25. Her Name is Greisy [25]

Akhirnya nyampe ending ARC Her Name is Greisy. #srooot

Vote dulu.

Absen dulu.

Happy reading~

***

Mendengar kata-kata Jimmy, Hydra hanya mengukir senyuman kecil. Manik emasnya tampak redup, dia memegangi pakaiannya yang robek. Bibirnya yang gemetar bergumam lirih, "Gue udah rusak."

Air matanya mengalir berjatuhan semakin banyak, "Jimmy ... gue udah rusak. Gue nggak punya lagi alesan buat bertahan hidup."

Setelah Hydra mengatakannya, baru fokus tiga pemuda itu pada pakaian Greisy yang berantakan. Pipinya biru dan bengkak, semua kancing pakaiannya terlepas. Ada noda darah di mana-mana. Jelas ... dia baru saja mengalami pengalaman yang menakutkan.

Tangisan Hydra semakin histeris, dia tertawa gila. "Ya, tapi ini yang kalian mau. Kalian mau ngeliat gue hancur. Sekarang gue sepenuhnya hancur, gue ... gue bener-bener hancur."

Sakit.

Sedih. 

Perih.

"Salah gue apa?" Hydra bertanya dengan nada tidak berdaya. "Salah gue apa? SALAH GUE KE KALIAN ITU APA? KENAPA HARUS GUE?!"

Jimmy mengepalkan tangannya. Bahkan Alva dan Noah juga memasang ekspresi jelek. Alva mencoba maju tapi melihat Hydra yang sengaja akan melepaskan pegangannya dan jatuh, dia buru-buru mundur.

"Greisy, tenang dulu. Tolong jangan impulsif. Ini salah kami, ini salah gue. Gue bakalan tanggung jawab." Alva benar-benar panik sekarang. Bahkan tanpa Hydra harus menjelaskan apa-apa, dia menebak apa yang dialaminya selama satu jam sebelum mereka datang.

Greisy diperkosa.

Siapa?

Alva tidak akan melepaskan satu pun pelakunya. Dia akan membunuh bajingan itu.

"Gue bakalan tanggung jawab." 

"Ya, lo nggak ngelakuin kesalahan apa pun." Noah mengangguk setuju. "Lo kalo mau ngehukum kami nggak pa pa. Lo bisa mukulin gue sampe puas, tapi jangan nyakitin diri lo sendiri."

Seperti terpelintir. Noah juga tidak bisa menahan matanya yang mendadak panas. Dia salah. Dia seharusnya tidak setuju dengan ide konyol seperti ini. Dia sendiri tahu Greisy tidak akan bisa menerimanya, tapi dia masih dengan bodohnya melakukan hal-hal yang tercela.

Suaranya serak, dia tidak pernah mengalami ketakutan yang begitu besar dalam hidupnya. "Greisy ... tolong. Gue nggak bakalan minta lo maafin gue, gue emang nggak pantes dimaafin." dia berlutut, menatap Hydra memohon. "Tapi jangan nyakitin diri lo sendiri. Lo ... sama sekali nggak pantes untuk mati."

"Greisy, lihat? Kami salah. Kami nggak bakalan maksa lo ngelakuin apa-apa yang nggak lo mau lagi." Jimmy tidak tahu cara membujuk orang. Melihat teman-temannya yang tampak sekarat, dia sendiri bingung. "Kalo ada orang yang harus mati, itu gue ... itu pasti gue. Gue orang yang paling nyakitin lo, kan? Ayo, bales sama gue aja. Tapi jangan lompat, oke? Lo harus hidup."

Dalam hidupnya, Jimmy tidak pernah berpikir benar-benar akan rela mati untuk seseorang. Dia dibesarkan terbiasa dihormati dan dimanjakan. Bahkan walau dia melakukan hal yang buruk, dia tidak pernah menjadi pihak yang bersalah. Bagi Jimmy, siapa pun bisa mati selain dirinya sendiri.

Jika orang-orang itu mati karena ulahnya, Jimmy hanya akan menganggap sekelompok pecundang itu tidak beruntung.

Tapi baru kali ini Jimmy melihatnya ... hidupnya sebenarnya tidak sepenting itu. Selama bisa ditukar dengan kehidupan wanita yang dia cintai, Jimmy benar-benar rela mati.

Seolah melihat jejak kesalahan satu per satu. Setiap dosa-dosa yang Jimmy lakukan dan memaksa Greisy ke titik ini, Jimmy mengerti kalau dia pantas mati. 

Greisy hidup dengan baik. Awalnya, dia bahkan tidak mengusik siapa-siapa. Sisi baiknya, cantiknya, kecerdasannya, itu sudah cukup menjadi bekal agar Greisy menjadi sosok yang dikagumi semua orang. Dia harus menjadi bintang yang paling bersinar.

