19. Her Name is Greisy [19]

HAHAHAHAHA. BALIK SETELAH SETENGAH TAHUN LEBIH HIATUS DI WATTPAD. #pukpuk sabar ya.

Ini balik juga karena ARC 2-nya (Everybody Loves Me) udah mulai up di KaryaKarsa. Gih mampir, baca. Mulai chapter 6 berbayar soalnya. 

ARC 1. Her Name is Greisy masih akan ditamatkan di wattpad ya. Paling versi lain endingnya yang dimasukin ke KK. #TetepmataduitanQn

Kalo kalian bilang udah lupa chapter sebelumnya, sama. Saya juga. Baca ulang aja.

Absen vote dan komen dulu. Muah

Happy reading~

***

Beberapa hari berlalu dengan damai.

Rean tidak berani lagi mendekatinya, dia hanya akan menatap Hydra di kejauhan.

Hydra masih menjadi murid yang baik di sekolah. Hanya saja kepribadian alami Greisy di masa lalu adalah pengecut dan pemalu. Dia selalu menundukkan kepala dengan rendah diri. Dia khawatir dicemooh dan disakiti setiap hari, membuat beberapa orang justru menumbuhkan rasa superior ingin membully.

Beberapa siswi di sekolah itu berpendapat, apa gunanya memiliki wajah cantik?

Lihat? Greisy menjadi objek yang tidak dihargai di sekolah mereka sama sekali.

Dia dibenci, dimusuhi, bahkan kerap mendapatkan pelecehan yang tidak manusiawi.

Namun, sejak Hydra menggantikannya, orang-orang justru tidak berani terlalu banyak menatapnya. Mereka masih tidak melupakan beberapa insiden kekerasan yang Hydra lakukan di sekolah.

Hydra selalu menguncir tinggi rambutnya, dia melangkah tenang dengan dagu sedikit terangkat. Jelas sangat percaya diri.

Dia bahkan berani melawan Jimmy dan teman-temannya. Dia mencapai titik putus asa yang tidak takut pada apa pun sama sekali.

"Orang-orang takut sama lo." Yara berjalan di sisi Hydra, dia tampak gembira. "Beberapa hari ini, nggak ada yang berani nyari perkara terang-terangan lagi. Greisy pasti bahagia."

Bahkan walau ada yang bergosip tentangnya, mereka hanya berani berbisik di balik punggungnya. Tidak mau merangsang 'anjing gila' yang bisa menggigit siapa saja.

"Bagus kalo mereka takut." Hydra bergumam pelan. Seseorang berjalan melewatinya saat Hydra mengimbuhkan, "atau jangan salahin gue karena kelepasan nyongkel mata beberapa orang."

Orang yang mendengar gumaman itu terpana. Dia menoleh, bertemu dengan mata Hydra yang juga sedang menatapnya.

Hydra mengukir senyuman lembut.

Orang itu merasa dingin di sekujur tubuhnya, lalu buru-buru melarikan diri.

Hydra menggeleng prihatin, "Apa yang ditakutin dari wajah cantik ini?"

Yara menyenggol lengannya, menatap kosong, "Wajah cantik lo nggak nakutin, tapi omongan lo barusan yang bikin orang-orang kabur."

Karena tidak ada yang bisa menebak Hydra serius dengan ucapannya atau tidak.

Sejujurnya, Hydra benar-benar serius. Sebelumnya, dia benar-benar pernah mencongkel mata seseorang dengan tangannya sendiri.

Besar di tempat pelacuran, dia dianggap murahan. Jadi ada beberapa tangan binatang sialan yang mencoba melecehkannya. Tubuh Hydra kecil dan kurang gizi, dia hampir tidak bisa memukul dan meronta, jadi ... yang dia lakukan hanya mencolok mata pria gemuk di atas tubuhnya dengan tangan kosong.

Sampai hari ini, Hydra masih bisa membayangkan sensasi memecahkan bola mata orang lain dengan tangannya yang dihiasi kuku hitam kotor.

"Lo ... bener-bener berani nyongkel mata orang?" tanya Yara hati-hati.

Hydra tersenyum, dia terkekeh misterius dan menjawab, "Menurut lo?"

