1. Bayanganmu

Sebuah bolpoin berwarna silver tampak menganyun dengan lincah di atas buku agenda. Menuliskan beberapa poin penting kala salah satu Perdana Menteri Kepulauan Pasifik sedang menyinggung Indonesia tentang pelanggaran HAM (hak asasi manusia) di Papua dan Papua Barat. Tangan, telinga dan kedua mata tajam Raykarian tampak berkoordinasi dengan baik ketika perwakilan enam negara itu menyerangnya dengan kritikan dan tudingan pedas kepada Indonesia.

Hari ini, Raykarian mendapatkan kesempatan dan kepercayaan dari para diplomat senior sebagai juru bicara yang akan menyampaikan hak jawab di sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), di New York, Amerika Serikat. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu untuk menggunakan hak bersuaranya di muka dunia sebagai utusan perwakilan Indonesia.

"Many reports on human rights violations in West Papua emphasise the inherent corroboration between the right to self-determination that results in direct violation of human rights by Indonesia and its attempts to smother any form of opposition," ungkap salah satu Perdana Menteri dari Kepulauan Solomon.

Menurut Perdana Menteri itu, banyak laporan pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua Barat yang memuat dua sisi, yakni membela diri dari serangan kekerasan oleh pemerintah dan upaya melepaskan diri dari Indonesia. Hal ini membuat Indonesia, melalui Raykarian memprotes keras tudingan negara-negara di Kepulauan Pasifik yang mengkritik catatan HAM di Papua. Tudingan keenam negara tersebut hanyalah salah satu cara untuk mengalihkan perhatian dari masalah politik dan sosial dalam negeri mereka.

Senyum terkulum Raykarian terukir. Bersamaan dengan itu, tangan kanannya menurunkan mikrofon yang berada tepat di hadapannya sebelum meminta ijin untuk menggunakan hak jawabnya. Ia pun teringat akan ucapan salah satu seniornya, Kinara Rakhma, kala dirinya beradu pendapat tentang masalah pelanggaran HAM.

"We categorically reject the continuing insinuations in their statements. They clearly reflect an unfortunate lack of understanding of the history, current developments and on-going progressive developments in Indonesia including the provinces of Papua and West Papua." Raykarian membalas dengan tajam serangan delegasi-delegasi dari enam negara tersebut.

Raykarian mengungkapkan, bahwa kami menolak mentah-mentah sindiran terus menerus dalam pernyataan keenam negara tersebut. Itu jelas mencerminkan ketidakpahaman mereka terhadap sejarah, situasi saat ini dan perkembangan progresif di Indonesia termasuk di provinsi Papua dan Papua Barat. Tak sampai di situ saja, ia membalas satu persatu kritikan dari keenam negara itu dengan tenang dan berani.

"These countries are using the general Assembly to advance their domestic agenda, and for some countries to divert attention from political and social problems at home. The countries are also using false and fabricated information as the basis of their statements. The conduct of these countries undermines the UN charter and are detrimental to the credibility of this assembly," papar Raykarian lugas dan tegas.

Raykarian memprotes, bahwa negara-negara itu sudah menggunakan Majelis Umum PBB untuk mengajukan agenda domestik mereka dan bagi beberapa negara untuk mengalihkan perhatian dari persoalan politik dan persoalan sosial di negara mereka. Negara-negara itu juga menggunakan informasi yang salah dan mengada-ada sebagai landasan pernyataan mereka. Sikap negara- negara itu meremehkan piagam PBB dan membahayakan kredibilitas Majelis. 

Raykarian mengembuskan napas leganya, setelah selesai memaparkan protesan kerasnya terhadap kritikan keenam negara Kepulauan Pasifik tentang pelanggaran HAM di Indonesia. Ia pun tak lupa mengakhiri pidatonya dengan sebuah pepatah lama yang membuat semua orang di persidangan terhenyak.

"We have a well-known saying in our Asia-Pacific region: when one points the index finger to others, the thumb automatically points to one’s own face. Thank you," pungkas Raykarian menyindir keras, sembari menatap tajam salah satu perwakilan keenam negara yang sempat menunjuknya dengan jari telunjuk.

Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, pepatah itu menjelaskan bahwa ketika seseorang menunjukkan jari telunjuknya kepada yang lain, jari jemarinya secara otomatis menunjuk pada wajahnya sendiri. Penutup pamungkas dari Raykarian itu telah mampu membuat suasana di persidangan menjadi hening. Seketika semua orang yang hadir di persidangan menjadi ingin tahu siapa sosok RM. Raykarian Narotama Yudaningrat. Diplomat muda yang berani dan tegas menuturkan hak jawab mewakili Indonesia dengan baik dan fasih.

Dalam hati, Raykarian tersenyum bangga. Ia telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik di sidang umum PBB kali ini. Inilah cita-citanya, sekaligus pembuktian rasa cinta tanah airnya kepada Indonesia melalui pekerjaannya sebagai seorang diplomat.

---

Dahi Raykarian mengerut samar, ketika melihat beberapa notifikasi yang tiada henti di smartphone-nya. Ucapan selamat dan postingan video kala dirinya membalas satu persatu serangan kritikan dari keenam negara Kepulauan Pasifik di sidang PBB telah beredar di dunia maya. Menjadikannya sebagai salah satu viral saat ini. Semua orang seakan ingin mengenal dirinya lebih dalam lagi.

Tiba-tiba tatapan tajamnya berubah menjadi tatapan sendu, saat melihat sebuah foto dirinya dan wanita cantik berhijab yang terpampang sebagai wallpaper di layar datar laptop-nya. Ia terdiam, memandang foto itu dengan lekat. Foto yang selalu memberinya semangat dan menemaninya selama merantau di negeri orang.

Keira Alyssa Al-Khatiri. Wanita yang selalu dirindukannya selama kurang lebih empat tahun terakhir. Wanita yang telah berhasil mengisi kekosongan hatinya, selain keluarganya. Wanita yang mampu membuatnya memutuskan untuk berhenti mencintai wanita lain. Wanita yang tak lain adalah istri tercintanya, namun tak dapat disentuhnya hingga detik ini.

Pandangan mata Raykarian beralih. Menatap layar smartphone-nya yang menyala karena berdering. Ia menghela dan mengembuskan napasnya sebelum mengangkat telpon itu.

"Assalamualaikum, Ibu," salam Raykarian sopan.

"Wa'alaikumsalam, Mas. Bagaimana kabar kamu di sana? Sehat?" tanya ibunda Raykarian, "Ibu kangen sama kamu, Mas. Tadi Ibu sempat melihat video kamu yang sedang menyampaikan pendapat di persidangan. Kamu hebat! Tambah ganteng kamu, Mas."

"Matur nuwun, Bu. Alhamdulillah, Raki sehat di sini. Raki juga kangen sama Romo dan Ibu. Romo dan Ibu, apa kabar? Sehat bukan?" sahut Raykarian yang membuat ibundanya meneteskan air matanya.

"Romo sedang sakit, Mas. Kapan kamu bisa pulang?"

"Raki belum bisa pulang, Bu. Bisa bicara dengan Romo?"

"Romomu sedang tidur, Mas. Pulanglah sebentar, Mas. Jenguk Romo dan Ibu!"

"Maaf, Ibu. Tadi pagi sebelum berangkat ke persidangan, Raki sempat menelpon Romo. Alhamdulillah, beliau sehat wal'afiat. Jangan pernah berbohong dengan alasan kesehatan, Bu! Apa Ibu ingin Romo sakit?"

"Apa maksud kamu, Mas?! Ibu tidak berbohong."

"Raki tahu, Ibu ingin mengenalkan dan menjodohkan putri-putri sahabat Ibu kepada Raki bukan?! Raki sudah menikah, Bu!"

"Menikah?! Mana istri kamu? Seorang istri nggak akan pergi meninggalkan suaminya tanpa pamit!"

"Dan Ibu yang telah mengusirnya tanpa sepengetahuan Raki!"

