20. KKN (3)

Jisoo
Hari ini prokerku
Doain ya, biar lancar ♡
Kalo selesai nanti aku telpon, mungkin agak siangan
Oiya, jangan lupa sarapan. Jangan kebiasaan gak sarapan, nanti kamu sakit!
_________

Siang hampir berlalu, tak lama lagi hari akan berganti mendekati petang. Dari dia bangun tidur jam 10-an hingga sekarang, Taeyong terus menunggu deringan ponselnya. Matanya terus fokus ke ponselnya tanpa beralih, hanya kecuali seseorang memanggil dia baru mau menoleh, membalas sesaat panggilan, lalu balik fokus lagi ke ponselnya. Wajahnya akan berubah ketika dering ponsel menyala, tapi giliran nama orang lain muncul wajahnya berubah cepat murung dan dia mengabaikan panggilan orang tersebut, bahkan sampai mengutuk si penelepon karena membuatnya excited pada sesuatu yang bukan harapannya.

Semakin lama menunggu, dia semakin cemas. Jisoo jarang sekali tak menempati janjinya sendiri. Apabila situasi di sana lagi tak memungkinkan, kekasihnya pasti akan memberinya kabar lagi walau berupa pesan pendek. Tapi selama menunggu teleponnya, dia enggak dapat chat apa-apa dari Jisoo selain chat terakhirnya pagi itu, sebagai kabar tambahan kalau situasinya kurang mendukung buat teleponan.

Taeyong mengigit cemas bagian dalam bibirnya. Kesabarannya perlahan menipis. Tak kuasa menunggu lebih lama lagi. Apalagi sejak angka pada layar ponselnya berganti dari 2 menjadi 3. Bukti bahwa siang telah berganti sore, membuatnya jadi tak sabaran sehingga bergegas merebut ponsel di meja kemudian menghubungi nomernya.

Panggilan berdering tanda terhubung. Jarang-jarang ada jeda lama. Taeyong mengigit semakin keras bibirnya. Rasa cemas berkelebat di matanya. Tidak seperti biasanya Jisoo selama ini buat menerima panggilan atau memaksanya menunggunya.

Panggilan terputus. Taeyong mencoba lagi. Sekali lagi responnya lama sampai sambungan terputuskan lagi. Dia mencoba ketiga, gagal lagi. Percobaan keempat tetap gagal. Percobaan kelima sama saja gagal. Taeyong enggan menyerah, tetap menghubunginya entah mau sampai percobaan keberapa. Dari semua panggilannya, tak ada satupun panggilan yang diterima.

Dia mendadak kalut khawatir. Berdiri dari sofa sambil meremas ponsel di tangan. Berjalan mondar-mandir, mulutnya menggerutu, dan tatapannya terkesan jadi kesal, cemas, dan frustasi.

Jimin yang menyaksikan perilaku temannya hanya geleng-geleng, malas berkomentar. Kalau dia nekat berceletuk sok tahu sementara Taeyong lagi kelihatan banget frustasinya, bisa-bisa dia kena gorok. Tapi sejujurnya dia ingin sekali menjahili Taeyong dengan cara memanas-manasinya.

Selain Jimin, masih ada orang lain juga yang diam-diam mengamatinya. Kebetulan di kontrakan lagi ramai banyak teman Chanyeol main, ada Aaron juga yang sama-sama enggak ikut KKN senasib kayak Taeyong. Juga kenalan dari Jimin, anak-anak dari kampusnya. Beberapa ada di halaman belakang, sibuk ngerank sambil dengerin orang nyanyi dan ngejreng gitarnya. Sebagian ada di ruang tengah main play station bareng Jimin, ada lagi yang rumpi biasa ngomongin soal sepatu dan hal random. Chanyeol sendiri berduaan sama ceweknya, si Rhea, di kamar—mereka resmi jadian beberapa minggu lalu. Meninggalkan teman-teman mereka di luar, termasuk si Vivi juga dibiarin Rhea bareng cewek dari teman Chanyeol di ruang tengah.

Taeyong mengusak gusar kepalanya setelah percobaan kesekiannya gagal. Semua panggilannya enggak diterima. Semakin jelas betapa frustasinya dia sekarang. Hingga terpikirkan olehnya untuk pergi, menyusul Jisoo ke tempat KKN-nya andaikan Jonghyun tak segera menegurnya saat mengamati tindak-tinduknya itu.

“Lo napa, sih?”

Taeyong mengusap kasar wajahnya yang terlihag frustasi. “Cewek gue, Hyun.”

“Iya. Kenapa?”

“Telepon gue gak dijawab.”

“Hayoloh,” celetuk Jimin refleks tanpa sadar.

Taeyong memelototinya sehingga Jimin membuang wajah dan pura-pura tak melihat.

“Masih sibuk mungkin,” ujar Jonghyun.

“Kelewat sibuk kali. Teman gue banyak free-nya selama dia kkn. Cewek lo kkn dapat desa mana, sih?” timpal Aaron tak sengaja mendengar. “Hati-hati, Yong. Kkn sarangnya orang selingkuh. Haha.”

