6. Jatuh cinta kembali

Senyum Keira tersungging, menyapa rekan-rekan kerjanya saat berjalan menuju ruang kerja atau camp. Sepercik rasa bahagia telah dirasakannya pagi ini. Pemandangan indah di pagi hari yang selalu diimpikannya pun telah menjadi kenyataan. Suaminya, Raykarian dan putrinya, Kaisa, berada di sampingnya ketika kedua matanya terbuka dari tidurnya. Kaisa terlihat sangat nyaman dan lelap berada di pelukan ayahnya. Keira pun tak pernah lupa untuk selalu berdoa, agar kebahagiannya saat ini bisa selalu terjaga selamanya.

"Pagi, Kei," sapa Ferry yang baru bisa berkunjung kembali ke cabang WO terbarunya.

"Pagi, Bang Ferry. Kapan datang?" sahut Keira sopan diiringi senyum manisnya.

"Tadi malam, Kei," jawab Ferry sambil menatap Keira dengan bahagia, "kayaknya ada yang lagi bahagia nih," ledek Ferry yang membuat Keira terkekeh.

"Apaan sih, Bang. Bahagia itu harus setiap hari tahu," ujar Keira.

"Senyum kamu beda pagi ini, Kei. And I love it," puji Ferry tak sungkan membuat Keira hanya tersenyum kecil, "mana Kaisa? Kenapa sendirian?"

"Kaisa di rumah, Bang. Sama ayahnya," cerita Keira yang membuat jantung Ferry seakan berhenti berdetak.

"Ayahnya?!"

"Iya, Bang. Ayah Kaisa ada di rumah sekarang."

"Syukur alhamdulillah."

Keira tersenyum, lantas mengangguk, "Keira ke atas dulu ya, Bang," pamit Keira sebelum meninggalkan Ferry yang sudah kehabisan kata-kata dan menahan rasa sakit di hatinya.

Ferry menolehkan kepalanya. Memandang Keira yang sedang berjalan menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya. Helaan napas beratnya berembus. Penantiannya selama ini pupus sudah. Ia tak menyangka jika suami Keira akan kembali setelah berpisah selama bertahun-tahun. Ia memang tak ingin mencari tahu bagaimana Keira berpisah dari suaminya. Baginya, itu adalah masa lalu Keira. Yang ia butuhkan hanya sebuah masa depan bersama Keira.

"Abang kenapa? Kenapa mukanya jadi nggak terkondisikan begitu?" ledek Fiya, yang tak lain adalah adik Ferry.

"It's over," sahut Ferry lesu menatap adiknya.

"Over? What do you mean?" tanya Fiya bingung.

"Ayah Kaisa pulang."

"Really?! Oh my God! Alhamdulillah."

"Ko kamu bahagia banget sih?!"

"Ya bahagialah, Bang. Akhirnya Mas Raki dan Keira bertemu kembali. Abang yang sedang bermain api di sini, jadi siap-siaplah terbakar. Mereka belum bercerai, Bang. Keira masih istri sah Mas Raki. Makanya, jangan berani-berani jatuh cinta sama istri orang! Sakit kan akhirnya?!"

Ferry menoyor kepala adiknya sebelum pergi. Ia benar-benar kesal dengan Fiya yang tak pernah mendukung atau membantunya untuk mendapatkan Keira.

"Abang!!!" Teriak Fiya kesal, membuat bawahannya dan kekasihnya Rega menutup telinga rapat-rapat.

"Beib! Bisa diturunin nggak nada tingginya," pinta Rega menghampiri Fiya.

"Nggak bisa!" Sungut Fiya kesal sebelum meninggalkan Rega dan berjalan cepat menuju camp di lantai dua.

"Ya salam, pagi-pagi udah kena semprot aja," keluh Rega.

"Tapi cinta kan, Mas?" tanya Resti yang baru saja datang.

"Banget!" Sahut Rega berjalan menyusul Fiya, diikuti Resti yang sedang terkekeh di belakangnya.

Fiya membuka pintu camp yang terbuat dari kaca dengan kesal. Membuat Keira, Vigo, Leon dan Rida menoleh ke arah pintu. Fiya segera menarik salah satu kursi yang mengelilingi meja berbentuk huruf S. Keenam rekan satu timnya hanya terdiam menatap Fiya yang sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dengan tak bersemangat.

"Oke. Kemarin, marketing baru bertemu dengan klien baru kita. Mbak Ajeng Lakhsmi, calon mempelai wanita. Kita mendapat kepercayaan untuk melaksanakan royal wedding salah satu keluarga Keraton Ngayogyakarta, keluarga dari adik kandung Sultan." Fiya membuka meeting-nya dengan memandang tim intinya satu persatu.

Keira terpaku mendengar penuturan Fiya. Jantungnya mulai berdegup kencang. Rega dan Fiya menatap lekat Keira yang sedang terkejut bercampur cemas.

"Wah! Seru nih," ujar Vigo.

"Sakral banget pasti," timpal Rida.

"Royal wedding, Mbak?" tanya Resti bersemangat, dan dibalas anggukan dari Fiya.

"Iya, tapi nggak se-royal pernikahan putri Sultan waktu itu," jelas Fiya.

