[5] Inside Your Heart [Prolog 2]
Prolog 2
"Kamu bisa mengomelinya nanti, saat ini sebaiknya dia dibawa ke rumah sakit." Carlo mengingatkan. Melihat yang terluka bukan hanya wajah, tapi juga tangan Anelise. Darah tidak berhenti mengucur.
Mami sangat marah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Mami masih tidak jelas dengan maksud 'orang' yang sudah mengirim Anelise ke tempatnya. Orang itu hanya mengatakan buat hidup Anelise lebih buruk dari kematian, tapi jangan biarkan dia mati dengan mudah.
Entah dendam macam apa yang sudah Anelise timbulkan? Pada akhirnya Mami masih memerintahkan orang-orangnya untuk menyeret Anelise dengan paksa, mereka memasukkan Anelise ke dalam mobil dengan kasar, lalu membawanya pergi ke rumah sakit.
Selama di perjalanan, Mami mengomel, "Untuk apa kamu menyakiti dirimu sendiri? Orang itu sama sekali nggak mengizinkan kamu mati. Anelise, kalau kamu berpikir dengan rusaknya wajah kamu sekarang bisa menghindarkan kamu dari profesi pelacur, kamu terlalu banyak bermimpi. Ada banyak pelanggan yang memiliki selera dan hobi aneh. Kamu sangat bodoh, dengan mengandalkan wajah itu, selama kamu patuh kamu bisa hidup dengan kekayaan dan kebaikan. Tapi wajah jelek ... mereka sering dipukuli dan ditampari."
Hydra hanya diam, membiarkan Mami mengikat pergelangan tangannya yang terluka untuk menghentikan pendarahan.
"Selama kamu diam, orang itu mungkin akan bosan dan melupakan kamu di masa depan. Setelahnya kamu bisa bebas, kenapa repot-repot?"
Hydra tetap bungkam.
Mami melihat wajah cantiknya yang tampak seperti hantu sekarang, pada akhirnya dia hanya mendengkus dan memalingkan wajah.
Sesampainya di rumah sakit, Hydra langsung dilarikan ke IGD. Beberapa perawat yang melihatnya menyayangkan, namun situasinya segera ditangani. Wajahnya mendapat lebih dari 20 jahitan. Selama prosesnya, Hydra hanya menatap kosong seolah tidak merasakan apa-apa, sikap diamnya yang terlalu acuh tak acuh membuat orang-orang yang menanganinya merasa kurang nyaman.
Pada akhirnya, dia masih harus dirawat di rumah sakit dalam beberapa hari ke depan.
Mami merasa dirugikan. Anelise jelas sudah menghabiskan banyak uang, tapi belum memberi kepentingan apa pun. Namun khawatir dengan kecelakaan, Mami masih menugaskan dua orang untuk menjaga Anelise selama di rumah sakit.
"Hydra ...," Yara memanggil pelan. Hydra dirawat di kamar VIP. Menjadi satu-satunya pasien di bangsal itu. Mami khawatir dia akan meminta bantuan pada orang lain, jadi dia tidak mengizinkan dia di satu bangsalkan dengan pasien lain. Bahkan setiap dokter dan perawat datang, orang yang menjaga Hydra akan masuk, memastikan Hydra tidak berani mengucapkan omong kosong.
Di luar dugaan, Hydra sebenarnya cukup patuh. Dia beristirahat dengan baik, makan dengan lahap, menonton tv seolah orang yang mengalami hal-hal buruk bukanlah dirinya sendiri.
"Apa yang bakalan lo lakuin buat lari?"
Ini pertama kalinya Yara melihat Hydra begitu santai. Jelas dia sedang ada dalam situasi yang sulit, tapi bukan hanya tidak melarikan diri, Hydra terkesan cukup menikmati.
"Tunggu nanti malem." Hydra berkata sambil memakan buah. "di dua dunia terakhir, gue terlalu menderita."
"Hah?"
"Bener-bener susah buat makan enak." Hydra tertawa kecil. "gue lupa kalo rasa beras, buah pir, pisang, dan lain-lain rasanya seenak ini."
Dua dunia yang dilalui Hydra adalah dunia dengan tema apokaliptik, di mana dia harus bertahan melawan zombie untuk bertahan hidup, setelahnya ... dia juga memasuki dunia zaman purba. Walau buah-buahan tidak terlalu langka, variasinya juga sedikit dan tidak ada beras yang bisa dimakan.
"Kalo kita bisa balik ke rumah Anelise, lo bisa makan lebih enak."
Hydra setuju, "Lo bener. Itu sebabnya gue bilang malam ini kita bisa pulang."
"Kali ini ... Anelise mau mati?"
"Ya, dia mau mati."
Yara menggigit bibir bawahnya. Dia merasa benar-benar trauma melihat Hydra bunuh diri di dunia pertama, mengabulkan keinginan Greisy yang tidak ingin hidup lagi. Di beberapa dunia lainnya, para protagonis memiliki orang-orang yang ingin mereka lindungi. Mereka bukannya tidak lelah, mereka hanya merasa hidup keluarga mereka lebih penting dibanding rasa sakit dan trauma masa lalu mereka.