Jonghyun buru-buru melanjutkan, “Lo tunggu aja. Ntar doi juga nelpon lo pas lihat notifikasinya.”

Sialnya, orang lain juga ikut menimpali berdasarkan pengalamannya. “Haha asli lo kalau ikut kkn mau selingkuh di sana juga gak bakalan ketahuan. Apalagi kalau teman sekelompok lo kompak, mau jagain rahasia busuk lo selama kkn.”

“Apalagi cewek lo cakep, Yong. Yang naksir doi pasti banyak, tuh! Hahaha.” Entah siapa yang berceletuk sekarang karena telinga Taeyong sudah mulai panas. Hampir dia jadi gelap mata sebelum Jonghyun menahan lengannya.

“Mau ke mana?” tanya Jonghyuk ikut was-was.

Taeyong menggertakkan giginya, menahan kegaduhan di hatinya.

“Lo mau nyusulin ke sana, kan? Gila lo.”

“Mau gimana lagi. Udah sore, dia gak ada kabar.”

Orang-orang yang mendengar tertawa, meremehkan rasa khawatir berlebihannya.

“Cewek lo bukan anak kecil kali, Yong,” timpal Jimin. “Daripada lo ke sana mending nyuruh si Bobby, Yuta, atau Taehyung buat ngecek. Kalau mereka sudi jadi kacung lu. Atau lu tanya aja tuh sama si Hwasa atau gak Johnny.”

“Taeyong punya cewek jadi ngeri-ngeri sedap, ya! Padahal dulu kalau bosen, ganti baru lagi.”

“Ssst! Hati-hati lo kena damprat sama orangnya,” tegur Jimin mencoba menyelamatkan orang itu dari singa yang lagi berapi-api.

“Terus kalau lo udah sampai sana, lo mau ngapain? Mau malu-maluin cewek lo depan kelompoknya gitu?” ujar Jonghyun mencoba mendinginkan kepala temannya itu. “Mau nyeret dia balik atau lo mau marah-marah karena dia gak jawab semua telepon lo? Yakin begitu?”

Karena dia terlalu takut kehilangan. Hanya dengan mendengar semua kata-kata dari orang sekitarnya saja, dia jadi cemas bukan main.

“Lo mau bikin cewek lo ilfeel sama kelakuan lo itu atau malah doi jadi malas ngadepin orang bego kayak lo ini. Lo mau pilih yang mana?” tanya Jonghyun masih dengan upayanya ini sebagai teman dekatnya sejak sekolah. “Ingat dulu usaha lo buat bikin cewek lo itu mau percaya sama lo sampai sekarang ini. Nah, sekarang, giliran lo yang harus percaya sama doi. Jangan gegabah dan bego.”

“Dengerin kata pak haji!” celetuk seseorang lagi sambil terkekeh geli.

Jonghyun menoleh, memelototinya, lalu balik lagi fokus ke Taeyong yang masih bungkam dengan ekspresi sama.

Setelah diam cukup lama, dia kemudian memilih pergi tanpa melontarkan sepatah kata. Mengabaikan celetukan guyonan dari temannya. Taeyong terus berjalan keluar dari rumah itu, masuk ke dalam mobil, dan berdiam di dalam sambil mencoba untuk mendinginkan kepalanya.

Taeyong lalu mencoba menghubungi satu per satu temannya yang KKN. Ingin minta bantuan mereka. Mengikuti perkataan Jimin beberapa waktu lalu. Namun, sebagian menjawab kurang bisa karena jarak antar desa terlalu jauh. Lalu Taehyung yang pernah bilang desanya paling dekat sama tempat Jisoo, justru lagi di kecamatan bareng teman satu poskonya. Sementara dia enggak bisa bantu Taeyong buat ngecek Jisoo. Taeyong juga sudah menghubungi Johnny, cuma pesannya itu belum ada balasan.

Sehingga kesempatan terakhirnya bertanya sama Hwasa. Dengan mengabaikan sikap permusuhannya, Taeyong tetap mengiriminya chat. Menanyakan Jisoo kepadanya. Berharap kabar baik datang dari teman-teman Jisoo dan dapat meringankan rasa frutasinya.

Mungkin harapan Taeyong terlalu tinggi. Ketika dapat balasan Hwasa yang lebih cepat dari teman-teman yang dimintai bantuan, dia hanya berakhir mengumpat jengkel karena balasan sinis mantan dari temannya ini. Terlebih lagi, ketika Hwasa mengirimnya gambar yang langsung bikin kepalanya meledak bak gunung berapi.

Walau hanya terlihat dari belakang, tapi dia bisa langsung mengenali bahwa sosok di foto itu kekasihnya. Refleks Taeyong memukul kemudi mobil dan mengumpat entah karena cemburu atau marah karena terpancing oleh kata-kata Hwasa.

__________

Hwasa

yg pasti dia lebih baik dripd lo
ooops, sorry kejujuran ☺
__________

Hehehe 😶‍🌫️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top