BAB 14
Rossyta bangun dari tidurnya. Badan nya terasa sedikit remuk. Mungkin itu pengaruh dari pertarungan dalam melindungi Ryan beberapa hari kemarin. Efeknya baru terasa sekarang. Pagi itu Mansion Ryan tampak ramai dengan suara-suara. Dimana ternayata para sahabatnya datang berkunjung.
"Aku dengar Angelica kembali kemari". Suara Mario tampak terdengar. Rossyta yang turun di kaki tangga mencoba menguping pembicaraan mereka di ruang kerja Ryan.
"Benar kita tidak tahu apa yang perempuan itu inginkan dengan kembali kemari". Suara Demian tampak cemas. Membuat Rossyta semakin penasaran siapa wanita bernama Angelica.
"Dia mirip Melisa tapi sungguh kepribadian mereka sungguh berbeda". Ryan tidak menangapi omongan para sahabatnya. Pikiran nya terfokus kepada Rossyta saat ini.
"Sepertinya aku harus menghubungi Anna menanyai tentang Angelica ini". Gumam Rossyta segera berbalik arah ke kamarnya. Baru mau menaiki anak tangga. Suara Ryan sudah menghentikan langkahnya.
"Mau kemana? " Seperti pencuri yang ketahuan. Rossyta syok mendengar Ryan yang ada di belakang nya.
"Tuan saya habis dari dapur". Ryan menaik kan satu alisnya tidak percaya dengan Rossyta.
"Dapur? "
"Iya dapur aku merasa haus jadi mengambil minuman kedapur".
"Kenapa aku tidak mendengar suara langkah kaki mu? "
"Saya tidak bersuara karena takut menganggu kalian". Rossyta seorang agen mata-mata. Tapi jika disuruh berbohong secara langsung begini. Dia bukan ahlinya terlebih yang dibohonginya sekarang adalah Ryan. Pria yang tidak mempercayainya lagi.
"Sepertinya kau sudah meggunakan kemampuan mata-mata mu dengan baik". Rossyta melonggo heran mendengar hal itu. Dia merasa Ryan sedang menghina nya bukan memujinya.
"Dasar marah ya marah tapi tidsk harus menghina begitu juga menyebalkan...! ". Rossyta berlalu dari hadapan Ryan untuk kembali ke kamar.
"Jadi benar dia seorang agen? ". Mario tampak takjub mendengar berita mengejutkan soal Rossyta.
"Hmm".
"Lalu sampai kapan dia akan mengawasi mu? Apa. Ini malah lebih berbahaya karena kau diawasi ketat sekarang". Daniel merasa tidak nyaman melihat keadaan Ryan saat ini.
"Aku tidak ingin berdebat dengan ibuku. Dia lebih keras kepala dari perempuan agent itu". Mereka terkekeh mendengar perkataan Ryan.
"Benar juga Rossyta memang sama keras kepala nya dengan ibumu. Lalu apa rencanamu? "
"Aku meminta kalian datang kemari untuk melakukan misi dan menemukan informasi sebanyak mungkin". Mario sangat bersemangat mendengar hal itu. Hal ini telah lama sekali hilang dari Ryan.
"Apa kini tuan pemilik segala perintah telah kembali? Wuah aku sangat bersemangat tentang ini".
"Aku juga senang akhirnya Ryan kembali Mario".
"Aku sudah menghubungi orang ku di Eropa. Mengenai kecelakaan ku dan Melisa beberapa tahun silam aku ingin mencari tahu detailnya".
"Jadi kau ingin membuka kasus lama ini?" Demian tampak serius kali ini.
"Iya aku akan mencari titik terang kematian Melisa. Jadi aku butuh bantuan kalian".
"Kami siap membantu mu Ryan kau tahu itu".
"Aku tidak bisa membiarkan Rossyta dan tim nya menangani ini sendiri. Jadi kita akan bekerjasama dengan mereka".
"Adakan pertemuan dengan mereka ini akan jadi jauh lebih mudah".
Ryan tampak menatap satu persatu sahabatnya. Dia yakin informan para sahabtnya ini jauh lebih dari para agent itu. Dia mengenal mereka dengan baik. Koneksi mereka dan dirinya merata di seluruh bagian dunia. Mereka terbiasa melakukan bisnis antar benua. Tentu saja menemukan informasi bukan hal sulit. Terutama koneksi dan tim ayahnya yang kini dibawah kendalinya. Dia bisa menggunakan wewenang dan memberi perintah kepada mereka. Maka mereka akan bergerak.
