6. Her Name is Greisy [6]

Vote dulu.

Komen dulu. XD

***

"Lo udah denger, Alva sama Noah kena hajar?"

"Siapa?"

"Greisy."

Jimmy hampir melemparkan bolanya ke ring basket, dia tertegun. Sebelum akhirnya menoleh, menatap cowok jangkung di sisinya dengan sorot kaget. 

Temannya tampak puas. Saat pertama kali mendengar kabar ini, dia juga tidak kalah kagetnya.

"Greisy?"

"Yo." cowok itu mengangguk, "Alva yang paling parah, Noah hidungnya patah. Pas mereka mau bales, siapa yang tahu? Reanders ujug-ujug dateng dan belain Greisy." 

Harald terkekeh, "Mungkin, dia udah nggak tahan lagi. Tapi gue nggak nyangka ayam sayur semacam Greisy berani ngelawan. Dia bener-bener cari mati karena mukulin Noah dan Alfa."

Jimmy terdiam. Pupil matanya menyusut, dia melemparkan bolanya ke sisi lain, namun cowok yang sedang berdiri di kejauhan menangkap bola yang memantul keras itu dengan ekspresi heran.

Dia mendekat dan bertanya, "Kenapa? Siapa yang bikin Jimmy kesel? Cari mati?" Rais tampak bingung.

"Jimmy kaget." 

Mereka sedang ada di lapangan basket indoor sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi para remaja seusia mereka masih memiliki banyak energi. Sekumpulan anak remaja itu sudah berkeringat dan basah. Jimmy menyeka wajahnya yang berkeringat dengan lengan.

Bertanya memastikan, "Seriusan Greisy?"

"Dua ratus rius." Harald mengacungkan kedua jarinya, bersumpah. "Noah masih di rumah sakit, orang tuanya marah. Mereka sekarang nuntut pihak sekolah."

"What, bahas apaan sih? Kenapa Noah bisa masuk rumah sakit?" Rais jelas bingung.

"Greisy kesurupan. Dia mukulin Noah dan Alva." Harald menjelaskan. "Hidung Noah sampe patah, sekarang dia masih di RS."

"Greisy? Seriusan Greisy?"

Harald bahagia melihat wajah tidak percaya teman-temannya.

Walau bagaimanapun, kesan Greisy di mata mereka bukan seseorang yang bisa melawan bahkan walau dipukuli sampai setengah mati.

"Tapi kepala sekolah sekarang bingung. Mereka mau DO Greisy, tapi Rean katanya ngirim peringatan ke kepsek, disebutnya ... Greisy cuma membela diri. Tapi di sisi lain, orang tua Alva sama Noah juga nggak mau tinggal diem." Harald mengusap dagunya, "Bagus kalo Greisy sampe nggak ngalamin kecelakaan."

Mereka adalah orang-orang yang kejam dan pendendam. 

Tapi juga sekelompok pecundang menjijikkan tidak masuk akal.

Tidak apa-apa bagi mereka untuk menyakiti orang lain, tapi jika orang-orang yang mereka sakiti membalas, mereka akan bertingkah seolah diperlakukan tidak adil dan menuntut balas.

Jimmy mengerutkan kening. "Sejak kapan Greisy dan Rean sedeket itu? Bukannya Rean nggak suka sama dia?"

Ini menjadi noda hitam dalam reputasi Jimmy. Tahun awal sekolah, dia sangat percaya diri. Dia memiliki segalanya, jadi 100% yakin kalau tidak akan ada cewek yang berani menolak menjadi pacarnya.

Siapa yang menyangka kalau Greisy akan begitu berani untuk menolaknya? Membuat Jimmy ditertawakan teman-temannya.

"Ini juga agak aneh." Harald tidak menyangkal, "Greisy disebut katanya berubah sejak kejadian di kantin, dia udah mukulin Mario."

Pupil Jimmy menyusut. Dia bergumam pelan, "Oh, gue harus ngeliat cewek sialan ini sendiri."

Sebelum membuat Greisy sepenuhnya mati bunuh diri, Jimmy tidak akan melepaskan cewek yang sudah merusak reputasinya selama ini.

***

Hydra memutuskan tidak pergi ke sekolah sebelum kondisinya membaik. 3 hari ini, dia hanya di rumah untuk menyembuhkan diri. 

Orang tua angkatnya memarahinya karena dia menjadi malas dan tidak mau bekerja, tapi setelah Hydra melempar piring ke jendela sampai pecah, memelototi mereka, sepasang suami-istri tua ini lebih berhati-hati dan tidak berani merangsangnya.

Bagaimana kalau dia mendadak hilang kendali dan membunuh mereka semua?

"Ini ... ini agak aneh." Yara berkomentar ragu. Dia melihat Hydra yang sedang mengerjakan pr di atas kasurnya. "Dari karakter mereka, bukannya lo harusnya udah di panggil kepsek karena nyakitin 3 siswa?"

Hydra menghentikan goresan penanya, dia justru tersenyum, "Mungkin, karena kepsek nggak berani."

"Kenapa?"

Hydra tidak menjawab. Membuat Yara lebih gelisah. "Guekutuklo, gue kepo."

Walau Yara sudah tahu nama aslinya, dia masih senang memanggil Hydra dengan username-nya di internet.

Hydra mengerjap, dia terkekeh lalu berkata, "Kepo aja lo sampe mati."

"Tapi gue udah mati."

"Hm, lo bisa mati 2 kali."

"Tapi gue udah mati berkali-kali."

"Congrats."

"Itu bukan hal yang bisa dibanggain!"