"Adik Sultan yang mana, Mbak?" tanya Leon ingin tahu.

"GBPH. Yudaningrat," ucap Fiya sembari menatap Keira dengan lekat.

Keira seakan tak bisa bernapas saat Fiya mengucap nama lengkap ayah Raykarian dengan lugas. Dunianya seakan runtuh dalam hitungan detik. Sepengetahuannya, Raykarian adalah anak semata wayang dari GBPH. Yudaningrat.

Tangan kanan Keira meremas pulpennya dengan erat dan kuat, sambil menatap Fiya tanpa berkedip. Kepalanya menunduk, mencoba menghilangkan air bening yang sudah berkumpul di kedua matanya. Ia tak lagi fokus dengan apa yang sedang diucapkan leader timnya, Fiya. Kepalanya mengangguk saat mendapat tugas untuk mencari referensi bunga yang diminta oleh klien barunya. Klien yang akan menikah dengan suaminya, Raykarian.

"Aku pinjam fotonya," ucap Keira kepada Fiya, saat rekan-rekannya pergi mengerjakan tugas barunya.

Fiya menahan tangan kanan Keira yang sudah mengambil foto Ajeng dan Raykarian, "Ada yang aneh di sini, Kei. Hanya calon mempelai wanita yang hadir. Tanyakan baik-baik kepada Mas Raki," ucap Fiya memberi nasehat dan hanya dibalas tatapan nanar dari Keira sebelum pergi.

"Memangnya Keira sudah bertemu dengan Mas Raki?" tanya Rega yang sudah berdiri di samping Fiya.

Fiya mengangguk. Ia memandang punggung Keira yang baru saja menghilang dari balik pintu, "Apa kita bisa membantu Keira, Beib?" tanya Fiya sedih menatap Rega, "haruskah aku menolak job besar ini?"

"Aku cuma bawahan kamu, Beib. Kalau itu memang yang terbaik menurut kamu, do it! Kita cari tahu dahulu, apakah Mas Raki mengetahui hal ini atau tidak," tutur Rega sebelum memeluk Fiya, menenangkan kekasihnya yang sedang dilema.

---

Raykarian memandang Kaisa yang sedang asik menggambar sesuatu di buku gambarnya setelah selesai membaca email di smartphone-nya. Senyumnya tersungging melihat tingkah polah lucu Kaisa yang sedang mewarnai gambar abstraknya. Wajah cantik dan lucu Kaisa selalu mengingatkannya kepada istrinya, Keira. Raykarian tak pernah menyangka, jika putrinya berhasil mengenalinya terlebih dahulu. Video viral-nya saat sidang umum PBB yang sempat membuatnya kesal, ternyata memberikan anugerah terindah untuknya.

"Ayah, tengok ni," ujar Kaisa menghampiri ayahnya yang sedang duduk di sofa bed dengan membawa hasil gambarnya, "comel tak?" tanya Kaisa setelah memberikan gambar itu kepada ayahnya.

Dahi Raykarian berkerut diiringi senyum terkulumnya saat melihat hasil gambar Kaisa yang tak dimengerti olehnya, "Comel," sahut Raykarian yang mulai sedikit mengerti dengan ucapan Kaisa.

"Ni Ayah, ni Ibu, yang ni Kaisa," cerita Kaisa sambil menunjuk gambar dengan warna yang berbeda.

Senyum manis Raykarian tersungging, lantas memeluk Kaisa dan mencium pipinya dengan gemas. Membuat Kaisa terkekeh geli karena ciuman kecil dari ayahnya.


"Ayah, Kaisa nak pinjam smartphone Ayah boleh tak?" ucap Kaisa meminta ijin.

"Buat apa? Smartphone Ayah nggak ada permainannya," tutur Raykarian mengambilkan smartphone-nya.

"Tak de permainan?" tanya Kaisa sambil menatap layar datar smartphone ayahnya yang sedang dinyalakan, "tak seronoklah."

"Tak seronok?!" ulang Raykarian yang sedang memutar otaknya karena tak mengerti arti dari ucapan Keira.

Kaisa mulai menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, lantas mengalungkan kedua tangan mungilnya di leher jenjang ayahnya. Ia memerhatikan ayahnya yang sedang menyentuh huruf-huruf di atas layar datar smartphone. Ia menciumi wajah ayahnya berulang kali. Ia sangat merasa bahagia karena ayahnya sudah berada dipelukannya.

Raykarian tersenyum mendapat ciuman-ciuman singkat dari putrinya, Kaisa. Ia pun gembira setelah mengetahui arti ucapan Kaisa. Seronok dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki arti menyenangkan hati atau sedap dilihat. Perkiraan Raykarian, mungkin dalam Bahasa Melayu kata seronok artinya senang. Kepalanya menoleh, lantas mencium pipi Kaisa dengan penuh sayang.

"Kaisa mau main apa?" tanya Raykarian.

"Pou," sahut Kaisa gembira.

"Sebentar ya, Sayang. Ayah cari dulu," ucap Raykarian sabar seraya mencari permainan yang Kaisa inginkan.