***

"Hei, Greisy, kerjain PR gue." Jimmy yang duduk di bangku sisi Hydra melemparkan buku catatannya yang kosong ke meja cewek itu. Dia tersenyum mengejek, kedua kakinya diletakkan di meja. "Kalo lo bisa beresin sebelum jam kelas masuk, gue kasih lo duit sejuta."

Awalnya, Hydra akan mengambil buku catatan itu lalu menyodokkannya ke mulut Jimmy, tapi mendengar Jimmy akan membayarnya, Hydra mengurungkan niat.

Dia membuka buku catatan itu, lalu mulai menyalin soal dan jawaban dari buku catatannya sendiri.

"Tumben lo nurut." Jimmy terkekeh. "Miskin lo?"

Hydra tidak menjawab, meliriknya saja sudah mubadzir. Dia hanya fokus menulis, Jimmy membuka permen lolipop yang dia ambil dari sakunya, lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Dia memindai wajah cewek yang duduk di sisinya, lalu menghela napas.

Greisy ini benar-benar cantik. Dalam hidupnya, Jimmy merasa tidak pernah melihat cewek yang lebih cantik dari Greisy.

"Mata lo butuh dicolok?" sindiran Hydra membuat Jimmy yang sejak tadi memperhatikan kali ini berkedip. Dia melotot marah.

"Mata lo yang gue colok."

Hydra hanya tersenyum samar, tidak ada unsur ejekan atau hinaan. Ini benar-benar senyumnya yang paling tulus yang pernah dilihat Jimmy dalam hidupnya.

Jantung Jimmy berdesir.

Sejujurnya ... Jimmy berpikir, selama Greisy memohon ampunan darinya, berjanji untuk patuh dan tidak lagi membantah, Jimmy bersedia memberinya kesempatan untuk menjadi miliknya. 

Yara yang duduk di meja berpendapat, "Reaksi Jimmy ini agak beda."

Hydra meliriknya sekilas.

"Pas gue ngisi tubuh Greisy, dia nggak pernah setenang ini. Dia selalu ngebully gue, bikin gue takut dan nangis, bully lagi bully lagi."

Hydra merasa konyol. Tentu saja, Jimmy adalah pembully sejati. Melihat cewek yang dia taksir terus menangis karenanya, bukan hanya membuatnya merasa kasihan, tapi memiliki hasrat untuk memaksanya lebih banyak menangis.

Konyol.

Hydra menghela napas. Tapi melihat kepribadian Yara yang begitu lembut, satu-satunya keahlian yang dia miliki hanya air matanya saja. Dia dibesarkan di rumah kaca, hampir tidak pernah mendapat hantaman badai emosi masyarakat. Terlebih ...,

Hydra menatap Yara simpati. Yara merasa tersinggung, entah kenapa dia merasa dihina?

Jadi dia marah, "Apa maksud dari tatapan lo seolah gue ngalamin keterbelakangan mental?"

Hydra tersenyum sedikit.

Yara lebih marah, "Lo yang ngalamin keterbelakangan mental, seluruh keluarga lo ngalamin keterbelakangan mental."

Hydra menjawab samar, "Mm, tapi gue yatim piatu."

Yara tercekat. Dia tidak bisa menjawab. Baru sekarang dia ingat kalau Hydra entah di dunia sebelumnya atau sekarang, dia hidup sebatang kara.

Dia tidak seperti Yara, yang memiliki banyak orang menunggunya pulang.

"Ayo kita pulang sama-sama." Yara berkata dengan nada sungguh-sungguh. Dia sudah akan menangis lagi. "Kalo kita bisa pulang, lo nggak bakalan sendirian lagi. Gue ... gue bakalan angkat lo."

Yara berkata penuh tekad, "Gue bakalan angkat lo jadi anak gue. Lo bisa manggil gue 'Mama'!"

HAHAHAHAHA!

Kali ini Hydra bahkan tidak bisa menahan tawa. Gelak tawanya mengejutkan banyak orang. Bahkan Jimmy di sisinya juga mengira Hydra kesurupan. Tapi Yara ini benar-benar tidak terduga.

Hydra kira, Yara akan mengangkat Hydra sebagai saudaranya. Siapa yang tahu kalau string di kepala Yara tidak baik-baik saja? Cewek ini benar-benar bertekad menjadi ibunya.