"Empat tahun lebih dia meninggalkan kamu, Mas! Itu sama saja seperti pernikahan yang sudah bercerai."

"Hanya Allah yang bisa menceraikan kami, Bu. Bukan hukum, bukan pula Ibu! Sampai Raki mati sekalipun, Raki tidak akan pernah menceraikan Keira!"

"Mas Raki!!!"

"Maafkan Raki, Bu. Selama Ibu selalu berusaha memaksakan kehendak Ibu kepada Raki, selama itu pula Raki tidak akan pernah pulang. Assalamualaikum."

Raykarian mengatur napasnya yang memburu, setelah memutus panggilan telpon secara sepihak. Menahan emosinya yang kembali meledak karena ulah ibundanya. Jeratan darah biru yang mengalir di tubuhnya, membuatnya seakan sulit untuk bergerak dan bernapas jika sudah berhadapan dengan adat dan aturan di dalam Keraton. Entah apa yang membuat ibundanya masih berpikiran sempit saat memandang orang-orang di luar Keraton.

Hal inilah yang membuat Raykarian memutuskan untuk bergabung ke Kementerian Luar Negeri dan menjadi seorang diplomat. Setidaknya, pekerjaannya saat ini bisa menjauhkannya dari sikap kolot ibundanya. Ia pun sangat mengerti, mengapa Keira meninggalkannya. Setitik rasa bahagia masih terselip dibenaknya, karena telah menikahi Keira walau dengan membawa beban berat atas dosa perbuatan terkutuknya.

Semuanya sudah terjadi. Meskipun tindakan berdosanya bersama Keira dilakukan atas dasar cinta, namun hal itu tetaplah tidak bisa dibenarkan. Bukan hanya kedua orang tuanya dan orang tua Keira yang tidak merestui pernikahannya, langit pun ikut tak merestui hal itu. Takdir membuat mereka semakin berjarak hingga tak mampu lagi untuk saling menggenggam tangan dengan erat.

Entah di mana dan bagaimana keadaan Keira beserta anaknya saat ini. Ia selalu yakin, bahwa cintanya dan cinta tulus Keira akan membawa mereka berkumpul kembali meraih kebahagian bersama. Kebahagiaan yang selama ini diimpi-impikannya.

Tbc.

***

"Holaaa ...,
Pusing nggak bacanya???
Well, kalau pusing ya silahkan di-remove saja. Hehe. Lagian sudah aku artikan di bawahnya. Apalagi kalau nggak setia buat menunggu, nggak usah coba-coba mampir di lapak anehku. Wkwkwk.

Maafkan aku yang sudah nggak bisa menahan sampah khayalanku lebih lama di otak dan di draft watty. Ini tercipta karena rasa kagum saat melihat videonya mbak Nara Masista, diplomat cantik yang tiba-tiba menjadi viral beberapa bulan lalu. Apa daya diriku yang cita-citanya pengen sehebat dia. One day, semoga bisa menjadi seseorang yang bisa dibanggakan untuk keluarga sendiri. Aamiin. Dan salah satu ucapan keren mbak Nara, sudah dikutip oleh mas Raykarian-nya aku. Sosok diplomat muda yang ganteng dan keren di otakku.

Please! Jangan meminta next apa pun di sini! Karena percuma saja, aku ini nggak bisa dipaksa, hahaha. I'm moody, you know?! Hohoho. Nikmatilah apa yang ada, walau nggak tahu akan dibawa kemana ini nanti. Tapi, garis merah sudah terancang. Mungkin agak mainstream. Karena memang dibuat agar lebih ringan dari cerita aneh sebelumnya. Selamat menikmati. Semoga bisa mengambil pelajaran dari cerita aneh ini.

Angkat kaki dulu!

Bye my beloved readers.

Assalamualaikum." Pengkhayal angkat kaki dan lari.

http://jakarta.coconuts.co/2016/09/29/indonesian-diplomat-nara-masista-rakhmatia-impresses-public-after-un-general-assembly

https://wpan.wordpress.com/2016/09/26/indonesia-accuses-pacific-countries-of-interference/

0811.16

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top