"Tu dia, Yah!" Seru Kaisa menunjuk gambar Pou di layar datar smartphone ayahnya.

"Iya, Sayang. Sebentar," ucap Raykarian sebelum men-download mainan itu.

Kaisa segera duduk di pangkuan ayahnya. Ia terdiam menunggu mainan itu selesai di download. Salah satu tangan Raykarian memeluk tubuh mungil Kaisa dengan erat, lantas diciumnya pucuk kepala Kaisa. Menyalurkan rasa rindu dan juga rasa sayangnya kepada putrinya, Kaisa.

"Assalamualaikum," salam Keira saat memasuki rumah kontrakannya.

"Wa'alaikumsalam," sahut Kaisa dan Raykarian serempak.

"Ibu, mana donatnya?" tanya Kaisa menagih pesanannya, sembari berlari kecil menghampiri Keira.

Keira mencium kening Kaisa, setelah Kaisa selesai mencium punggung tangannya, "Ibu belum sempat beli. Nanti ya, sekalian kita belanja," ujar Keira yang dibalas anggukan kepala dari Kaisa, "Ibu ke kamar dulu, ganti baju."

Kaisa mengangguk, lantas menghampiri ayahnya yang masih duduk di sofa bed. Raykarian mengembuskan napasnya, melihat Keira yang tiba-tiba kembali tak acuh kepadanya. Pagi tadi, Keira sempat mencium punggung tangannya saat berpamitan. Dan sekarang, kejadian manis pagi tadi seakan tak berarti apa-apa.

"Kaisa bermain Pou dulu ya di sini," tutut Raykarian.

"Ayah nak kemana?" tanya Kaisa ingin tahu.

"Ayah ada perlu sama Ibu sebentar, oke!"

"Nanti, kita orang jadi jalan-jalan tak?"

"Iya, Sayang. Nanti kalau urusan Ayah sama Ibu selesai, kita langsung jalan-jalan. Kaisa di sini dulu ya!"

Kaisa mengangguk patuh. Ia pun segera memainkan permainan favoritnya di smartphone ayahnya. Raykarian pun segera menyusul Keira ke dalam kamar. Ia menghampiri Keira yang sedang memilih baju untuk berganti. Keira menghindar, kala Raykarian mendekat ke arahnya. Langkahnya tertahan saat salah satu tangannya dicekal oleh Raykarian.

"Ada apa, Sayang? Apa Mas mempunyai salah sama kamu?" tanya Raykarian sabar.

"Apa tujuan Mas datang ke Jakarta? Bukankah Mas sudah menetap di New York sekarang?!" tanya Keira tak sabar.

"Mas datang ke sini untuk menemui kamu dan Kaisa. Mas sudah menceritakannya kepada kamu bukan?! Tiga hari yang lalu, Mas menyusul kamu ke Kuala Lumpur tapi ternyata kamu sudah berpindah ke Jakarta. Dan di sinilah Mas sekarang. Ada apa? Apa ada masalah?"

"Hanya itu tujuan Mas datang ke Jakarta? Bukan untuk memberikan undangan pernikahan untukku?!"

"Undangan pernikahan? Siapa yang mau menikah?!"

Keira mengambil selembar foto di dalam tasnya. Kemudian menatap lekat Raykarian dengan tatapan kesalnya, lantas memberikan selembar foto Raykarian dan Ajeng yang berdiri berjauhan dan saling menatap, "Siapa dia? Siapa Ajeng Lakhsmi?" tanya Keira langsung.

"Ajeng Lakhsmi?! Mas nggak kenal," jawab Raykarian jujur sambil menatap foto itu.

"Mas yakin tidak mengenalnya?"

"Nggak, Sayang! Siapa dia?!"

"Itu foto Mas bukan?!"

"Iya, itu foto Mas."

"Jadi foto itu asli?"

"Mas memang pernah berfoto seperti ini, tapi sendirian. Editannya keren, sempurna."

"Mas!!!"

"Iya, Sayang. Ini sebenarnya ada apa sih?! Kamu marah sama Mas cuma gara-gara foto ini, begitu? Ini editan, Sayang! Kalau kamu mau melihat foto aslinya, ada di iPad Mas. Memangnya siapa dia? Masih kalah cantik sama kamu, Sayang."

"Dia itu klien baruku, Rara (Rr.) Ajeng Lakhsmi. Calon istri dari Raden Mas Raykarian Narotama Yudaningrat."

"Apa?! Mas nggak mengenalnya, Kei! Atau mungkin, dia fans yang terobsesi menikah dengan Mas?! Kamu tahu sendiri, video sidang waktu itu benar-benar menjadi viral."

"Mas Raki!!! Aku serius!"

"Mas lebih serius dari kamu!"

Keira mengangkat kedua tangannya dan mengepalkannya dengan kuat, "Ih!!!" Pekik Keira kesal.

Perlahan, Raykarian menggenggam kedua tangan Keira, "Lihat, Mas!" Titah Raykarian lugas.