Tapi Anelise ... dia benar-benar menyedihkan.
Yara menghirup napas dalam-dalam, mengembuskannya perlahan.
Anelise sebenarnya berasal dari keluarga kaya. Saat orangtuanya melahirkan Anelise, ada pasangan suami istri lain yang melahirkan bersamaan dengannya. Sayangnya, putri mereka tidak dalam kondisi baik dan sakit-sakitan. Dengan niat jahat dan berharap putri mereka bisa tumbuh selamat, pasangan itu diam-diam menukar bayi mereka dengan Anelise. Anelise yang seharusnya hidup dalam cinta dan kekayaan justru tumbuh di keluarga miskin tanpa mengetahui apa-apa.
Tidak masalah jika diperlakukan dengan baik, tapi Anelise benar-benar diperlakukan dengan buruk. Dia bukan hanya sering dimarahi dan dipukuli, dia juga dipaksa bekerja di usia yang masih kecil untuk membantu perekonimian keluarga.
Di sisi lain, Gizele, anak miskin yang ditukar dengan Anelise bukan hanya dicintai keluarga barunya. Dia sakit-sakitan dan dimanjakan, dia tidak pernah kekurangan makanan atau pakaian. Hal-hal yang seharusnya menjadi milik Anelise justru dinikmati dengan murah oleh Gizele.
Suatu hari, orangtua kandung Anelise akhirnya mengetahui kalau Gizele bukan putri kandung mereka. Mereka mencari keberadaan Anelise namun enggan melepaskan Gizele begitu saja. Gizele sakit-sakitan, dia bersama mereka lebih dari 17 tahun. Lagipula itu adalah kesalahan orangtua Gizele, Gizele jelas tidak bersalah. Juga, mereka sangat kaya, tidak sulit membesarkan anak yang lain.
Jadi mereka merawat Anelise dan Gizele bersamaan. Mereka juga memiliki seorang putra, putranya sangat mencintai dan menyayangi Gizele, sebaliknya ... dia merasa asing pada adik kandungnya yang terpisah lebih dari 17 tahun.
Anelise mengira ini akan menjadi hidup baru yang lebih baik, tapi dia benar-benar ditampar kenyataan. Orangtuanya masih lebih mencintai Gizele, kakak kandungnya selalu memandang Anelise dingin seolah Anelise bukan adik kandungnya. Gizele juga hanya bersikap baik di permukaan, tapi diam-diam mengejek dan merusak reputasinya. Membuat Anelise menjadi korban bullying di sekolah barunya.
Gizele merasa tidak aman, dia takut posisinya akan direbut oleh Anelise. Gizele memiliki pacar yang sangat mencintainya, kesedihan Gizele membuat pemuda itu membenci Anelise dan terus mengirim orang untuk menyakitinya.
Pada akhirnya, Gizele ketahuan mengalami gagal ginjal. Kabar buruknya, ginjal Anelise ternyata cocok. Jadi keluarganya meminta Anelise untuk mendonorkan ginjal untuk Gizele.
Kalau perlu, dua-duanya.
Namun pacarnya Gizele masih kesal, jadi dua minggu pasca operasi, Anelise yang masih dalam perawatan di rumah sakit diculik, dikirim pemuda itu ke rumah bordil.
Anelise jelas tidak mau. Tapi dia disiksa berulang, pada akhirnya dia hanya bisa patuh menjual tubuhnya pada satu demi satu pria hidung belang.
Suatu hari, Anelise mencoba melarikan diri, dia dipukuli salah satu pelanggannya sampai mati. Di sisi lain, Gizele tiba-tiba mengalami kecelakaan, dalam kecelakaan itu, matanya mengalami kebutaan.
Akhirnya, keluarganya yang menemukan jenazah Anelise menyumbangkan kedua mata Anelise untuk Gizele lagi.
Saat Hydra mengingat plot novelnya, dia tidak bisa berhenti tertawa.
"Gue berharap gue jadi Gizele aja." Hydra penuh keluhan.
Yara berbisik, "Gue juga sama."
Lebih dari 7 kali Yara mengulangi novel ini, benar-benar mimpi buruk. Walau pada akhirnya keluarga Anelise seolah dihantui mimpi buruk setiap malam, merasa bersalah dan satu demi satu ... mulai mengakhiri hidupnya sendiri.
"Tapi gue udah jadi Anelise sekarang." Hydra berkata dengan nada gembira. "jadi ... ayo kita jadi mimpi buruk lebih awal buat semua orang."
***
Akhirnya ARC 5 prolog 2 keluar. Keknya ... ARC ini lebih tragis dari ARC-nya Greisy nasib Anelise. XD
Jangan lupa vote, komen, dan share.
Sampai jumpa next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top