Tapi ... Jimmy menarik bintang itu ke dalam lumpur. Dia menjadikan Greisy objek yang hina, dibenci oleh semua orang. 

"Greisy, tolong?" Jimmy akan maju, tapi Hydra melepaskan satu tangannya, dia buru-buru mundur dengan enggan. Bingung, apa yang harus dia lakukan?

"Gue ... bener-bener nggak mau hidup lagi." Hydra berbisik lemah. Suaranya tampak teredam angin, rambut panjangnya yang berantakan menutupi setengah wajah. "Gue terlalu capek. Rasanya ... dunia ini terlalu jahat sama gue."

"Bukan dunia yang jahat." Alva menggeleng. "Itu gue, itu kami. Greisy ... selama lo hidup, apa pun yang mau lo lakuin buat balas dendam, kita bakalan terima. Kami nggak akan pernah maksa lo lagi."

"Gue kotor."

"Lo sama sekali nggak kotor. Lo nggak kotor. Yang kotor itu kami dengan sifat-sifat jelek kami." Noah juga menyangkalnya, dia bahkan tidak lelah berlutut. Matanya menerawang kosong. "Kami sangat jelek, lebih jelek dari iblis."

Satu per satu, orang-orang itu mencela diri mereka sendiri. Hanya untuk menunjukkan seberapa jelek dan hinanya mereka dibanding Greisy. Tidak, mereka bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Greisy sama sekali.

Janji demi janji diucapkan, tapi Greisy masih bergeming. Manik emasnya menatap kosong, dia ... jelas tidak memiliki harapan lagi.

Bagi Greisy, kematian adalah kelegaan. Lagipula, dia tahu dunia ini hanya dunia novel. Tidak ada surga dan neraka, selama dia mati ... segalanya menghilang.

Segalanya selesai.

Siklus hidup dan mati yang paling menyakitkan ini ... tidak akan terulang lagi.

Dia sudah sangat lelah. Hari demi hari, jiwanya dirusak parah. Dia memohon untuk berhenti, memohon agar tidak mengulang siklus neraka ini lagi dan lagi. Dari harapan kecil sampai tidak memiliki sama sekali.

Greisy ... dia hanya ingin mati.

"Jimmy ... lo yang paling nyakitin gue." tangisannya reda. Hydra memiringkan kepalanya, menatap Jimmy. Jimmy yang tertegun buru-buru mengangguk.

"Ya, itu gue."

"Ayo kita mati, oke?" bibir Hydra mengukir senyuman kecil. "Gue nggak mau hidup lagi, jadi ayo kita mati sama-sama."

Jimmy terpana. Hanya beberapa detik, sebelum akhirnya dia setuju, "Oke."

Noah dan Alva melirik Jimmy, Jimmy mengangguk kecil. Mereka berdua akhirnya lega. Selama Jimmy bisa mendekat, Jimmy bisa menarik Greisy agar tidak melompat. Mereka juga tahu kalau Jimmy tidak akan membiarkan Greisy mati.

Ketiganya sangat gugup. Setelah ini, mereka akan lebih berhati-hati. Mencoba yang terbaik untuk tidak menyakiti Greisy lagi, tidak memberikan kesempatan pada Greisy untuk menyakiti diri sendiri. 

Jimmy maju, selangkah demi selangkah. 

Jarak mereka semakin dekat.

"Jimmy ... gue kesakitan."

"Semuanya berakhir. Gue nggak akan biarin lo sakit lagi."

"Dunia ini jahat, gue mau mati."

"Ya, ayo kita mati sama-sama."

"Gue sebenernya takut sendirian."

"Nggak apa-apa. Gue bakalan selalu ada buat lo, gue bakalan selalu jagain lo. Nggak ada yang bisa nyakitin lo lagi."

"Ya ..." Hydra berkata dengan nada hampa. "Walau bagaimanapun, lo itu selalu jadi momok utamanya."

"Gue ... emang penjahatnya." mereka akhirnya dekat, Jimmy hanya tinggal selangkah di depan Hydra, namun saat tangannya terulur untuk menarik lengannya, Hydra bergerak lebih cepat, dia menikam dada kiri Jimmy dengan pisau di tangannya. 

Kening Jimmy mengerut.

Dia menatap Hydra tanpa daya. 

Hydra menyeringai, "Gue bilang ... gue mau mati."

Lalu dia melemaskan tubuhnya, Jimmy tidak ragu untuk melompat bersamanya.

"GREISY!"

Hydra mendengar suara panik mereka. Lalu melihat Jimmy yang ikut terjun bersamanya.

Tubuh mereka melayang. Ini hanya beberapa detik yang singkat. Hydra menatap wajah pucat Jimmy dengan puas. Namun pemuda itu sama sekali tidak menyalahkannya. Dia justru mengukir senyuman lemah yang memanjakan.

"Hy-dra ...."

