15. Her Name is Greisy [15]
Rean menunggu Hydra yang ada di toilet. Ekspresinya sangat gugup dan cemas. Sesekali dia akan menoleh ke pintu toilet yang tertutup, seolah khawatir kalau Hydra akan melakukan sesuatu yang bodoh.
Jimmy ini anak setan emang. Bisa-bisanya dia terus bikin cewek nangis. Rean mengutuk marah.
Di masa lalu, apa pun yang terjadi pada Greisy sama sekali bukan urusannya. Dia benar-benar tidak peduli. Dia tidak mau berurusan dengan seseorang yang tidak ada hubungannya dengan kepentingannya sendiri.
Tapi ... kali ini jelas berbeda. Greisy saat ini sudah dimasukkan Rean ke dalam wilayah perlindungannya sendiri. Walaupun saat akar masalah yang terjadi beberapa hari lalu membuat ibunya tampak tidak puas dengan perilakunya yang mendadak tidak terkontrol, ibunya hanya ingin Rean menjaga diri. Tapi tidak melakukan apa-apa pada akhirnya.
Pintu toilet dibuka. Seseorang melangkah keluar. Hydra menoleh pada seseorang yang berdiri di samping pintu. Begitu melihat Rean, bibirnya mengukir lengkungan hangat, "Lo di sini?"
Rean melihat mata Hydra sedikit bengkak. Pupilnya yang kuning terang kemerahan, begitu juga dengan hidungnya. Wajah Hydra masih sedikit basah, ada tetes demi tetes air yang mengalir dari dagunya.
Hydra baru saja mencuci wajah.
"Lo ... lo nggak pa pa?" Rean tidak pernah menjadi orang yang perhatian. Dia gugup dan kikuk. Tapi masih mengulurkan tangan setelah merogoh sapu tangan dari saku celananya, membantu Hydra mengeringkan wajahnya.
Gerakan Rean sangat hati-hati. Dia memperlakukan Hydra seperti porselen rapuh yang mudah pecah.
"Gue baik-baik aja." Hydra terkekeh. "Makasih udah peduli."
Biasanya ... Rean akan menyangkal kalau dia peduli pada cewek di depannya. Tapi kali ini dia hanya diam, keningnya berkerut dalam. Dia berkata parau, "Soal Jimmy ... lo nggak usah banyak mikir. Gue bakalan cari cara biar dia nggak bisa gangguin lo lagi selamanya. Oke?"
Hydra tertegun beberapa detik. Lalu menggeleng, "Jangan bikin lo lebih repot dari ini. Jimmy bukan orang yang mudah di hadapi. Gue sendirian, nggak peduli apa pun yang terjadi sama gue, itu nggak bakalan ngelibatin orang lain. Beda sama lo-"
"Lo nggak sendirian!" potong Rean tegas. Dia menatap Hydra dengan sorot dalam, tangannya kembali turun, terkepal kuat. "Lo nggak sendirian. Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi, siapa bilang ... kalo ada sesuatu yang terjadi sama lo, nggak akan ngelibatin siapa pun?"
Hydra tidak menjawab.
"Greisy, soal lo dan Jimmy, keputusan buat ikut campur atau enggaknya bukan ada di tangan lo, tapi di tangan gue." Rean berkata meyakinkan. "Kalo gue bilang gue bakalan jagain lo seumur hidup, artinya gue pasti jagain lo."
Hydra tercengang. Sebelum akhirnya dia tertawa renyah, "Lo mau jagain gue seumur hidup? Apa itu artinya lo mau nikahin gue?"
Mendengar Hydra yang begitu blak-blakkan, akar telinga Rean memerah. Wajahnya panas sampai ke lehernya. Dia semakin panik saat dia berkata, "Lo ... gue serius, dari mana pertanyaan nggak tahu malu lo itu berasal?"
Hydra hanya tertawa.
Rean merasa dia benar-benar sudah kehilangan wajahnya. Dia hanya bisa berbalik memunggungi Hydra, marah karena terus diejek oleh cewek itu.
"Guekutuklo, Rean ini bener-bener bisa diandelin, dia kelihatannya udah sepenuhnya jatuh cinta sama lo."
Mendengar perkataan Yara, Hydra meliriknya, lalu tersenyum samar dan bergumam, "Yang dia cinta itu Greisy."
Sejak awal, perasaan Rean hanya untuk Greisy.
Tidak ada tempat di hatinya yang tersedia untuk Hydra.
Karena Hydra ... ditakdirkan untuk tidak dicintai siapa pun. Entah di dunia pertamanya, atau setelah dia bertransmigrasi ke dalam novel-novel ciptaan Yara.
Hydra ditakdirkan untuk selalu sendirian seumur hidupnya.
***
"Kalian gila?!" Halard benar-benar marah. Dia menatap teman-temannya dengan sorot tidak percaya. "Apa bedanya dengan ngelakuin ini dan langsung bunuh dia? Ini bener-bener ngerusak hidupnya, masa depannya!"
"Jim, gue mungkin diem sama hal-hal yang udah kita lakuin sebelumnya, tapi planning lo kali ini terlalu berbahaya. Ini nggak fair buat Greisy. Sejujurnya kalo dipikir-pikir, kesalahan Greisy itu ke kita cuma satu. Kita udah ngehukum dia selama bertahun-tahun, apa nggak bisa sekarang kita ngelepasin dia?" Ruis juga dibuat tercengang dengan rencana Alva.
Gilanya, ini bahkan disetujui oleh Jimmy.
Jika Jimmy sudah menyetujui, hampir tidak ada jalan untuk kembali.
Karena selama Jimmy berkata 'iya', bahkan tanpa bantuan mereka ... Jimmy benar-benar cukup gila untuk melakukan segalanya.
