Chapter 1.
"Mira, kamu terlambat lagi?'' Tanya wali kelasnya, Pak Indra yang kebetulan sedang mengajar jam pertama dikelasnya.
"Maaf pak, saya bangun kesiangan.'' Katanya pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Sudah, sana duduk. Percuma nasehatin kamu, besok juga terlambat lagi.'' Kata Pak Indra geleng-geleng kepala diikuti tawa teman-teman sekelasnya.
Mira lalu berjalan kearah tempat duduknya yang berada paling belakang dan berada di pojok kiri kelas. Ia menatap sekilas kearah bangku kosong yang ada disebelahnya.
Lagi-lagi teman sebangkunya itu tak masuk, padahal ini tahun terakhir mereka di SMA ini. Ini sudah kesekian kalinya ia tak masuk dalam bulan ini. Bahkan semenjak mereka duduk sebangku, Mira cukup dekat dengannya, mereka juga bisa dibilang akrab. Tapi ia tak banyak tahu tentangnya, yang ia tahu namanya adalah Arya Pratama. Ia anak yang pendiam tetapi sangat ramah pada semua orang.
Dalam waktu seminggu teman sebangkunya itu hanya sekali atau dua kali masuk. Entah apa alasannya setiap Mira dan teman-teman sekelas lainnya menanyakan hal ini pada guru-guru mereka selalu berkilah dan mengalihkan pembicaraan.
"Ah, mungkin ia punya alasannya sendiri.'' Kata Mira tak mau berprasangka buruk.
***
"Mira, lagi-lagi kamu terlambat. Kamu ini perempuan kan? Harusnya anak perempuan itu bangunnya pagi!'' Omel Bu Farida, guru matematika mereka yang terkenal dengan kecerewetannya.
"Maaf bu.'' Mira memasang wajah memelas.
"Kalau sekali lagi kamu terlambat, ibu akan panggil orangtua kamu! Mau kamu?'' Ancam bu Farida.
"Jangan bu, tolong jangan panggil orangtua saya bu. Saya janji nggak akan telat lagi. Ini yang terakhir deh bu.'' Kata Mira akhirnya.
"Yasudah, duduk sana. Inget omongan ibu. Ibu akan memanggil orangtua kamu sungguhan jika besok kamu masih terlambat juga!'' Katanya masih terus memarahi Mira.
Mira menghela napas pasra dan berjalan kearah bangkunya, dan melihat seseorang tersenyum kearahnya.
"Lo ratunya telat ya.'' Ejeknya sambil berbisik.
Mira bukannya membalas dan malah menatap heran kearahnya, ''Arya? Lo masuk?''
"Kenapa? Nggak boleh?'' Katanya balik bertanya.
"Ya bukan gitu. Lo kan rajanya bolos.'' Mira balik mengejeknya.
Ia terkekeh kecil mendengar jawaban Mira. "Mulai sekarang gue bakal rajin masuk kok.''
"Baguslah, lagian kita juga bentar lagi lulus.''
Arya hanya mengangguk kecil dan tersenyum.
***
"Temen-temen! Jangan pulang dulu.'' Teriak Agung, ketua kelas mereka membuat semua perhatian tertuju padanya.
"Kenapa gung? Ada apa?'' Protes Saras, salah satu teman sekelas mereka yang sudah bersiap-siap pulang dan memakai tas ranselnya.
"Gue mau rundingan buat acara perpisahan kita nanti. Ada saran kita harus buat apa untuk Pak Indra? Seenggaknya kita harus ngasih sesuatu yang berkesan untuk dia, karena selama ini beliau udah jadi wali kelas kita. Ada saran?''
"Gimana kalau video dokumenter?'' Kata seseorang yang berada disebelah Mira, yang tak lain adalah Arya.
"Boleh juga sarannya Arya. Menurut kalian gimana?'' Agung kembali menatap teman-teman sekelasnya satu persatu.
"Gue setuju!'' Jawab Saras mengangkat tangan.
"Tapi siapa yang bakal ngeditnya? Ada bisa edit video disini?'' Mira membuka suara.
"Kalo itu sih gampang, ada Tito!'' Celetuk Agung sambil cengengesan menatap seorang anak laki-laki berkacamata bernama Tito yang duduk paling depan.
"Gimana to? Mau ya?'' Bujuk Agung.
"Oke deh.'' Katanya tersenyum kecut sambil mengangguk.
"Jadi kita tinggal milih siapa kameramennya.'' Agung kembali menatap teman-temannya dari depan kelas. "Ada yang bersedia?''
"Gue bisa!'' Arya mengangkat tangannya.
"Arya? Yakin lo?'' Tanya Agung kaget.
"Iya, tapi gue butuh satu orang lagi buat bantuin gue.'' Katanya tersenyum penuh arti.