Hydra hanya tersenyum. Dia menebak dengan benar. Sepertinya ... dia bisa memetik Reanders lebih cepat.

***

Setelah memukul adiknya sampai menangis saat sarapan, Hydra meninggalkan rumah keesokan harinya.

Orang tua angkatnya sangat marah. Putra kandung mereka selalu dimanjakan, dia memang sering berbicara kasar pada Greisy, biasanya tidak ada perlawanan. Siapa yang tahu hari ini Greisy begitu berani? Bukan hanya membalas, dia juga memukul.

Saat orang tuanya marah. Greisy hanya tersenyum aneh dan menjawab, "Mau dipukulin juga?"

Dua orang itu langsung ketakutan. Tidak berani melawan. Merasa kalau mereka menunjukkan sisi keras kepala, Greisy akan menghajar mereka dengan sungguh-sungguh.

Hydra naik bus. Harus berjalan kaki 100 meter menuju gerbang sekolah. 

Di dekat gerbang, dia bertemu dengan Rean yang sedang duduk di motornya, diperiksa kelengkapan seragamnya oleh pengawas sekolah.

Rean menoleh pada Hydra yang juga sedang diperiksa. Hydra hanya meliriknya sekilas, mengangguk sopan, lalu meluruskan wajahnya. Bersikap asing.

Rean mengeluh, "Kenapa lo bersikap seolah kita nggak kenal sama sekali?"

Cowok ini agak aneh. Hydra menoleh padanya, "Bukannya itu mau lo selama ini?"

Rean hampir tersedak air ludahnya sendiri. Tidak bisa membantah.

Hydra selesai diperiksa, dia melangkah dan motor Rean mengikutinya. "Kenapa lo tiba-tiba nyerah?"

Motor itu melaju perlahan, menyejajarkan langkahnya dengan Hydra. "Setelah gue pikir semaleman, gue kira ... wajar lo jatuh cinta sama gue."

Hydra meliriknya.

"Maksud gue, gue emang perfecto, artinya lo punya mata yang bagus."

Hydra tidak pernah tahu kalau cowok ini ternyata seorang narsistik kronis. Dia tidak mengatakan apa-apa, ini membuat Rean lebih tidak senang.

"Lo nggak setuju?"

"Enggak, gue kira itu masuk akal." Hydra terkekeh. "Di dunia ini, nggak ada cowok yang lebih baik daripada lo. Seenggaknya ... nggak peduli seterganggu apa pun seorang Rean di masa lalu, dia nggak pernah termasuk jadi salah satu orang yang nyakitin gue."

Rean tidak bisa menjawab. Dia agak salah tingkah, "Perundungan itu nggak baik."

"Ya, tapi cuma lo satu-satunya orang di sekitar gue yang mikir gitu." Hydra berhenti melangkah, Rean mengerem motornya. Dia menatap wajah cantik yang menyedihkan di sisinya. Walau ada lebam samar yang disamarkan oleh foundation dan bedak, tapi fitur wajah Greisy memang sangat menonjol. Hidungnya mancung dan mungil, dia memiliki mata layu dengan iris kuning terang. Bibirnya merah dengan kulit putih pucat. 

Greisy hanya 162 cm. Rambutnya bergelombang hitam gelap. Kali ini dia menguncir rambutnya, membuat penampilannya lebih menonjol dan percaya diri.

Jika bukan karena ultimatum berlebihan Jimmy, sosok semacam Greisy seharusnya disukai dan dikelilingi. Sayangnya, terlalu sial. Dia justru menolak seseorang yang tidak boleh dia tolak. Mengundang gelombang kebencian dari orang-orang di sekitarnya.

Gue pikir ... gue ngerti alesan Jimmy karena naksir cewek ini. Rean bergumam dalam hati. Bahkan setelah babak belur, dia punya lebam tapi nggak bengkak. Dia justru kelihatan cantik dan lemah.

"Sebaiknya lo nggak deket-deket gue." Hydra mundur selangkah. "Kalo orang lain salah paham, lo bisa dapet lebih banyak masalah, kan?"

Tidak apa-apa jika Hydra tidak mengatakannya. Tapi saat Rean mendengarnya, dia mengerutkan keningnya, "Gue nggak pernah takut sama siapa pun."

Hydra menggeleng, "Gue takut banyak orang yang salah paham, mikirnya lo terlibat sama gue." Hydra adalah orang yang tahu bagaimana cara mengumpulkan niat baik orang lain. Selama dia ingin melakukannya, dia pasti bisa melakukannya. "Gue ... nggak mau lebih ngerusak reputasi lo."

Hydra tersenyum menyedihkan, "Lo satu-satunya orang yang baik sama gue, kalo gara-gara jarak kita terlalu deket bikin orang lain juga benci sama lo, gue nggak akan tahan."

"Gue baik-baik aja dibenci semua orang, tapi gue ... gue bener-bener nggak sanggup kalo orang yang gue suka juga jadi bahan cemoohan banyak orang."

Rean tercengang. Untuk sesaat dia tidak bisa mengatakan apa pun.

Jantungnya berdegup kencang, seperti suara genderang perang yang ditabuh keras. Menggema di telinganya, darahnya berdesir dan sekujur tubuhnya panas.

Di kejauhan, ada beberapa orang yang berdiri mengamati, Jimmy meremas ponselnya keras. Ekspresinya begitu dingin dan kejam. Bibirnya merapat, giginya menggelatuk saat dia berbisik, "Greisy ini ... dia bener-bener cari mati."

***

Hydra adalah seorang suhu!

Sungkem dulu.

Sungkem juga sama QueenNakey yang abis sahur bukannya bobo malah update.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top