Selama ini Ryan hanya melarikan dirinya dari kenyataan yang tidak ingin dia dengar. Tidak disangka hal itu malah membuat ibu dan ayahnya prustasi untuk membantu anak nya keluar dari keterpurukan. Sehingga berpikir anak nya tidak lagi mempunyai kekuatan atas hidupnya sendiri.
Tapi jika di pikir lagi. Jika dia tidak mengurung dirinya di mansion nya dan mengisolir diri dari dunia luar dia tidak akan mungkin mengenal Rossyta bukan. Jadi pilihan nya dulu cukup bagus. Setidaknya dia menemukan kembali alasan untuk dia hidup kembali. Cahaya hidupnya Rossyta.
"Baik kita lakukan pertemuan besok akan aku beri tahu Rossyta".
"Bagus kami akan mengabari mu segera".
Kesepakatan pun terbentuk. Ryan dan para sahabatnya akan mencari tahu tentang kecelakaan nya beberapa tahun lalu dan kematian Melisa. Sementara itu Rossyta sedang sibuk membaca data Angelica yang barusan Anna kirim kepadanya.
"Jadi dia saudara kembar Melisa? Mengapa kami bisa melewatkan informasi penting begini". Gumam Rossyta menatap foto Angelica.
"Jika di lihat-lihat mereka memang mirip. Tapi Demian benar mereka sangat berbeda bahkan secara penampilan". Gumam Rossyta lagi masih fokus menatap ponselnya. Angelica lebih terlihat bergaya dan modis dari Melisa. Melisa adalah gadis manis bergaya feminim. Gadis polos yang begitu cantik dan anggun. Sementara Angelica lebih glamor dari saudara kembarnya itu.
"Apa kau sedang membaca informasi tentang ku? Wajah mu sangat serius". Ryan berdiri di depan pintu kamar Rossyta tanpa suara. Selama beberapa menit pria itu menikmati expresi wajah Rossyta yang melihat ponselnya sembari bergumam sendiri.
"Kau sejak kapan kau disitu? Apa tidak bisa mengetuk pintu dulu".
"Sebagai seorang agent rahasia kewaspadaan mu sangat rendah. Bahkan kau tidak menyadari kedatangan ku. Apa ibuku tidak salah memilih seorang penjaga? "
Rossyta gelagapan. Meski dia tidak menyukai apa yang di katakan Ryan. Tapi itu benar dia terlalu lengah. Untung saja itu Ryan bagaimana jika itu adalah musuhnya bisa saja dirinya sudah terbunuh saat ini. Ini karena dia terlalu fokus mengamati informasi Angelica lupa menutup pintunya dengan benar.
"Aku sedang sibuk lagian ini Mansion mu. Akan aneh jika musuh mu bisa kemari itu artinya tempat ini tidak aman".
"Cih masih berdalih. Besok panggil tim dan ketuamu untuk datang kemari".
"Hah untuk apa memanggil mereka kemari? "
"Membahas rencana. Kami akan bekerjasama dengan tim kalian mulai besok".
"Kami? Siapa saja? Kami tidak bisa membocorkan informasi kepada sembarang orang".
"Para sahabatku kau sudah mengenal mereka. Dan aku rasa informan kalian sudah memberi kalian informasi tentang merekan kan" Rossyta lupa sejenak. Ryan bukan seorang pria penyakitan biasa. Meski dia berada di kursi roda untuk waktu yang lama. Pria ini tetap saja Ryan Andersone Smith. Pria pemilik kekuasaan dan tentu saja hal seperti ini sudah biasa baginya.
"Baiklah akan aku beritahu mereka. Mungkin Anna akan kemari untuk membahasnya bersama kalian karena mereka tidak bisa meninggalkan markas".
"Baiklah kunci pintumu sebelum tidur. Meski ini adalah Mansion ku jangan turun kan kewaspadaan mu terlebih ketika kau tidur". Rya memperingati Rossyta sebelum akhirnya pria itu meninggalkan nya sendiri. Dengan kebingungan Rossyta menatap kepergian Ryan.