"Bukannya lo juga cukup tertarik buat nidurin dia?" Alva yang duduk di atas sofa memutar matanya. "Apa yang salah sama rencana gue?"
"Greisy ini ... dia udah nantang kita terlalu banyak, udah sepantasnya dia dihukum. Justru dia yang harus berterima kasih kalo ditidurin sama kita semua, kan? Bakalan lebih bagus kalo dia punya inisiatif sendiri buat buka kedua kakinya."
"NOAH!" Halard benar-benar merasa sakit mendengar pelecehan dari sahabatnya sendiri. Dia memelototi cowok itu marah. "Itu udah masuk rape! Lo ngerti?! Selama kalian ngelakuin itu, kalian bakalan dicap sebagai rapist! Lo nggak kekurangan cewek yang dengan sukarela tidur sama lo, jadi kenapa harus maksain cewek yang jelas nggak mau?!"
Ruis memijat pangkal hidungnya. "Gue bener-bener nggak nyangka. Bisa-bisanya kalian bahkan mikir buat bertindak sejauh ini. Gue pass. Gue bener-bener nggak bisa."
"Munafik." Alva terkekeh. Mereka ada di room bermain di rumah Alva. Jimmy sedang bermain biliar sendiri, sama sekali tidak terlibat keributan sahabat-sahabatnya setelah mengeluarkan persetujuannya sendiri. "Jangan bilang kalian nggak ada pikiran buat nidurin Greisy. Walau kelakuannya sekarang barbar, nggak bisa dipungkirin ... dia bener-bener memenuhi standar estetika gue sendiri, tipe gue."
Noah setuju, "Dia udah matahin hidung gue, udah bagus gue cuma mikir nidurin dia, bukan nyulik dia dan lempar dia ke antartika."
Ruis melihat Jimmy yang masih tenang. Mencoba membujuknya, "Jim, lo bener-bener nggak boleh ngelakuin ini. Greisy itu-"
"Gue pengin tahu." Jimmy berkata tenang, tidak mengizinkan Ruis menyelesaikan kalimatnya. Jimmy menatap Ruis dan Halard bergantian. "Cuma dalam beberapa hari, kalian udah ada di pihak Greisy semacam ini. Apa yang dia janjiin sama kalian? Atau kalian, udah dapet DP lebih dulu biar ada di pihaknya?"
"Jimmy, lo tahu itu nggak bener." Halard menatap Jimmy dengan sorot dingin. "Gue cuma nggak mau ngerendahin diri sendiri dengan ngelakuin hal yang paling rendah."
"Ya-ya-ya, Gentleman." Alva mencibir. "Kalo kalian nggak mau terlibat, terserah."
"Selama ..." Noah memberi jeda, "Kalian nggak ikut campur."
Ruis selalu tahu kalau teman-temannya ini bukan hal yang baik, tapi tidak pernah mengira kalau karakter mereka juga secacat ini.
"Ngomong-ngomong, Halard. Sebaiknya sekarang lo pulang, gue denger dalam seminggu ke depan, lo harus terlibat salah satu proyek real estate keluarga lo di luar negeri. Selama 1 bulan nggak bisa pulang, jangan lupa oleh-olehnya." Jimmy menggedik.
Awalnya Halard sedikit bingung. Kenapa sangat tiba-tiba?
Sebelum akhirnya dia tercengang, menatap Jimmy tidak percaya.
"Ruis. Lo mungkin nggak takut kalo bermasalah sama gue sendirian." Jimmy terkekeh. Matanya menyipit, seringaiannya terlihat menakutkan. "Tapi ... gue yakin bahkan keluarga lo, nggak bakalan setuju kalo lo berhadapan sama gue, Alva, dan Noah sekaligus. Jadi sebaiknya lo tutup mulut. Lo diem, lo aman."
Ruis marah. Dia melemparkan gelas di tangannya ke dinding. Pecah.
"Jimmy!" Ruis melotot murka. Urat-urat di lehernya menegang, dia menunjuk Jimmy mual. "Lo pasti bakalan nyesel."
"Lo bakalan nyesel seumur hidup karena keputusan lo ini, Jeremiah Vanders!"
Setelah mengatakannya, Ruis berbalik dan pergi.
Halard merasakan ponsel di sakunya bergetar. Tahu, itu pasti keluarganya yang memaksanya untuk pulang.
Demi rencana ini, Jimmy bahkan tidak segan mengeluarkan uang yang tidak sedikit bukan?
"Setelah ini ... akhirnya gue ngerti." Halard tersenyum pahit. "Kita bener-bener udah nggak bisa temenan lagi. Gue nggak bisa sepenuhnya kehilangan hati nurani semacam kalian bertiga."
Halard juga meninggalkan room itu dengan langkah besar.
Sekarang kelompok mereka benar-benar terpecah.
Alva mengerutkan kening, Noah hanya menyesap soda di tangannya, tidak mengatakan apa-apa.
Ekspresi di wajah Jimmy tidak berubah.
Hanya saja, dia juga benar-benar marah.
Kalian nganggap gue monster. Jimmy bergumam dalam hati. Tapi gue curiga ... kalo rencana ini diusulin sebelum Greisy nunjukin perlawanan dan berubah, kalian juga pasti nyaman-nyaman aja terlibat rencana ini.
Tebakan Jimmy memang benar.
Jika rencana penculikan Greisy ini diusulkan sebelum Hydra mengisi tubuhnya, baik Ruis atau Halard akan bekerjasama dengan mereka.
Merusak dan menyakiti cewek tidak bersalah yang sama sekali tidak ingin terlibat dengan mereka.
***
Ayo! Vote, komen, share. Ramein. Sapa tau bisa bikin update cepet. HAHAHAHA
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top