"Oke. Ada yang mau bantuin Arya?'' Agung kembali bertanya.
Beberapa anak perempuan menunjuk tangannya dengan wajah penuh harap. Tentu saja mereka dengan senang hati akan melakukannya. Siapa yang tak mau jika disuruh terus berduaan dengan Arya yang terkenal dengan ketampanan dan keramahannya.
"Gue mau Mira aja boleh?'' Arya menggaruk tengkuknya tak enak karena beberapa anak perempuan bersedia membantunya.
"Eh?! Gue?!'' Mira kaget dan menunjuk dirinya sendiri.
"Oke, kalo gitu Mira bantuin Arya ya. Rapat selesai. Kalian boleh pulang. Nanti malem kita bahas lagi di grup Line.'' Kata Agung mengakhiri musyawarah itu.
"Ta..tapi kan gue belom bilang iya.'' Kata Mira pelan, sambil merengut menatap Agung dari kejauhan. Dan Agung yang ditatap hanya tersenyum meminta maaf.
"Mohon bantuannya ya ratu telat.'' Arya menepuk bahunya sambil tersenyum lebar kearahnya.
"I..iya deh.'' Jawab Mira pasrah. "Tapi gue nggak punya kamera.'' Katanya lagi.
"Tenang, gue ada kok dirumah.'' Arya lagi-lagi tersenyum kearahnya membuat jantungnya bisa saja tiba-tiba berhenti.
Gawat! Bagaimana kalau ia semakin salah tingkah berada didekatnya? Bagaimanapun juga kan ia perempuan normal, tak mungkin ia tak mengakui wajah Arya yang tampan.
Apalagi laki-laki satu ini sangat ramah dan sopan kepada siapapun, membuatnya menjadi idola kelas. Ia memiliki banyak nilai plus dimata wanita karena kepribadiannya yang satu ini.
***
Keesokan harinya, mereka membuat rekaman saat Pak Indra sedang mengajar didalam kelas secara diam-diam. Tentu saja, Arya dan Mira yang melakukannya. Dengan hati-hati mereka menyembunyikan kamera itu dibalik tas Mira yang selalu ia taruh diatas meja. Dengan ajaibnya, mungkin juga karena Mira duduk dibarisan paling belakang, ia bisa dengan leluasa mengarahkan kameranya kearah Pak Indra yang sedang mengajar maupun kearah teman-teman sekelasnya .
"Ssstt.'' Tegur Arya.
"Apa?'' Jawab Mira tanpa suara, hanya dengan gerakan bibirnya.
"Siniin kameranya, biar lo juga kena sorot.'' Bisiknya pada Mira.
Mira menggeleng kuat-kuat. "Nggak mau ah.''
"Kenapa?''
"Ehem.. Mira, Arya. Apa yang kalian bisik-bisikkan sedari tadi?'' Tagur Pak Indra.
"Eh..anu.. nggak pak.'' Arya tergagap.
"Maaf pak. Kami cuma ngobrolin tentang bapak.'' Jawab Mira tenang
"Ada apa dengan saya?'' Tanya Pak Indra tak mengerti.
"Pak Indra hari ini ganteng.'' Jawab Mira asal.
Sedetik kemudian terdengar tawa seluruh teman sekelasnya.
"Ssstt! Sudah, jangan ribut lagi. Mira, Arya perhatikan kalau ada guru sedang mengajar. Jangan sibuk mengobrol sendiri. Kalau kalian masih mau ngobrol, bisa kalian teruskan saat istirahat nati.'' Katanya tegas.
"Iya pak.'' Jawab Mira dan Arya pelan.
***
Mira masih melihat-lihat hasil fotonya hari ini. Tinggal dirinya dan Arya yang masih ada didalam kelas. Kelas mereka sudah berakhir dari sekitar 15 menit yang lalu.
"Gue balik duluan ya.'' Arya menepuk bahu Mira pelan.
"Eh, iya iya. Duluan aja.'' Mira mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ini kameranya?''
"Lo bawa aja.'' Arya tersenyum.
"Serius?''
"Iya. Lagian, lo juga mau milih-milih foto yang bagus buat di masukin ke video kan? Bawa aja nggak papa.'' Katanya berdiri lalu berjalan kearah pintu kelas.
"Oke, makasih ya.'' Mira tersenyum senang.
"Gue duluan.'' Katanya melambaikan tangannya dan menghilang dibalik pintu.
Setelah Arya pergi, ia kembali menatap foto-foto di kamera yang ada ditangannya sambil terkekeh geli sesekali.
Tuk..tuk!
Tiba-tiba seseorang mengetuk mejanya beberapa kali.
"Eh?'' Mira berjengit kaget saat melihat seseorang sudah berdiri dihadapannya.
***
Copyright by : nopnob
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top