Yara sangat tersinggung, tapi sebagai 'Mama', dia harus lebih toleran. Jadi dia hanya bisa cemberut dan mengoceh, "Durhaka lo sama orang tua."

Tawa Hydra lebih keras. Bahkan ada air yang mengalir melalui sudut matanya. Dia terpingkal-pingkal sampai perutnya sakit.

"Lo kenapa sih?" tanya Jimmy aneh, tidak bisa dipungkiri, kalau dia merasa sedikit khawatir.

Hydra menoleh padanya, matanya berembun, wajahnya yang pucat sedikit kemerahan. Pupil kuningnya berkaca-kaca, Jimmy merasa hatinya sakit.

Entah kenapa ... tawa merdu ini justru terdengar menyedihkan?

"Bukan apa-apa." dalam sekejap, senyum di bibir Hydra menghilang. Matanya menyipit, dia memberi tatapan menggoda, "khawatir?"

"Siapa juga yang khawatir sama lo." Jimmy menyanggah tegas. Dia berpangku tangan sambil mengejek, "Dalam mimpi lo."

***

Sinopsis ARC 2- Everybody Loves Me (Update seminggu 3x) Hanya di KaryaKarsa

Tidak seperti judulnya yang manis seolah protagonisnya dicintai oleh banyak orang, faktanya plot novel ini justru kontras jauh. Menceritakan tentang Aileen Odell, gadis yatim piatu, cantik, kaya, dan baik hati.

Aileen menikah dengan suaminya Reiji Latesh, pria tampan, perhatian, lembut, pekerja keras dan penyayang. Di permukaan kehidupan mereka harmonis. Aileen membiarkan Reiji mengelola perusahaan yang ditinggalkan oleh ayahnya, dia bahkan mengizinkan ibunya Reiji, dua adik perempuannya, dan sepupunya untuk tinggal di rumahnya.

Rumah yang ditinggalkan orang tua Aileen sangat besar dan mewah, bagi Aileen, rumah yang selalu sepi itu kini menjadi ramai berkat kehadiran keluarga suaminya. Terlebih, hubungan Aileen dengan semua orang juga sangat harmonis.

5 tahun pernikahan mereka, kehadiran seorang putra melengkapi kebahagiaan mereka. Usia putranya saat ini baru 3 tahun.

Namun, kebahagiaannya hanya sebatas itu.

Aileen tidak pernah meragukan kesetiaan suaminya, sebelum akhirnya dia melihat Reiji berciuman dengan sepupunya saat Aileen pulang dari membawa putranya belanja. Di hadapkan dengan fakta perselingkuhan suaminya, Aileen syok. Dia dan Reiji bertengkar hebat. Yang lebih buruk adalah ... Olla, wanita yang mengaku sebagai sepupu suaminya justru menantangnya, menjelaskan kalau sebenarnya hubungan Olla dan Reiji adalah sepasang kekasih sejak awal, dan Reiji menikahi Aileen bukan karena cinta, melainkan terpaksa untuk membalas dendam.

Selain itu, ternyata putra yang paling dicintai Aileen selama ini juga bukan putranya. Melainkan anaknya Olla dan Reiji. Sementara darah dagingnya sendiri, sebenarnya seorang anak perempuan. Kebetulan Aileen dan Olla melahirkan di waktu yang bersamaan, anak mereka ditukar, Aileen merawat anak suaminya dari wanita lain, sementara putrinya sendiri dilemparkan ke panti asuhan.

Aileen histeris. Dia menggila. Olla memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorongnya sekuat tenaga, Aileen jatuh bergulingan di tangga. Olla berharap Aileen mati, tapi nasib berkata lain, Aileen masih berhasil selamat setelah koma 3 hari.

Begitu sadar, Aileen mengajukan cerai, suaminya langsung setuju. Namun nasib buruk tidak pernah datang sendiri, Aileen akhirnya tahu kalau setiap properti yang diwariskan orang tuanya sudah di balik nama menjadi atas nama Reiji. Dia tidak punya uang sepeser pun saat ini.

Tapi balas dendam Reiji belum selesai. Dia merasa penderitaannya saat ini tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami keluarga Reiji bertahun-tahun. Jadi dengan kejam, Reiji masih mengirim Aileen ke rumah sakit jiwa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top