Keira mendongak. Ia menatap kedua mata Raykarian dengan lekat. Tak ada yang berubah dari tatapan suaminya itu. Semua masih sama. Tatapan tajam, teduh dan penuh cinta itu masih sama seperti dulu. Tatapan yang membuat dunia Keira seakan berhenti di tempat. Tatapan yang membuat Keira merasa gugup bukan main. Tatapan yang akan selalu berhasil meluluhkan perasaan sensitifnya.

"Apa Mas terlihat sedang berbohong, Kei?!" tanya Raykarian yang dibalas gelengan kepala dari Keira.

"Kamu itu istri Mas. Nggak akan ada yang bisa menggantikan kamu, Sayang. Mas nggak akan menikah untuk yang kedua kalinya. Bagi Mas, menikah itu cukup satu kali seumur hidup. Sama seperti kita yang hanya mempunyai satu kesempatan untuk hidup di dunia." Raykarian mencoba menenangkan istrinya.

"Bagaimana dengan dia?"

"Bukan urusan Mas, Sayang. Mas nggak mengenal dia. Seharusnya dia menikah dengan seseorang yang menyuruhnya untuk mempersiapkan pernikahan itu."

"Apa semua ini karena keluarga Mas?"

"Entahlah."

"Mas Raki harus bisa menghentikan dia, atau ...."

"Atau apa? Kamu mau pergi lagi? Meninggalkan Mas kembali?!"

Keira terdiam. Lidahnya seakan kelu menjawab pertanyaan suaminya. Suaminya, Raykarian, seakan mengetahui isi otaknya saat ini.

"Mas nggak akan pernah membiarkan kamu pergi lagi, Kei. Nggak akan pernah! Apa pun yang terjadi, Mas mohon, tetaplah di sisi Mas! Mas janji, Mas akan memenuhi keinginan kamu agar pernikahan kita bisa direstui oleh Ayah dan Bunda, serta kedua orang tua Mas. Tapi Mas nggak akan bisa melakukannya sendirian, Kei. Mas membutuhkan kamu di samping Mas. Kamu mau kan, Sayang?" pinta Raykarian yang tak lepas menatap istrinya, Keira.

Kedua mata Keira mulai berkaca-kaca kala mendengar penuturan Raykarian. Perlahan, kepalanya mengangguk diiringi sebulir air matanya yang menetes dan disambut senyuman manis dari suaminya, Raykarian. Raykarian segera memeluk Keira dengan erat. Mencium pucuk kepala Keira cukup lama.

"I love you so much, Baby," bisik Raykarian.

Keira merenggangkan pelukannya, lantas mendongak menatap wajah suaminya, "Me too," sahut Keira singkat.

Raykarian menaikkan salah satu alisnya, seraya memberikan senyum menyeringai, "What?" tanya Raykarian yang tak suka mendengar balasan Keira yang sangat singkat itu.

"I love you so much more, Baby," balas Keira yang membuat senyum manis Raykarian mengembang.

Raykarian kembali mendekap Keira dengan erat. Ia seakan tak bisa mendeskripsikan perasaan bahagianya saat ini.

"Ayah, Ibu," panggil Kaisa setelah membuka pintu kamar, membuat Keira dan Raykarian melepaskan pelukannya, "masih lama ke? Kaisa tak sabar nak tengok film Finding Dory." Kaisa memeluk salah satu kaki ayahnya dengan mulutnya yang sudah maju beberapa senti.

"Ganti baju dulu!" Perintah Raykarian sambil mencubit bibir tipis Kaisa.

"Nak sama Ayah boleh ke?" tanya Kaisa seraya mendongakkan kepalanya.

"Manjanya anak Ibu," ujar Keira sebelum mencium Kaisa dengan gemas.

"Anak Ayah juga ini," imbuh Raykarian sebelum memeluk Kaisa dan Keira.

---

"Ibu," panggil Kaisa yang sedang digandeng ayahnya, "Kaisa nak makan ayam goreng lagi, boleh ke?!"

Keira memandang salah satu restoran cepat saji yang sempat ditunjuk oleh Kaisa. Restoran cepat saji yang menjadi tempat favorit suaminya dan juga anaknya, "Tak boleh!" Larang Keira keras.

"Ayah," rengek Kaisa meminta bantuan ayahnya.

Raykarian tersenyum mendapat tatapan tajam dari Keira, "Katanya mau menurut sama Ibu. Kita makan di tempat lain saja ya, Sayang!" Bujuk Raykarian.

"Tak nak!" Tolak Kaisa kesal karena keinginannya tak dipenuhi.

Raykarian melirik istrinya yang hanya terdiam dan tak acuh dengan wajah Kaisa yang sudah tertekuk. Ia membawa Kaisa masuk ke dalam sebuah butik langganannya, mengikuti langkah istrinya. Ia memang membutuhkan baju ganti saat ini. Namun ia malas jika harus kembali ke apartemennya yang berjarak sangat jauh dari rumah kontrakan Keira.

Keira tampak sibuk memilih-milih kemeja untuk mengganti pakaian yang sedari kemarin masih dipakai suaminya. Ia membiarkan Kaisa yang sedang merajuk meminta ke restoran favoritnya. Raykarian menatap Kaisa dan Keira bergantian. Dua wanita tercintanya ini, sepertinya sedang bersiap-siap untuk beradu mulut di hadapannya nanti.

