Chapter 3.
"Mir, lo bawa kameranya?'' Tanya Arya tiba-tiba.
"Bawa dong. Kan belum selesai ngambil foto-fotonya.''
"Boleh gue bawa pulang sehari nggak, gue butuh. Besok pasti gue balikin ke lo.'' Katanya tersenyum
"Ya boleh dong. Lagian kan ini memang punya lo. Bawa aja nggak papa.'' Mira menyerahkan kamera itu kepemilik aslinya.
Besoknya, seperti yang Arya katakan ia membawa kembali kamera itu dan menyerahkannya pada Mira. "Nih, lo bisa pake lagi.''
"Oke.'' Mira mengambil benda itu dari tangan Arya ''lagian dikit lagi kok. Udah banyak juga foto-fotonya. Mungkin hari ini hari terakhir kita foto-foto.''
***
Keesokan harinya...
"Loh kok Arya nggak masuk sih.'' Keluh Mira menatap bangku kosong disebelahnya.
"Yaudah deh, kalo gitu besok aja gue balikin kameranya. Sekalian kasih memorycard nya ke Tito.'' Katanya bergumam sendiri.
***
"To, ini video sama foto-fotonya. Lo edit-edit ya sebagus mungkin.'' Mira menyerahkan sebuah memorycard berisi video yang foto-foto yang selama ini ia ambil bersama Arya.
"Udah semua? Yakin?'' Tito menatap Mira ragu.
"Ehmm.. Arya katanya nggak mau difoto.'' Jawabnya sedih sambil melirik kearah bangku kosong yang biasanya diduduki Arya.
Tito ikut menoleh kearah yang Mira pandang. "Loh Aryanya mana?''
"Dia nggak masuk udah dua hari ini.'' Katanya lagi.
"Dia nggak ngehubungin lo?''
"Nggak. Gue udah coba nanya sama yang lain. Mereka juga nggak punya kontaknya, ataupun alamat rumahnya.'' Mira semakin lesu, karena ia tak tahu kabar teman sebangkunya hampir 2 hari ini. Bahkan kamera milik Arya masih berada ditangannya.
"Padahal rencananya gue mau balikin kameranya hati ini.'' Katanya lagi.
"Yaudah, balikin waktu dia masuk aja.'' Tito tersenyum.
"Oh ya! Jangan hapus apapun ya! Termasuk foto lo!'' Mira memelototi Tito. "Kalo sampe lo hapus, dosa lo to!''
"Ck. Iya iya. Nggak bakal gue hapus. Gue janji!'' Katanya mengangkat jarinya membentuk huruf V.
"Bagus kalo gitu!'' Mira tersenyum girang sambil menepuk-nepuk punggung Tito.
***
Akhirnya sampai hari Ujian Nasional pun Arya tak pernah datang kembali kesekolah. Sampai saat hari perpisahan kelas pun ia tak kunjung datang.
Kabar duka itu datang saat hari terakhir mereka menjalani Ujian Nasional.
Pak Indra datang dengan wajah lesu. Ia senang anak-anak didiknya lulus semua tapi, ada satu orang yang bahkan tak sempat untuk mengerjakan soal-soal ujian itu.
"Anak-anak. Kita punya berita duka.'' Pak Indra memandang satu persatu muridnya dan berhenti pada Mira.
Mira menatap balik kearah Pak Indra, ia tahu perasaannya sangat tak enak. Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi. Ia sudah menduganya, tapi ia sama sekali tak mengakuinya. Bahkan sebelum Pak Indra menyampaikan kabar tersebut ia sudah lebih dulu meneteskan air matanya.
"Teman kita, Arya. Ia pergi meninggalkan kita selama-lamanya.'' Suara Pak Indra tercekat. Ia tak lagi mampu berkata-kata dan kemudian duduk menenangkan dirinya.
Beberapa anak perempuan terdengar menangis sesenggukan. Bahkan hampir semua laki-laki dikelasnyapun meneteskan air mata.
"Arya.'' Gumam Mira tak percaya.
"Maaf. Selama ini saya dan guru-guru lain harus merahasiakannya. Ini permintaan dari keluarga Arya.'' Pak Indra tetap menundukkan kepalanya.
Mira menangis sesenggukan, suara menangisnya lah yang paling keras diantara yang lainnya.
"Sabar Mir.'' Saras mengusap-usap punggungnya sambil menitikkan air mata. "Kita tau, selama ini lo yang paling deket sama dia. Kita tau, lo yang paling merasa kehilangan diantara kita semua.''
"Gue.. gue bahkan nggak tau kalo dia sakit.'' Mira tak bisa menahan air matanya.
"Hiks...gue..bahkan nyuruh dia rajin masuk sekolah tanpa tau kalo dia lagi berjuang..hiks.'' Mira menggenggam erat-erat kamera milik Arya.
"Gue bahkan belum sempet...hiks.. bilang ke dia.. kalo gue sayang sama dia..gue bahagia punya temen kayak dia..gue...''
"Sstttt... stop Mir. Gue tau kok.'' Kata Tito yang sudah berada disampingnya, ditempat duduk Arya. Tito mengusap kepalanya pelan menenangkannya.
Setelah lebih dari 30 menit, semuanya mencoba berhenti menangis, semua mata memandang kearah Tito yang berdiri didepan kelas. Tak terkecuali dengan Mira. Air matanya masih saja terus mengalir, tetapi ia menatap Tito yang sudah siap dengan video dokumenter di laptopnya.
"Video dokumenter ini sebenarnya dipersembahkan untuk wali kelas kita Pak Indra. Terima kasih Pak Indra yang selama setahun ini sudah membimbing kita, sabar dengan kenakalan-kenakalan kita, dan menjadi guru sekaligus orangtua yang baik untuk kita.'' Tito tersenyum kearah Pak Indra.
