggenggam tangan Ocean lebih erat. Matanya memerah, air menumpuk di pelupuk, seolah satu kedipan sudah cukup untuk membuat kedua pipinya yang lembut basah.
"Aku ... aku nggak inget gimana caranya? Aku nggak berani pergi-pergi sendirian lagi. Kami tinggal di panti yang sederhana, sesekali makanan aku ditukar. Beberapa orang benci sama aku tanpa alasan, terutama para perempuan. Mereka sering jahil dan jahat sama aku. Anak laki-laki, mereka memperlakukan aku lebih baik. Tapi ... ada juga yang ... kalau saat sepi dan aku sendiri, mereka berani pegang-pegang. Bikin aku ketakutan."
Tubuh istrinya gemetar. Ocean tertegun, urat-urat di pelipisnya menegang. Ekspresi wajahnya sangat jelek dan muram. Untungnya, Gauri buta, jika dia bisa melihat sekarang, dia mungkin akan histeris ketakutan.
"Aku berusaha cari uang sendiri, buat bantu-bantu kebutuhan di panti. Tapi uang aku masih sering dicuri." Hydra tercekat, dia menggeleng pelan. "aku selalu berhati-hati, tapi sesekali saat di luar, aku masih dilecehkan orang lain. Untungnya ... aku selalu berhasil lari."
Tangan yang memegangi Ocean gemetar. Kulit putihnya semakin pucat, bibirnya sedikit gemetar saat berbisik, "Untungnya ... aku ketemu kamu. Sejak kamu datang, hidup aku lebih baik. Kamu sering nyumbang ke panti dan perhatian sama aku, jadi ... pengelola panti memperlakukan aku lebih perhatian. Anak-anak dan remaja di sana juga segan. Aku jelas yang paling tua, tapi karena aku buta ... aku dianggap sebagai beban."
Dia sudah melewati usia 18 tahun, tapi dekan masih mengizinkan Gauri tinggal di sana karena kebutaannya. Membantu berbagai pekerjaan kasar sebagai tenaga gratisan. Gauri masih akan keluar sesekali mencari uang, itu benar-benar membantu keuangan panti yang selalu pas-pasan.
"Vernon ... bagi aku, kamu bukan cuma suami. Kamu penyelamat hidup aku. Kamu segalanya." Hydra meletakkan tangan Vernon di dahinya, menangis terisak, "kamu malaikat yang Tuhan kirim untuk mencintai aku, hadiah terindah untuk setiap rasa sakit, kesedihan, dan penderitaan yang aku tanggung bertahun-tahun."
"Aku selalu tinggal di kegelapan, tapi kamu jadi cahaya penopang. Kamu ... kamu ... aku nggak bisa tanpa kamu." Hydra terisak-isak, "Vernon, aku lebih baik mati daripada kehilangan kamu."
"Vernon, aku nggak tahu harus bilang apa? Semua penderitaan di masa lalu nggak sakit lagi setelah aku dicintai sama kamu."
Ini adalah rasa sakit Gauri. Kesedihan dan kepedihannya. Berkali-kali mengulang waktu, Gauri selalu kembali ke titik di mana dia tidak bisa menyelamatkan suaminya. Kematian Vernon adalah garis plot utama yang tidak bisa diganggu gugat. Satu-satunya yang bisa diselamatkan ... harapan Gauri hanya buah hatinya dengan Vernon saja.
Pria itu adalah sosok terbaik yang Gauri temui seumur hidup. Dia mencintai dan memanjakan Gauri tanpa syarat. Dia meninggalkan segala kemewahan dan kekayaannya hanya agar bisa hidup bersama Gauri saja.
Pria sebaik itu ... di mana Gauri akan menemukannya lagi?
Hydra menangis histeris. Rasa sakit Gauri terlalu dalam dan pedih. Dia bahkan tidak bisa mengontrol emosinya sama sekali. Dia menangis meraung, frustrasi dan gila.
Kalau saja ... Vernon tidak jatuh cinta padanya, dia tidak akan ditargetkan psikopat dan dibunuh dengan cara yang begitu keji.
Kalau saja ... Vernon tidak bertemu dengannya, dia saat ini akan hidup nyaman dan aman di tengah keluarga kandungnya.
Kalau saja ... kalau saja hidup mereka bukanlah plot novel sialan yang ditentukan seseorang.
Tangisan Hydra semakin keras. Dia gemetar dan Ocean buru-buru memeluknya. Ocean merasa ada sesuatu yang tersangkut di kerongkongan. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi segalanya menjadi gelap hampir di luar kendalinya.
Ocean ... sudah membunuh Vernon.
Ocean tidak menyesalinya. Itu sudah menjadi keputusannya. Dalam setiap pembunuhan yang Ocean lakukan, dia tidak pernah berpikir apa yang dilakukannya salah.
"Aku di sini ..." tapi baru saat ini Ocean merasa tidak enak. Mulutnya pahit dan tenggorokannya sakit. Melihat tangisan 'Gauri' yang begitu patah, dia hampir tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. "Sayang, aku di sini."
Tidak.
Seharusnya tidak seperti ini.
Ocean adalah orang yang menikmati rasa sakit dan kesedihan orang lain. Melihat istrinya begitu hancur, bukankah dia harusnya bersenang-senang? Bahkan awalnya dia bermaksud memanfaatkan kematian Vernon untuk mengancam Gauri.
Jadi ... kenapa?
Ocean tidak mengerti.
Seumur hidupnya, dia tidak pernah takut pada apa pun. Pada siapa pun.
Jari-jari Ocean melengkung.
Jantungnya berdegup keras seperti drum.
Kenapa ... saat ini Ocean sangat takut kalau Gauri mengetahui kalau dia bukanlah Vernon?
Jika Gauri tahu Vernon terbunuh di tangan Ocean, bukankah dia akan membenci Ocean sampai mati?
***
Ini adalah teaser atau bab gratisnya. Versi lengkap bisa kalian baca di KaryaKarsa Queen Nakey ya.
Sekali lagi. Jika ada pertanyaan ARC 5. Inside Your Heart apa bakalan tetap lanjut di wattpad? jawabannya IYA! So so so don't worry, Darling~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top