"Kaisa mau baju baru?" tanya Raykarian sabar.

"Tak nak!" Sahut Kaisa kesal, sebelum melepaskan gandengan ayahnya dan berjalan memutari butik sesuka hatinya.

Raykarian menghampiri Keira. Ia memandang istrinya yang sedang memilih kemeja denim untuknya. Keira mengambil dua buah kemeja denim untuk dicoba oleh Raykarian. Ditatapnya Raykarian sebelum memberikan dua kemeja itu.

"Kaisa ada di sebelah sana," ujar Raykarian sebelum masuk ke dalam ruang khusus untuk mengepaskan baju.

"I see," sahut Keira melirik Kaisa sekilas, "Sudah sana!" Keira mendorong Raykarian untuk masuk ke dalam ruang pas.

"Pas," ucap Raykarian setelah keluar mengenakan kemeja denim pilihan Keira.

"Terlalu pas itu, Mas. Coba satunya!"

"Ini saja, Sayang."

"Sesak dilihat!"

Raykarian mengembuskan napasnya. Keiranya telah kembali lagi. Dan rasanya, ia tak ingin merusak suasana dengan membuat istri dan putrinya merajuk.

"Mbak, saya ambil ini," ujar Raykarian memberikan kemeja yang akan dibelinya, lantas melepaskan kemeja yang ditolak oleh Keira.

"Oia Mbak, kemeja ini ada yang buat wanita dan anak-anak juga nggak? Yang modelnya sama," tanya Raykarian.

"Ada Pak," jawab pelayan sopan.

"Tolong carikan untuk istri saya dan anak saya yang ada di sana," titah Raykarian seraya menunjuk Kaisa yang sedang berlenggak-lenggok di depan cermin besar.

"Iya, sebentar Pak," sahut pelayan sebelum melangkah pergi.

"Buat apa, Mas?!" tanya Keira.

"Biar kompak, Bu," ujar Raykarian asal dan mampu membuat Keira terdiam.

Raykarian terkekeh, melihat istrinya yang salah tingkah karena ucapannya. Sedangkan Keira mengalihkan pandangannya. Entah mengapa, ia menjadi kikuk jika Raykarian memanggilnya dengan panggilan yang biasa dipakai oleh Kaisa. Karena paksaan Raykarian, akhirnya Keira pun mencoba kemeja seperti yang suaminya kenakan. Namun, ia menolak untuk menggunakannya saat ini juga karena belum dicuci. Setelah memilih kaos dan celana jeans hitam untuk Raykarian, giliran Keira memilih ukuran yang pas untuk Kaisa.

"Kaisa," panggil Raykarian.

"Sini, Sayang! Coba dulu bajunya," ujar Keira.

"Tak nak!" Tolak Kaisa yang membuat Keira sedikit kesal.

"Kaisa mau pulang? Nggak jadi menonton Finding Dory?" tanya Keira memberikan pilihan.

Kaisa terdiam, lantas bersembunyi membenamkan wajahnya di samping kaki jenjang ayahnya. Tangan kanan Raykarian mengusap rambut Kaisa saat Keira mengepaskan baju itu dari belakang. Setelah itu Raykarian menggendong Kaisa dan menyusul Keira menuju kasir.

"Tak comel ni anak Ayah kalau sedang merajuk," ledek Raykarian menirukan logat Kaisa, lantas mencium Kaisa seperti biasanya.

Keira menghampiri Raykarian dan Kaisa yang sedang membeli popcorn dan minuman setelah selesai mengantri membeli tiket untuk menonton film yang Kaisa inginkan. Film Finding Dory. Helaan napas beratnya berembus saat melihat Kaisa meminum segelas soft drink.

"Kaisa, kenapa minum es lagi?" tanya Keira kesal.

"Kaisa nak minum ini," jawab Kaisa tak merasa bersalah, membuat Keira menatap sebal pada Raykarian.

"Sudah, Sayang. Nggak apa-apa," ujar Raykarian yang membuat Keira semakin marah.

Kaisa pun turun dari gendongan Raykarian. Ia berjalan melihat-lihat poster film yang terpajang di dinding bioskop. Raykarian mengikuti Keira yang sudah duduk di salah satu kursi di sudut bioskop. Kedua mata Keira memandang Kaisa yang sedang asyik menjelajahi setiap sudut bioskop. Ia tak menghiraukan Raykarian yang sedang menatapnya dari samping dengan lekat.

"Kaisa mirip banget sama kamu, Sayang. Suka mengambek," ucap Raykarian yang tak lepas menatap istrinya.

"Dia lebih mirip sama Mas," sahut Keira, "pintar, nggak pernah puas kalau bertanya, keras kepala dan gampang emosi."

"Masa?!" Seru Raykarian yang langsung membuat Keira menoleh dan menatapnya.

"Aku yang melahirkan dan membesarkannya, Mas. Apa Mas tahu, kenapa aku melarang Kaisa meminum es dan mengurangi memakan makanan cepat saji?" ungkap Keira yang disambut gelengan kepala dari Raykarian.