"Apa maksud perkataan nya? Kenapa dia sangat mencurigakan? Apa aku melewatkan sesuatu tentang pria ini? Sikapanya semakin hari semakin aneh". Rossyta kebingungan sendiri sikap Ryan. Disisi lain pria itu memintanya menjauh sejauh mungkin. Bahakan tidak terlihat dari pandangan matanya. Tapi disisi lain dia seolah memberi perhatian yang tidak Rossyta ketahui.
"Apa penyakitnya nambah? Gawat aku harus segera menyuruh Joseph untuk membawanya ke terapi lagi. Dia sudah terlalu lama tidak menjalani pengobatan". Rossyta menelpon Joseph malam itu juga. Meski Ryan mengatakan untuk tidak mengurusi dirinya lagi. Tapi menjalani bagian terapi untuk Ryan sudah sepertit tugas tidak resmi yang suka Rossyta jalani.
"Hallo Rossy ada apa? "
"Apa Ryan sudah melakukan terapi minggu ini? "
"Belum dia bilang terapi minggu ini ditunda".
"Gawat pantas saja".
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan tuan?"
"Joseph aku rasa penyakit tuanmu bertambah lagi".
"Bertambah lagi? Apa maksudnya? "
"Ryan sepertinya mengalami gangguan psikologis. Sikapnya aneh berubah-ubah. Apa itu karena dia kelamaan tingal sendiri di mansion ini dan larut dalam keterpurukan nya sehingga efeknya baru terjadi sekarang ya". Rossyta mulai berpikir aneh dan tidak jelas. Joseph menghela nafas melihat kelakuan dua manusia itu.
"Rossyta percayalah Ryan sudah jauh lebih baik bahkan ku rasa sekarang dirinya sudah kembali".
"Kau yakin? Tapi kenapa aku merasa dia semakin aneh ya".
"Mungkin kau harus tanya sendiri kepadanya kenapa dia begitu. Kalian kan cukup akrab".
"Akrab? Hah yang benar saja kau tidak lihat sikapnya kepada ku sekarang".
"Itu hanya bagian lain yang tidak kau lihat Rossy".
"Apa maksudnya? Bagian lain apa?"
"Kau seorang agent aku yakin kau bisa menemukan jawaban nya. Sudah aku masih sibuk sampai jumpa".
"Ehh Joseph..ya ampun boss dan asisten memang sama tidak ada ahlak. Apa maksudnya itu? " Rossyta mengurutu sembari bingung dengan perkataan Joseph.
"Bagian lain yang mana? Kenapa aku jadi deg-degan begini. Huh tidak Rossy jangan pikirkan hal aneh. Pasti bukan itu kan". Rossyta mencoba menepis pikiran nya. Tidak ingin berpikir aneh dan melenceng. Menepis semua hal tentang Ryan dia berfokus menatap foto Angelica. Namun pikiran nya malah melayang ke Melisa.
"Tidak mungkin dia menyukai ku kan? Oh tuhan tidak mungkin..!! ". Teriak Rossyta kaget sendiri. Ketika mengingat Melisa. Rossyta menyadari satu hal persamaan dari sikap Ryan. Ryan selalu bersikap perhatian kepada tunangan nya. Jelas Rossyta tahu bagaimana manisnya pria itu kepada Melisa. Karena semua informasi Ryan sudah dia dapatkan.
"Tapi kan dia tidak pernah bersikap kasar atau memarahi Melisa. Dengan ku hell tentu saja berbeda. Rossyta apa yang kau harapkan dasar bodoh". Rossyta mengelengkan kepalanya pelan menepis pemikiran konyolnya tentang Ryan yang menyukainya.
"Dia pasti terkena penyakit psikologis makanya sikap aneh. Ya itu pasti kan dia pria kesepian ckckc kasian sekali tuan muda tuan muda". Rossyta mengoceh tanpa henti. Tidak disangka ternyata Ryan belum pergi dari kamar wanita itu. Dia sama baiknya menguping seperti Rossyta.
Ryan mengentikan langkahnya ketika mendengar Rossyta menelpon Joseph. Mengikuti rasa penasaran apa yang wanita itu lakukan. Ryan menguping pembicaraan mereka. Sejak Rossyta ketahuan adalah agent. Ryan jadi dua kali lipat memperhatikan pergerakan wanita itu. Tidak hanya saat tidur tapi juga saat terjaga. Tidak disangka dia malah mendapati wanita itu berpikir tentang dirinya.
"Dasar angent bodoh.. Mengemaskan sekali". Gumam Ryan tersenyum kecil dan berlalu dari kamar Rossyta.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top