"Ide untuk membuat video ini diusulkan oleh teman kita, Arya. Dan semua video serta foto-foto juga diambil oleh Arya dan Mira. Tepuk tangan untuk jasa teman kita.'' Tito menatap Mira sambil tersenyum.
"Dan saya, sebagai pengedit dan penyunting akhir video ini.'' Katanya lalu memutar video dilaptopnya, dan menyambungkannya ke LCD.
Video itu dimulai dengan rekaman pertama Mira. "Halo guys, gue Mira sebagai host bersama Arya sang kameramen. Arya yang pegang kamera.'' Katanya terkekeh geli.
Lalu kemudian video itu menyorot saat pak Indra mengajar didalam kelas. Semua orang terkekeh ketika pak Indra menegur Arya dan Mira yang mengobrol dikelas.
"Jadi karena itu kalian berdua ribut didalam kelas.'' Pak Indra tersenyum terharu melihat kearah Mira yang balas tersenyum.
Lalu video itu berganti dengan pesan kesan satu persatu teman-teman sekelas Mira terhadap pak Indra dan juga terhadap teman-teman sekelas mereka dimulai dari Agung si ketua kelas.
"Ah ya. Gue..ah maksudnya saya Agung.'' Katanya kikuk. Semua orang tertawa melihat gelagat lucunya didalam video. "Makasih buat temen-temen yang selama ini udah percaya sama saya dan menjadikan saya ketua kelas. Dan Buat pak Indra, makasih bapak udah jadi guru, bahkan temen paling hebat untuk kami selama kami bersekolah disini.''
Setelah itu video itu menampilkan foto-foto semua anak-anak dengan berbagai gaya. Bahkan foto saat Agung tertidur dikelas yang diambil Arya pun dimasukkan ke dalam dokumenter.
Video saat mereka sedang serius belajar, dan bahkan saat pelajaran olahraga. Terlihat Mira mendribel bola basket kemudian menembakkannya ke ring, lalu ia juga berteriak dengan girangnya sambil melompat-lompat karena berhasil.
"Hahaha, Mira. Lo lucu banget! Hahaha.''
Semua terdiam dan semua teman-temannya menoleh kearah Mira.
"Itu..suara Arya.'' Air mata Mira kembali menetes.
Dan adegan terakhir adalah foto seluruh penghuni kelas bersama Indra, kecuali Arya. Karena Arya lah yang mengambil gambar itu.
"Sama sekali nggak ada Arya di video ini.'' Tito menjelaskan.
"Kenapa?'' Agung bertanya heran.
"Gue rasa, Mira yang berhak menjawabnya.'' Tito melihat kearahnya.
Mira berdiri dan berjalan kedepan kelas. "Sebenarnya, waktu gue mau mengambil fotonya ia langsung marah. Arya bilang, dia nggak suka difoto.''
"Kenapa gitu?'' Kali ini Saras yang bertanya.
Mira menggeleng, ''gue juga bggak tau.''
Tiba-tiba Tito menyetel sebuah video.
"Ehem..!'' Mira menoleh kaget kearah layar LCD. Ia mengenali suara itu.
"Arya?'' Mira melotot kaget melihat wajah Arya di layar.
"Ehmm.. halo Mir. Gue..sebenernya nggak suka ninggalin foto atau video kayak gini.'' Katanya mengusap-usap temgkuknya.
"Gue nggak mau ninggalin kenangan apapun, karena gue tau lo pasti bakal sedih karena inget gue.'' Katanya tersenyum dan menatap kamera beberapa saat.
"Tapi... gue berubah pikiran.'' Ia kembali tersenyum. "Lo pasti bakal nangis dan nyalahin gue kalo gue menghilang tanpa jejak. Jadi.. untuk terakhir kalinya gue mau bilang sesuatu ke lo.''
"Gue sayang lo, Mir. Tapi, maaf... gue nggak bisa selalu ada untuk lo. Entah sejak kapan gue suka sama lo, gue juga nggak tau. Tapi yang jelas, gue nggak bisa berada disamping lo. Saat lo nonton video ini, gue yakin seratus persen! Nggak! Seribu persen malah.. kalo gue udah nggak ada didunia ini. Karena itu, gue cuma mau bilang gue sayang sama lo. Dan selama lo inget sama gue, gue masih hidup disini.'' Arya menunjuk kearah dadanya. "Gue akan selalu hidup dihati lo, dimanapun, dan sampe kapanpun selama lo masih mengingat gue.''
"Oh ya! Buat Tito... sorry gue kalah sama lo, karena gue nggak bisa jagain Mira. Kali ini giliran lo to. Kalo bisa, rebut Mira dari gue! Jagain dia buat gue. Dan juga makasih karena lo nepatin janji lo.''
"Buat temen-temen dan Pak Indra.. makasih udah pernah hadir di hidup Arya yang singkat ini.. terutama lo, Mira.'' Ia tersenyum dengan cerianya.
"Mira.. tolong jaga kamera gue baik-baik ya. Itu barang kesayangan gue.''
Setelah kata-kata terakhir itu video layar LCD itu menghitam pertanda kalau videonya sudah berakhir.
Hening.... tak ada suara apapun selain suara tangis Mira
"Arya! Bego! Hikss..Kenapa lo pergi?!'' Makinya sambil menangis.
"Kenapa lo bilangnya lewat video?! Hiks.. Kenapa lo nggak bilang langsung?!'' Ia jatuh terduduk sambil memeluk kamera pemberian Arya.
"Gue juga sayang lo.'' Balasnya sambil menangis meraung-raung.
***
Copyright by :nopnob
See you in next job guys, 😂😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top