"Kaisa itu mempunyai sakit radang tenggorokan. Kalau kondisi dia lagi nggak baik, dia akan langsung sakit. Dan sekarang, Kaisa nggak mau menurut sama aku. Kamu terlalu memanjakan dia, Mas."

"Mas nggak memanjakan Kaisa, Kei. Mas cuma nggak mau membuatnya sedih. Mas ingin melihat Kaisa selalu tersenyum selama Mas berada di sini. Setidaknya, sebelum Mas kembali ke Amerika."

"I see. Tapi bukan begitu caranya, Mas. Ada saatnya, kita memberikan apa yang Kaisa inginkan. Dan ada saatnya juga kita harus menolak. Selama ini, aku selalu berusaha untuk tidak terlalu memanjakan Kaisa. Di samping karena aku sibuk, juga karena nggak ada kamu, Mas. Aku nggak mau Kaisa tergantung sama aku. Kaisa harus bisa mandiri.

Tapi dalam sekejap, kamu merubah Kaisa. Dia menjadi sangat manja sama kamu. Can you stop it, please, Baby? Aku cuma khawatir, bagaimana Kaisa kalau kamu nggak ada nanti."

Raykarian terpaku mendengar penuturan panjang Keira. Banyak hal yang telah dilewatkannya selama ini, "Sepertinya, kita harus membahas Kaisa lebih banyak lagi nanti," ujar Raykarian.

"Of course. It's a must!" Keira menyahutinya.

"Maafkan Mas ya, Sayang," ucap Raykarian yang hanya dibalas anggukan kepala dari Keira, "Sebelum Mas kembali ke Amerika, ijinkan Mas untuk memenuhi permintaan Kaisa hari ini. Memakan makanan kesukaan dia, ayam goreng. Boleh ya Bu, please! Please!"

Keira terdiam menatap suaminya yang juga sedang memohon sembari menatapnya dengan penuh cinta, "In one condition," ucap Keira yang sudah menyerah akan tatapan meneduhkan dari suaminya.

"Apa, Sayang?"

"Mulai sekarang, Mas harus mengurangi memakan makanan junk food, Kaisa juga! Sesekali, bolehlah. Tapi nggak setiap minggu, atau setiap hari. Gimana?"

"Oke. Seminggu sekali ya, Sayang?!"

"Dua minggu sekali!"

"Pelan-pelan dong, Sayang!"

Keira mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya di depan wajah Raykarian, sambil melirik ke arah Kaisa yang masih asyik dengan dunianya sendiri.

"Oke! Dua anak cukup ko, Sayang," ujar Raykarian meledek, membuat Keira segera menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah suaminya.

"What?!" Pekik Keira yang langsung disambut kekehan khas ala Raykarian.

"Mas tahu, kamu pasti mendengar ucapan Mas tadi. That's my wish, Baby!"

Keira mematung di tempatnya. Detak jantungnya sudah tak normal lagi saat ini. Ia menatap suaminya yang sedang tersenyum manis kepadanya. Senyuman yang selalu dirindukannya setiap saat.

"Mau?" tawar Raykarian menyodorkan minumannya, "Mas mau buang minuman ini," tambah Raykarian yang membuat Keira mengambilnya lantas meminumnya dan menyisakan setengahnya.

Raykarian membuang minumannya ke dalam tong sampah. Kemudian ia memanggil Kaisa. Kaisa pun segera berlari kecil menghampiri ayahnya.

"Ayah boleh meminta minumannya nggak?" tanya Raykarian kepada Kaisa.

"Punya Ayah mana?" tanya Kaisa.

"Sudah Ayah buang. Rasanya nggak enak," dusta Raykarian.

Kaisa pun segera memberikan minumannya dengan senang hati, "Jangan dihabiskan, Yah!" Ujar Kaisa yang disambut senyuman nakal dari Raykarian.

"Eh! Tinggal sedikit ini," tutur Raykarian sambil menguncangan gelas minuman itu, membuat mulut mungil Kaisa mengerucut.

Keira mengulum senyumnya, melihat tingkah jahil Raykarian kepada anaknya. Raykarian selalu punya cara tersendiri untuk memperbaiki suasana di sekitarnya.

"Ayah," rengek Kaisa kesal, "nanti Kaisa minum apa?"

"Ibu bawa air mineral tuh di dalam tas, ya kan Bu?" tanya Raykarian yang langsung dibalas anggukan dari Keira.

"Tak seronoklah!"

"Seronoklah kalau sama Ayah dan Ibu."

Kaisa mengangguk mendengar ucapan ayahnya. Senyum kecilnya tersungging saat pipinya kembali dicium dengan gemas oleh ayahnya. Suara menggema meminta perhatian pun terdengar, kala pintu theater yang akan dipakai untuk menonton keluarga kecilnya telah dibuka. Raykarian beranjak dari tempat duduknya karena salah satu tangannya ditarik oleh Kaisa. Sedangkan Keira tersenyum simpul melihatnya, seraya mengikuti suami dan anaknya yang sangat antusias memasuki theater.