Pupil Hydra menyusut. Sebelum dia bertanya, Jimmy menariknya, memutar tubuh mereka di udara, memeluk Hydra erat. Bahkan walau Jimmy tahu mereka tidak akan selamat, dia masih mencoba meminimalisir rasa sakit yang akan dialami Hydra.

Siapa?

Kenapa orang ini mengetahui namanya?

Namun sebelum Hydra sempat bertanya, rasa sakit karena jatuh dari ketinggian menghancurkan tubuhnya. Tubuh Hydra kejang beberapa detik, matanya yang buram melihat sosok yang menjadi alasnya saat ini. Tubuh Jimmy hancur lebih parah.

Tangan yang memeluk pinggangnya perlahan terkulai.

Suara teriakan ketakutan beberapa orang membuat telinganya pengang. Lambat laun, Hydra juga kehilangan kesadarannya.

Dia terus bertanya-tanya. Siapa? Kenapa Jimmy bisa mengetahui nama aslinya?

Kelopak matanya mulai tertutup, darah merembes memasuki matanya, napas Hydra semakin sulit. Lalu ... tubuhnya berhenti bergerak.

Yara di sisi lain bertindak sebagai penonton sampai akhir. Air matanya mengalir bercucuran, bibirnya terkatup rapat. Dia membungkuk dalam-dalam.

Tubuhnya semakin transparan, sebelum dia sepenuhnya menghilang.

ARC 1. HER NAME IS GREISY -FINISH- 

EXTRA CHAPTER HER NAME IS GREISY -ON KARYA KARSA. 1-7 EXTRA CHAPTER (FINISH) 

ARC 2. EVERYBODY LOVES ME -ON KARYA KARSA- FINISH-

ARC 3. LITTLE HAPPINESS - ON KARYA KARSA- ON GOING-

ARC 4. FOREVER LOVING YOU - COMING SOON ON KARYA KARSA

ARC 5. INSIDE YOUR HEART - COMING SOON ON WATTPAD- 

SINOPSIS INSIDE YOUR HEART

Ditukar. 

Anelise hidup dalam kesedihan dan penderitaan. Orang tuanya tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Dia dimarahi dan dipukuli setiap hari. Anelise mengira itu adalah takdirnya, tapi dia tidak pernah menyangka kalau dia diperlakukan dengan buruk karena Anelise sebenarnya bukanlah putri kandung mereka.

Saat baru dilahirkan, pasangan itu menukar putri mereka yang sakit-sakitan dengan Anelise yang dilahirkan oleh pasangan kaya. Mereka berharap putri mereka bisa hidup dengan baik, bergelimang harta dan penyakit leukimianya disembuhkan.

Tapi suatu hari, pasangan kaya itu menemukan kalau Gizele bukanlah putri mereka. Mereka mencari keberadaan Anelise, dia dijemput untuk hidup bersama keluarga kandungnya.

Anelise mengira itu adalah akhir penderitaan. Namun dia tidak menyangka itu menjadi babak baru rasa sakit dalam hidupnya.

Orang tua kandungnya lebih mencintai Gizele, kakak kandungnya juga menatap Anelise tidak ramah, seolah Anelise bukanlah bagian dari keluarga mereka.

Di sekolah barunya, Anelise selalu difitnah dan ditindas. Dia dikucilkan, bahkan para pengagum Gizele tidak berhenti menyakitinya.

Suatu hari Gizele jatuh pingsan, Anelise akhirnya mengetahui Gizele mengalami gagal ginjal. Kebetulan, ginjal Anelise cocok untuknya, jadi orang tua kandungnya meminta Anelise memberikan ginjalnya untuk putri angkat mereka.

Gizele selalu merasa keberadaan Anelise mengancamnya, jadi dia membujuk pacarnya untuk menculik Anelise dan membuangnya. Pacar Gizele bertindak lebih kejam, bukan hanya diculik, Anelise juga dijual ke rumah bordil untuk melayani napsu para pria hidung belang.

Suatu hari, Anelise dibunuh pelanggannya karena masih bersikeras menolak tamu. Tubuhnya bahkan tidak ditemukan utuh.

Saat Hydra memasuki tubuh Anelise, situasinya cukup buruk. Anelise sudah dijual dan tamu pertamanya hampir menidurinya. Bisakah Hydra membantu Anelise lolos dan membalaskan dendamnya?

Yooo, hahaha. jangan lupa mampir ke KK untuk baca extra chapter Her Name is Greisy, kalo bisa sih mampir baca 2 ARC lain yang juga masih on going. Uhuk.

Besok saya bakalan publish prolog ARC 2, ARC, dan ARC 4. Btw, ARC 5 plot novel Yara masih sialan. Ini bahkan lebih klise dibanding plot sinetron2 'berdarah' dengan ribuan episode khas negara kita. HAHAHAHAHAHA

Untuk ARC 5 Akan diposting mulai bulan depan (september). 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top