Dahi Keira mengerut samar, mulutnya pun perlahan menganga saat melihat betapa banyaknya makanan yang berada di atas nampan di hadapannya. Tiga buah McChicken, satu kotak happy meal yang bisa dipastikan berisi ayam goreng di dalamnya, dua bungkus french fries, satu apple pie, secangkir premium roast coffee, ice milo dan sebotol air mineral. Sedangkan Raykarian dan Kaisa tersenyum gembira melihatnya.

"Ini siapa yang mau menghabiskan semuanya?" tanya Keira tak percaya.

"Kitalah," sahut Kaisa dan Raykarian kompak, lantas kekehan tawa dari keduanya pun terdengar.

"Are you serious?!" tanya Keira menatap suaminya, Raykarian.

"Yes, of course, Baby!" Jawab Raykarian lugas, "Ayah akan kasih hadiah kalau Ibu dan Kaisa bisa menghabiskan burger dalam 5 kali gigitan. Bagaimana?" tantang Raykarian.

Raykarian tahu, jika istri dan anaknya pasti tak akan mampu menghabiskan burger di hadapan mereka. Terlebih Keira yang sangat malas untuk makan. Kaisa terlihat sangat gembira mendengarnya. Sedangkan Keira menatap Raykarian dengan kesal. Suaminya itu selalu melakukan hal seperti ini saat dirinya tak mau makan.

"Hadiahnya apa, Yah?" tanya Kaisa ingin tahu.

"Rahasia, gimana? Kaisa siap?" tanya Raykarian.

"Siap, Yah!" Seru Kaisa bersemangat.

"Ibu, ready?" tanya Raykarian kepada Keira yang duduk di sampingnya.

"Jom Ibu, kita habiskan burger-nya!" Ajak Kaisa.

Keira mengangguk pasrah. Ia menatap suaminya yang sedang tersenyum jahil sembari membuka pembungkus burger, dan menuangkan saus ke dalam burger itu. Kemudian memberikan burger itu kepadanya.

"For you, Baby," ucap Raykarian sebelum membantu Kaisa menuangkan saus di dalam burger.

"Sikit je, Yah," pinta Kaisa.

"Kita berdoa dulu sebelum makan," tutur Raykarian mengingatkan.

"Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar. Aamiin." Kaisa dan Raykarian berdoa bersama-sama sebelum makan.

Keira pun mengikutinya dengan lirih diiringi senyumnya yang tersungging. Raykarian tak berubah sedikit pun. Di mata Keira, suaminya masih sosok yang sama seperti beberapa tahun silam. Kebaikan Raykarian mampu menutupi sifat buruknya yang terkadang keras dan emosional.


Raykarian terkekeh melihat istri dan juga anaknya berusaha menggigit burger sebesar mungkin. Keira menutupi mulutnya dengan tisu saat mengunyah burger yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Sedangkan Kaisa terlihat sangat lucu dengan mulut mungil yang penuh dengan gigitan burger-nya.

"Cuma segitu gigitannya?" ledek Raykarian.

"Rese!" Seru Keira disela kegiatan mengunyahnya.

"Look at this!" Titah Raykarian sebelum menggigit burger-nya.

Raykarian tersenyum, sembari menyodorkan burger dengan gigitan yang lebih besar dari pada gigitan Keira dan Kaisa. Membuat Kaisa berusaha kembali untuk mendapatkan gigitan yang lebih besar dari sebelumnya. Keira mengusap salat satu sudut bibir Raykarian yang kotor. Senyuman manis Raykarian pun menyambut perhatian kecilnya.

"Terima kasih, Ibu," ucap Raykarian yang mampu membuat Keira tersipu malu.

Raykarian dan Keira terkekeh melihat tingkah lucu Kaisa yang sedang menggigit burger-nya. Gigitan ketiga dari Kaisa hanya mampu menyisakan setengahnya saja. Raykarian memandang Keira dan Kaisa bergantian dengan lekat. Ia pasti akan sangat merindukan kedua wanita tercintanya nanti. Ia berharap, Keira mau mengikutinya untuk berpindah ke Amerika suatu saat nanti. Kebahagiaannya saat ini sangatlah sederhana. Sesederhana saat melihat Keira dan Kaisa tersenyum dan tertawa bersama.

---

Keira menarik bed cover untuk menutupi tubuh mungil Kaisa yang sudah tertidur. Dikecupnya kening Kaisa sebelum beranjak keluar dari kamarnya. Perlahan, tangan kanannya menutup pintu kamar agar Kaisa tak terbangun. Kedua kakinya melangkah menghampiri suaminya, Raykarian, yang sedang fokus menatap layar laptop di hadapannya. Kacamata minus disertai anti radiasi pun tampak menemaninya, bertengger di hidung mancungnya saat ini.

"Mas minum kopi lagi?" tanya Keira saat melihat secangkir black coffee di atas meja.

"Tadi mengantuk, Sayang," jawab Raykarian enteng.

"Jangan kebanyakan meminum kopi, Mas! Nggak baik! Sehari cukup satu gelas," tutur Keira menasehati suaminya yang memang pecinta kopi.

"Iya, Sayang."

"Jangan cuma iya aja, tapi dipraktikkan!!!"

Raykarian terkekeh. Sudah berapa kali istri cantiknya itu menasehati ini itu kepadanya. Dan semuanya sudah direkam baik olehnya sedari tadi, "Iya, Ibu Keira Sayang. Ayah akan melaksanakannya dengan baik," sahut Raykarian sembari menatap Keira yang juga sedang menatapnya sambil duduk di atas sofa bed.

"Ingat! Di sana jangan kebanyakan makan junk food dan minum kopi!!!" Peringat Keira keras.

Raykarian mengangguk diiringi senyumannya, lantas melepaskan kacamatanya sebelum beranjak dari karpet dan duduk di samping istrinya. Kedua matanya menatap Keira dengan lekat.

"InsyaAllah, Mas akan selalu mengingat pesan kamu, Sayang. Semuanya," tutur Raykarian yang dibalas seulas senyum dari Keira.

"Fiya bilang, besok pagi Ajeng akan datang ke kantor," cerita Keira.

"Oke! Sebelum berangkat, Mas akan mampir ke kantor kamu. Mas akan menyelesaikan semuanya. Kamu yakin, nggak mau pindah ke apartemen Mas?"

"Aku sama Kaisa di sini saja, Mas. Kaisa sudah memiliki teman di sini. Kasihan kalau harus berpindah lagi."

"Mas sedang membuatkan visa dan paspor untuk kamu dan Kaisa."

"Untuk apa?! Aku sama Kaisa sudah punya, Mas."

"Visa dan paspor untuk bisa tinggal di Amerika. Mas berharap, kamu mau menemani Mas di sana suatu saat nanti. Jadi, Mas nggak khawatir meninggalkan kamu dan Kaisa di sini."

Keira terdiam mendengar keinginan Raykarian yang sedari kemarin ditolaknya. Hatinya masih bimbang saat ini. Mengikuti keinginan Raykarian, atau tetap di sini untuk mengenalkan kepada Kaisa akan tempat kelahirannya. Ia tak ingin Kaisa semakin bingung karena selalu berpindah-pindah negara dengan bahasa yang berbeda-beda.

"Maaf, Mas. Aku belum bisa menemani Mas di sana. Kasihan Kaisa kalau harus berpindah lagi dengan bahasa yang berbeda. Kaisa pasti akan bingung dan kesulitan beradaptasi nanti," jelas Keira.

Raykarian mengangguk, " Mas mengerti. Mas akan terus berdoa, semoga kamu bisa cepat berubah pikiran," sahut Raykarian sembari tersenyum simpul.

Keira mengalihkan pandangannya ke arah televisi, kala mendapatkan tatapan intens dari Raykarian yang membuat degup jantungnya menjadi abnormal. Kepalanya menengok saat tangan kanan Raykarian menolehkannya. Menghadapkannya di depan wajah suaminya.

"Just a few minutes, please," pinta Raykarian tanpa melepaskan tatapannya kepada Keira, "I just wanna stare your beautiful face, Baby, closely."

Keira terdiam membeku, mendengar permintaan sederhana Raykarian. Ia berusaha membalas tatapan penuh cinta dari Raykarian dengan senormal mungkin. Degup jantungnya semakin berdetak tak menentu saat tatapan Raykarian semakin lekat dan dalam. Membuat tangan kanannya perlahan meremas kimono dress-nya, menahan rasa gugup yang luar biasa. Sudah lama ia tak pernah mendapat tatapan selekat itu dari Raykarian. Tatapan yang selalu mampu membuatnya tak berkutik sedikit pun.

Selanjutnya, seluruh saraf Keira seakan melemas karena perlakuan Raykarian. Ia memasrahkan dirinya kepada suaminya. Semilir dinginnya AC seakan tak mampu menurunkan kadar panas yang menguar dari tubuh keduanya. Keduanya saling berdoa, berharap hubungan halal mereka kali ini akan mendapatkan rida dari Sang Pemilik Semesta. Rida akan pernikahannya yang belum mendapat restu dari kedua orang tua mereka.

Tbc.

***

"Hah!!! Maaf semuanya, bukan bermaksud PHP kemarin. Kemarin itu lagi proses menyicil, tapi karena mengantuk jadi salah pencet. Maaf ya!

Dan please, buat RakaCintaLovers, Reshilovers, Areshadorer atau PecintaAlpha, tolong jangan demo terus! Kan sudah aku bilang, Aresh Reshi lagi minta cuti. Nanti kalau cuti mereka habis, mereka akan balik ko. Tenang aja!!!

Menulis itu nggak segampang membaca. Jadi, mohon pengertiannya! Nggak marah ko sama demo kalian, tapi kasih space buat napas sebentar. Hohoho. Coba deh kalian belajar untuk menulis! Kalian akan merasakan bagaimana nikmatnya menulis dan membaca yang sebenarnya. Ada sesuatu di antara sekedar membaca dan menulis. Semua orang bisa menulis, jadi nggak ada itu yang namanya mulut ngomel 'Aku nggak bisa nulis.' Bohong!!! Haha.

Oke! Sebelum angkat kaki, terima kasih buat kalian semuanya yang sudah bersedia setia dan sabar menunggu cerita-cerita anehku. This's me, and this is who I am. Thank you so much more my beloved readers ...." Pengayal angkat kaki.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top